Sejumlah warga melaksanakan penghijauan dengan menanam akar wangi di Kampung Cinyiru, Lebak, Banten, beberapa waktu lalu. | MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA FOTO

Bodetabek

Penghijauan Terhambat Korona

Area lahan di TNGHS yang perlu dilakukan penghijauan mencapai 500 hektare.

LEBAK -- Proses penghijauan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang masuk wilayah Kabupaten Lebak, Banten, dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terhambat pandemi Covid-19. Total perkiraan lahan rusak yang perlu direboisasi sekitar 500 hektare. 

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Satu TNGHS, Siswoyo, menyebut anggaran penghijauan yang harusnya direalisasikan pada Maret 2020, baru dapat cair pada awal 2021. Pihaknya menyatakan, sebenarnya pada Maret lalu, petugas sudah merencanakan penghijauan lahan rusak bersama masyarakat dibantu personel TNI. Hal itu merespons bencana longsor dan banjir bandang yang menimpa Kecamatan Sukajaya dan sekitarnya di Kabupaten Bogor serta Kecamatan Lebakgedong dan sekitarnya di Kabupaten Lebak. 

Sayangnya, agenda tersebut urung dilaksanakan karena anggarannya dialihkan untuk penanganan virus korona. "Kita sudah petakan area terdampak, dan sudah kita ajukan penghijauannya. Tapi info yang kita dapat harus pending karena pendanaannya untuk Covid-19," kata Siswoyo di Kabupaten Lebak, Kamis (14/5).

Meski anggaran dari pemerintah belum cair, Siswoyo menjelaskan, pihaknya bersama masyarakat sekitar TNGHS telah melakukan penghijauan terbatas secara swadaya. Dia mengatakan, masyarakat mulai tergugah untuk terlibat menjaga alam pascabencana banjir bandang dan longsor pada awal Januari lalu yang menimbulkan trauma cukup mendalam. Kesadaran itu, sambung dia, muncul akibat rasa takut mengalami banjir dan longsor pada kemudian hari yang berpotensi muncul. Karena itu, pihaknya bersyukur masyarakat setempat ikut terlibat menghancurkan gubuk-gubuk pertambangan emas ilegal di area TNGHS.

"Kami dengan masyarakat, para jaro di kasepuhan (masyarakat adat) di sini sudah melakukan penanaman. Padahal sebelumnya cuek, hutan mau rusak mau nggak kan kalau sebelumnya," ucap Siswoyo.

Dia menuturkan, penanaman tanaman akar wangi (fertiver) yang dianggap mampu mencegah longsor juga dilakukan di area rawan longsor oleh masyarakat. Tanaman tersebut berasal dari bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar kawasan TNGHS terjaga. Siswoyo berharap, perbaikan taman nasional nantinya juga dibarengi dengan solusi untuk mencegah para penambang emas kembali melakukan aktivitasnya. Tawarannya adalah dengan meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat hingga edukasi tentang kelestarian alam.

"Lalu mengubah paradigma mencari uang dengan instan para penambang dengan mengembalikan mata pencaharian dari penambang menjadi agraris," kata Siswoyo.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Kaprawi menerangkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak bersama warga setempat, dan BNPB selama ini terus melakukan penghijauan di area terdampak banjir bandang. Penanaman fertiver maupun pohon keras, kata dia, masih terus berlangsung hingga Juli mendatang. "Beberapa tanaman yang hanyut karena ada banjir lagi di Kecamatan Lebakgedong, Senin (11/5), kemarin juga sudah kita tanami lagi," ungkap Kaprawi.

Dia menyatakan, sekitar 108 hektare lahan terdampak sudah ditanami fertiver dan areanya akan terus bertambah dengan bantuan benih dari pemkab dan Pemerintah Provinsi (Pemprov Banten). Kaprawi berharap, penghijauan juga dilakukan di area TNGHS yang menjadi hulu berbagai sungai yang mengalir ke Lebak hingga Bogor. Dia juga meminta masyarakat lebih waspada pada masa peralihan musim yang banyak menimbulkan cuaca ekstrem. "Harapannya ada perbaikan di wilayah hulu Sungai Ciberang dan Cidurian," kata Kaprawi. 

Huntara

Pemkab Bogor sudah memproses pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban bencana di Kecamatan Sukajaya pada awal Januari lalu. Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daeran (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah mengatakan, sebanyak 701 huntara kini dapat ditempati warga korban bencana.

Dia menjelaskan, jumlah itu dibangun di delapan titik yang tersebar di tiga desa yang berlokasi Kecamatan Sukajaya. Di Desa Kiarapandak, sambung dia, terdapat empat titik yang dibangun dengan total 250 unit huntara. Adapun perinciannya, Kampung Nyomplong, Desa Kiarapandak yang dibangun 64 unit huntara dengan progres pembangunan 95 persen. Kampung Hegarmanah sebanyak 86 unit huntara dengan progres 70 persen yang sudah terbangun.

"Kampung Katulampa, Kiarapandak, sebanyak 40 unit yang sedang dikerjakan dengan progres pembangunan 80 persen dan di Kampung Sukamanah 15 unit huntara yang belum dikerjakan," ucap Syarifah di Kabupaten Bogor, Kamis.

Sedangkan, di Desa Pasirmadang terdapat tiga titik yang dibangun huntara, yakni 181 huntara dekat kantor desa, Hegarmanah II sebanyak 182 huntara yang masing-masing telah memiliki progres 50 persen. Sedangkan, 23 huntara baru tahap mau dibangun di Kampung Sibarani, Desa Pasirmadang.

Sisanya yakni di Desa Ciuleksa Utara sebanyak 552 huntara. Namun, menurut Syarifah, pembangunan huntara baru bisa dipastikan di Kampung Pasir Eurih, Desa Ciuleksa Utara sebanyak 110 unit dengan progres 20 persen.

Syarifah menjelaskan, huntara itu berukuran 6 x 3 meter seharga Rp 11 juta per unit. Proses pengerjaan dibantu personel Korem 061/Suryakancana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat