Pengemudi ojek menunjukan pesanan belanja daring di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/4/2020). Terjadi perubahan drastis pada rutinitas pola konsumsi harian masyarakat. | M Agung Rajasa/ANTARA FOTO

Perencanaan

Gaya Belanja yang Berubah

Terjadi perubahan drastis pada rutinitas pola konsumsi harian masyarakat.

Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, masyarakat pun harus beradaptasi dengan gaya hidup baru. Rupanya, gaya hidup yang dikenal dengan istilah normal yang baru atau the new normal ini juga terjadi di Indonesia. Kebijakan jaga jarak dan karantina mandiri membuat masyarakat membiasakan diri dengan rutinitas yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Dari hasil analisis ADA, perusahaan data dan kecerdasan buatan (AI) yang beroperasi di sembilan negara, diketahui telah terjadi perubahan drastis pada rutinitas harian masyarakat menghasilkan perilaku konsumen baru yang disebut sebagai crisis persona.

Agency Country Director ADA di Indonesia, Faradi Bachri, menjelaskan, kebijakan jaga jarak di Indonesia yang berlaku sejak pertengahan Maret lalu secara otomatis berdampak pada banyak aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. "Kalau melihat kebiasaan harus melakukan hal yang sama dalam 21 hari atau sudah hampir dua bulan, kita sudah mempunyai kebiasaan baru," ujarnya dalam ajang Covid-19 Dalam Data: Mengulas Perubahan Perilaku Konsumen di Masa Pandemi, belum lama ini.

photo
Pekerja marketing berdiri di lorong toko gawai di pusat perbelanjaan yang sepi di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (12/5/2020). Terjadi perubahan drastis pada rutinitas pola konsumsi harian masyarakat - (FB Anggoro/ANTARA FOTO)

Ia mengungkapkan, kebijakan bekerja dan belajar dari rumah ternyata menimbulkan reaksi berbeda dalam masyarakat. Menurutnya, perubahan perilaku yang paling signifikan adalah berhentinya aktivitas wisata atau travelling. "Ini menarik, berarti banyak orang mengikuti saran pemerintah," tambahnya.

Selain itu, berdasarkan data dari ADA, pada akhir Februari 2020 hingga pekan ketiga Maret, aktivitas di kawasan pusat bisnis Jakarta mengalami penurunan sebesar 53 persen. Orang yang bekerja di Jakarta, terutama kawasan bisnis Sudirman pada akhir Februari dan masuk Maret masih tinggi, namun tiba-tiba turun drastis.

Perubahan perilaku komuter ini juga berakibat pada jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji. ADA menemukan bahwa sejak 15 Maret, kunjungan ke sejumlah mal di Jakarta menurun hingga 50 persen dibandingkan awal 2020.

Ia menambahkan, perubahan perilaku lain adalah jumlah kunjungan orang ke pusat kebugaran yang berada di dalam mal yang juga ikut turun. Sebaliknya, banyak orang yang memutuskan untuk melakukan aktivitas kebugaran di rumah dengan mengandalkan aplikasi kesehatan dan kebugaran. Menariknya, data lain menunjukkan, kunjungan ke rumah sakit pun menjadi lebih sedikit.

Selain terjadi perubahan perilaku, rupanya pandemi Covid-19 juga membuat banyak aplikasi menjadi laris manis diunduh. Selain aplikasi kesehatan, aplikasi lain yang juga laris, di antaranya, aplikasi membeli sayur dan niaga elektronik atau e-commerce.

Fenomena tersebut, bagi Managing Director ADA di Indonesia, Kirill Mankovski, bermakna konsumen telah beradaptasi dengan cepat dan terus melakukan apa yang telah mereka lakukan, tetapi dengan cara digital. "Misalnya bekerja, belajar, berolahraga, dan sebagainya," kata dia. 

photo
Pekerja melihat barang yang dijual pada salah satu e-commerce, di Jakarta, Kamis (5/3/2020). Terjadi perubahan drastis pada rutinitas pola konsumsi harian masyarakat - (Tahta Aidilla/Republika)

 

6 Karakter Crisis Persona

Ketika pandemi ini berlangsung, tiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda-beda. Menurut Agency Country Director ADA di Indonesia, Faradi Bachri, melalui analisis penggunaan beberapa aplikasi serta perubahan gerakan fisik, pihaknya mengidentifikasi berbagai karakter berdasarkan reaksi konsumen terhadap krisis.

Faradi menjelaskan, ADA telah mengidentifikasi enam crisis persona atau perubahan drastis pada rutinitas harian masyarakat yang menghasilkan perilaku konsumen baru di Indonesia. Apa sajakah? Berikut uraiannya:

  • Adaptive shopper

Ini istilah untuk orang-orang yang sebelumnya memiliki aplikasi belanja e-commerce, tapi tidak digunakan. Namun, sekarang terjadi kenaikan hingga 800 persen dengan menggunakan aplikasi tersebut.

  • Brave one

Mereka yang tetap bekerja dan melayani masyarakat berada dalam kategori ini. Mereka tidak mengalami perubahan secara mobilitas dan konsumsi aplikasi pun tak sebesar yang lain.

  • Market observer

Kondisi pasar keuangan yang cepat berubah saat ini menjadi kesempatan bagi para pengamat pasar itu.

  • Bored homebody

Secara mobilitas mereka terus berada di rumah dan punya banyak waktu sehingga terjadi peningkatan aktivitas mencari hiburan seperti menonton dan melakukan hobinya.

  • Health nut

Mereka yang punya banyak waktu untuk memonitor kondisi kesehatan, menggunakan aplikasi mengatasi stres, dan upaya menjaga kesehatan yang meningkat.

  • Yearning traveller

Di tengah pandemi Covid-19, industri yang paling terdampak adalah wisata. Kendati begitu, "Hingga 23 Maret masih banyak orang menggunakan aplikasi travel. Mereka mencari destinasi wisata yang menarik. Ini kesempatan untuk industri pariwisata. Ketika krisis berakhir, mereka akan pergi (berwisata)," papar Faradi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat