Petugas menguburkan jenazah korban Covid-19 dengan protokol khusus di Sao Paolo, Brazil, pekan lalu. | Andre Penner/AP

Internasional

Benua Amerika Jadi Pusat Baru Pandemi 

Pasien meninggal di Brasil selama pandemi bisa capai 125 ribu orang pada Agustus.

WASHINGTON — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Benua Amerika sebagai pusat baru pandemi Covid-19. Amerika Selatan menjadi kawasan yang paling disorot menyusul terus meningkatnya angka infeksi dan kematian.

“Tidak diragukan lagi wilayah kami telah menjadi pusat pandemi Covid-19,” kata Direktur Regional WHO untuk Kawasan Amerika Dr Clarissa Etienne dalam sebuah konferensi virtual pada Selasa (26/5) dikutip laman the Telegraph. Etienne menyebut Benua Amerika telah mencatatkan lebih dari 2,4 juta kasus Covid-19. Angka kematian sudah melampaui 143 ribu jiwa.

Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan kasus dan jumlah kematian tertinggi.   Hingga Rabu (27/5), AS dilaporkan memiliki lebih dari 1,7 juta kasus Covid-19. Sementara, korban meninggal sudah melampaui 100 ribu jiwa. Angka itu menempatkan Negeri Paman Sam sebagai negara yang paling parah terdampak pandemi di dunia.  

Menurut Etienne, meskipun saat ini AS menjadi negara paling terpukul pandemi, angka infeksi harian di sana tak sebanyak yang dilaporkan Amerika Latin. Kawasan Eropa pun dilampaui dalam hal jumlah infeksi harian. Brasil menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Amerika Latin. Ia memiliki lebih dari 392 ribu kasus dengan kematian lebih dari 25 ribu jiwa. 

photo
Seorang warga Lima, Peru, memegang kotak berisi abu ayahnya yang meninggal akibat Covid-19, Selasa (5/5) lalu.  - (Rodrigo Abd/AP)

Di tingkat global, Brasil menempati urutan kedua sebagai negara dengan kasus virus korona tertinggi di dunia. University of Washington dalam penelitiannya memprediksi bahwa angka kematian akibat Covid-19 di Brasil bisa naik lima kali lipat menjadi 125 ribu pada awal Agustus. Peningkatan kasus infeksi dan kematian di Brasil memang menjadi sorotan karena Presiden Jair Bolsonaro menentang seruan penerapan lockdown.  

Peru menempati posisi kedua sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di kawasan Amerika Latin. Saat berita ini ditulis, negara tersebut memiliki lebih dari 129 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal lebih dari 3.700 jiwa.  

Saat diwawancara CNN en Espanol, Dr. Alfredo Celis dari Medical College of Peru mengatakan, pandemi di Peru telah melampaui kapasitas respons sektor kesehatan. “Situasi ini bukan hanya darurat kesehatan, melainkan juga bencana kesehatan,” ujarnya, dikutip laman Vox.  

Pada Senin (25/5) lalu, Pemerintah Peru memperpanjang keadaan darurat dan lockdown nasional hingga akhir Juni mendatang. Itu merupakan kelima kalinya Peru memperpanjang penerapan karantina wilayah cakupan nasional.   

"Kami menyatakan keadaan darurat nasional mulai Senin, 25 Mei, hingga Selasa, 30 Juni, dan memerintahkan isolasi sosial wajib," kata Presiden Martin Vizcarra pada Ahad (24/5) seperti dikutip oleh kantor berita resmi Andina, dilaporkan laman Aljazirah

Menjelang 30 Juni, warga Peru akan hidup di bawah lockdown selama lebih dari tiga setengah bulan. Ini menandai salah satu periode isolasi wajib terpanjang di dunia. Rentang waktu itu melampaui Cina, Italia, dan Spanyol yang menjadi beberapa negara paling terpukul pandemi Covid-19.  

Cile menempati urutan ketiga sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Amerika Latin. Jumlah kasusnya telah melebihi 77 ribu dengan korban meninggal lebih dari 800 jiwa. Cile juga mengalami kekurangan pangan akut karena kurangnya sumber daya untuk membayar mereka selama krisis. Hal itu tak pelak memicu demonstrasi anti-lockdown pekan lalu. Dengan kondisi demikian, Etienne memperingatkan bahwa sekarang bukan saatnya melonggarkan pembatasan atau mengurangi strategi pencegahan. 

“Sekarang adalah saatnya untuk tetap kuat, tetap waspada, dan secara agresif menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang terbukti,” ujar Etienne.  Saat ini kasus Covid-19 di seluruh dunia sudah melampaui 5,5 juta. Pandemi telah menyebabkan 350 ribu orang meninggal.

100 ribu di AS

Sementara, jumlah kematian akibat virus korona tipe baru, Covid-19 di Amerika Serikat (AS) menembus lebih dari 100 ribu jiwa pada Rabu (27/5) waktu setempat. Angka ini sudah melebihi prediksi Presiden Donald Trump yang mengatakan kematian akibat Covid-19 di seluruh negara bagian AS mencapai 100 ribu.

photo
Pengunjuk rasa membawa poster menolak karantina wilayah di Lansing, Michigan, Amerika Serikat, pertengahan bulan ini.  - (AP/Matthew Dae Smith/Lansing State Journal)

AS merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ketiga di dunia. Negara yang dipimpin Donald Trump itu telah mencatat kematian Covid-19 paling tinggi daripada negara lain. Kasus infeksi positif di AS juga tercatat tertinggi dengan lebih dari 1,7 juta kasus. Sebagai catatan, seluruh dunia mencatat ada lebihd ari 5,6 juta kasus Covid-19.

Menurut data Worldometers, jumlah kematian di AS kini 100.572 jiwa. Sementara jumlah kasus mendekati 1.725.275. Jumlah kasus baru menurun di 10 negara bagian AS dan tetap stabil di 22 negara. Namun terus meningkat di 18 negara lain, termasuk Georgia, Arkansas, California dan Alabama.

Bahkan ketika AS melebihi tonggak sejarah kematian 100 ribu Covid-19, Presiden Donald Trump terus menekan gubernur negara bagian untuk membuka kembali ekonomi mereka dan memungkinkan "transisi menuju kehebatan" yang telah ia adopsi sebagai slogan kampanye baru untuk melanjutkan dengan kecepatan penuh ke depan. "Akan ada pasang surut, tetapi tahun depan akan menjadi salah satu yang terbaik yang pernah ada!," kata Trump soal indeks pasar saham AS dikutip Aljazirah, Rabu.

Penilaian optimistis Trump terhadap situasi yang dihadapi AS terjadi setelah liburan akhir pekan Hari Peringatan yang panjang yang membuat orang Amerika di beberapa tempat menyingkirkan ketakutan mereka akan virus korona. Ini juga menandai awal tradisional musim panas seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak warga ke pantai, berkumpul di barbekyu halaman belakang, dan bergabung ke kolam renang yang ramai.

Pejabat di semua 50 negara bagian AS telah melonggarkan pembatasan sebelumnya sampai batas tertentu. Bahkan di California, dengan beberapa aturan penahanan virus korona yang paling ketat di negara itu, pejabat kesehatan masyarakat mengumumkan bahwa ritel dengan belanja di dalam toko dan tempat ibadah sekarang dapat dibuka.

Para pejabat kesehatan global mempringatkan bahwa dunia masih berada di tengah-tengah wabah. Hal ini tentu mengurangi harapan untuk pemulihan ekonomi global yang cepat dan perjalanan internasional yang baru. "Saat ini, kami tidak berada dalam gelombang kedua. Kami tepat di tengah gelombang pertama secara global," kata Dr Mike Ryan, direktur eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Kami masih sangat dalam fase di mana penyakit ini sebenarnya sedang dalam perjalanan," kata Ryan, menunjuk ke Amerika Selatan, Asia Selatan dan bagian lain dunia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat