Lampu-lampu hias bertema Ramadhan terpasang di sebuah rumah di Dearborn, Michigan, Amerika Serikat. Komunitas Muslim di Dearborn pada tahun ini memulai tradisi baru yaitu mengadakan kompetisi lampu hias Ramadhan dengan harapan menyebarkan sukacita dan men | AP/Carlos Osorio

Kisah Mancanegara

Dearborn Rayakan Ramadhan dengan Lampu

Kontes lampu digelar untuk membangkitkan semangat semua orang selama masa sulit ini.

 

DEARBORN -- Muslim di kawasan Detroit, Amerika Serikat (AS), memilih merayakan Ramadan kali ini dengan aneka lampu dan cahaya. Cara ini menjadi pilihan di tengah nihilnya kebersamaan fisik akibat pandemi Covid-19 dan keharusan menjaga jarak.    

Tahun lalu, Hassan Chami menggelar Festival Sahur Ramadhan. Acara yang digelar tengah malam saat sahur itu menarik ribuan orang untuk ikut terlibat. 

Saat Ramadhan, Muslim seluruh dunia merayakannya dengan buka puasa bersama dan shalat tarawih di masjid. Namun perintah untuk tinggal di rumah yang berlaku di negara bagian Michigan ini membuat hal itu tak mungkin dilaksanakan. 

Maka, Chami dan sejumlah kawan memiliki gagasan lain dengan menggelar kontes Ramadan Lights. Kontes ini mengajak warga sekitar untuk menghiasi rumah mereka dengan lampu. Tujuannya, agar rumah-rumah warga Muslim berhias lampu dan terang sepanjang Ramadhan. 

Maka, sejumlah rumah di Dearborn, Dearborn Heights, dan komunitas lain di Michigan memasang aneka lampu di rumah mereka. Lampu-lampu itu berbentuk bulan sabit, lentera, dan ada pula lampu besar dengan tulisan “Ramadan Mubarak” dan “Ramadan Kareem."

photo
Lampu-lampu hias bertema Ramadhan terpasang di sebuah rumah di Dearborn, Michigan, Amerika Serikat. Komunitas Muslim di Dearborn pada tahun ini memulai tradisi baru yaitu mengadakan kompetisi lampu hias Ramadhan dengan harapan menyebarkan sukacita dan mengembalikan semangat selama pandemi.  - (AP/Carlos Osorio)

"Tujuan jangka pendeknya adalah untuk membangkitkan semangat semua orang selama masa sulit ini. Namun, ada tujuan jangka panjang, dan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menciptakan semangat suka cita Ramadhan," kata Chami yang dilaporkan Associated Press, Kamis (14/5).   

Warga diminta untuk mengajukan nominasi rumah yang menarik, bisa rumah mereka sendiri atau rumah orang lain. Caranya, mereka mengirimkan alamat dan foto rumah tersebut. 

Panitia festival lampu ini terdiri dari perwakilan dari Ramadan Suhoor Festival, Halal Metropolis dan Michigan Muslim Community Council serta komite khusus nominasi. Mereka akan memilah-milah dan menentukan 10 pilihan terbaik dari tiap distrik. 

Para juri kemudian akan mendatangi rumah-rumah tersebut secara langsung. Mereka akan memilih satu rumah dengan dekorasi terbaik dari setiap distrik dan masing-masing akan mendapat sertifikat penghargaan.

 
Tujuan jangka panjangnya adalah untuk menciptakan semangat suka cita Ramadhan.
 
 

"Semua ini seperti hal yang sudah terbiasa dilakukan --gagasan bahwa tetap harus ada perayaan, kemudian begitu banyak orang yang menghiasi rumah mereka, dan bagaimana tradisi ini menjadi besar, adalah hal yang menjadi bagian dari Dearborn, serta bagaimana kami merayakan semua ini dengan cara tertentu dan mengakui bahwa semua ini memang ada di sini," kata Sally Howell dari Halal Metropolis. 

"Namun, Ramadan kali justru terasa sangat sunyi dan sepi. Itu dua hal yang amat terasa bagi kami," kata ketua Center for Arab American Studies di University of Michigan di Dearborn. 

Dearborn adalah salah satu kota di Michigan. Kota ini memiliki populasi Muslim terbanyak dibanding kota-kota lain AS. Kota ini juga memiliki banyak populasi warga Amerika keturunan Arab. Pada saat di luar pandemi, bukan hal aneh jika mendapati khutbah Jumat disampaikan dalam bahasa Arab.

Mengisi Ramadhan

Ramadhan yang berbeda tahun ini dibanding tahun sebelumnya mengubah banyak hal, termasuk tradisi beribadah Ramadhan di Amerika Serikat. Meski demikian, umat Muslim Amerika tak kehilangan cara untuk mengisi Ramadhan dengan kebaikan.

Dilansir di St Louis News, Jumat (15/5), umat Muslim saat ini sudah memasuki hari ke-10 terakhir Ramadhan. Di mana laitaul qadar dapat diperoleh di sepuluh malam terakhir tersebut sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW.

Untuk memperoleh itu, tak sedikit umat Muslim yang menghabiskan waktu untuk mengintensifkan ibadah di hari-hari terakhir Ramadhan. Meski terdapat badai virus corona jenis baru (Covid-19), umat Muslim di Amerika terus menjalankan pelayanan lokal.

 
Dalam Al-Quran, kita diajarkan untuk menyelamatkan satu nyawa berarti menyelamatkan keseluruhan umat manusia, dan dalam mengambil satu kehidupan, itu sama dengan mengambil seluruh umat manusia.
 
 

Meski tidak menggelar sholat tarawih berjamaah di masjid ataupun aktivitas lainnya di masjid, melalu St. Louis on the Air, pembawa acara Sarah Fenske akan memeriksa dengan anggota komunitas Muslim setempat untuk mendengar bagaimana mereka menavigasi bulan suci Ramadhan tahun ini.

Ikut serta dalam diskusi adalah Kepala Tugas di Baitulmaal Mahrukh Khan dan Badan Amal untuk Islamic Foundation of Greater St. Louis Donnell Malik Sims.  Keduanya adalah tokoh pendorong di belakang klinik pengujian Covid-19 yang dikelola Muslim di utara Ferguson di 800 Chambers Road.

Tiga hari dalam sepekan, tak lama setelah mereka makan makanan terakhir mereka sebelum matahari terbit dan mulai berpuasa, mereka bangun lagi untuk secara sukarela merawat dan merawat pasien yang terinfeksi Covid-19 di daerah yang kurang terlayani.

"Umat Islam telah diaktifkan di seluruh negara untuk terlibat dalam perang melawan pandemi dan benar-benar berusaha untuk menyelamatkan nyawa, dan, tentu saja dalam Al-Quran, kita diajarkan untuk menyelamatkan satu nyawa berarti menyelamatkan keseluruhan umat manusia, dan dalam mengambil satu kehidupan, itu sama dengan mengambil seluruh umat manusia," kata Sims.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat