Seorang warga mengenakan masker berjalan-jalan di Paris. | EPA-EFE/MOHAMMED BADRA

Kisah Mancanegara

Eropa Perlahan Buka Diri

Prancis tak ragu menerapkan lagi karantina wilayah jika diperlukan.

 

Oleh KAMRAN DIKARMA, FERGI NADIRA

Plastik pembatas dan jutaan masker terlihat di jalanan di kota-kota Eropa, Senin (11/4). Prancis dan Belgia mulai beraktivitas, Belanda mulai membuka sekolah, dan Spanyol mengizinkan warganya makan di ruang terbuka.

Semua negara itu menghadapi keputusan sulit untuk memulai kembali perekonomian mereka tanpa harus ditimpa gelombang kedua infeksi virus korona. 

Pemerintah Prancis tak menutup opsi untuk menerapkan lagi karantina wilayah atau lockdown jika kasus Covid-19 kembali melonjak. Prancis diketahui masuk dalam lima negara dengan angka kematian akibat virus korona tertinggi di dunia. “Jika virus itu melanjutkan penyebaran liarnya, kami akan kembali mengambil tindakan lockdown,” kata Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran pada Senin (11/5).  

Dia mengaku tak terkejut Prancis masih menemukan klaster baru penyebaran Covid-19. “Ini menunjukkan bahwa kita harus hidup dengan virus. Makin kita waspada secara kolektif, makin sedikit klaster yang kita miliki,” ujarnya. 

Para penata rambut di Paris berniat meminta bayaran atas masker pelindung yang diberikan kepada pelanggan. Pelanggan pun mustahil datang tanpa membuat janji terlebih dahulu.  "Wajah kecantikan akan berubah. Artinya, klien datang ke sini bukan untuk relaks. Mereka datang karena memang perlu," kata Brigitte L’Hoste, manajer di Hair de Beauté salon.

 
Ketakutan terkena infeksi lagi memang sudah muncul dalam beberapa hari terakhir di sejumlah tempat.
 
 

Pada Senin, warga Prancis yang ke luar rumah tidak perlu membawa surat izin khusus. Kerumunan sudah terlihat di sejumlah stasiun kereta bawah tanah di Paris. Namun, memang Paris masih terlihat lengang, sedangkan separuh toko di Champs-Elysees buka.  

Ketakutan terkena infeksi lagi memang sudah muncul dalam beberapa hari terakhir di sejumlah tempat, yaitu Jerman, Wuhan (Cina), dan Korea Selatan (Korsel). Klaster baru di Jerman terkait tiga rumah pemotongan hewan.

Sementara di Wuhan, tempat awal virus korona menular, ada klaster baru kasus infeksi virus korona penyebab Covid-19. Laman BBC menyebutkan, pada Senin ada sekurangnya lima kasus baru. Ini menjadi klaster pertama sejak pembatasan wilayah atau lockdown dicabut pada 8 April. 

Korsel dikhawatirkan mengalami gelombang kedua infeksi yang menyebar melalui klub malam yang baru dibuka kembali. Pemerintah Korsel awalnya yakin untuk membuka kembali sebagian besar ekonominya setelah dalam beberapa pekan mengalami penurunan jumlah kasus infeksi positif korona setiap harinya. Namun, pada Senin (11/5), kasus-kasus baru melonjak setidaknya 35 setelah wabah virus di klub-klub malam terdeteksi, meski sudah ditutup kembali. 

Pemerintah Korsel langsung bergerak cepat. Pihak berwenang menyisir catatan kartu kredit dan ponsel serta rekaman kamera keamanan untuk melacak ribuan orang yang mengunjungi distrik hiburan Seoul yang populer dalam beberapa pekan terakhir.  

Wali kota Seoul mengatakan, 85 infeksi terkait dengan wabah itu. Sementara petugas kesehatan masih berusaha menghubungi lebih dari 3.000 orang dari 5.500 yang baru-baru ini mengunjungi tempat hiburan malam. Presiden Korsel Moon Jae-in mengajak rakyatnya untuk tenang setelah adanya lonjakan kasus yang dikaitkan dengan klub malam. 

"Tidak ada alasan untuk diam karena takut," ujar Presiden Moon dilansir laman Independent, Senin. Namun, ia juga menekankan perlunya kewaspadaan atas kenaikan kasus tersebut.  

Pemerintah Turki telah mengizinkan untuk membuka kembali ekonomi pada beberapa sektor meski dengan persyaratan langkah-langkah keamanan dan kebersihan yang ditingkatkan guna membendung menyeruaknya kembali virus korona baru atau Covid-19. Mal-mal, pangkas rambut, dan salon telah diizinkan dibuka kembali di seluruh Turki setelah dua bulan tutup. 

Dilansir Aljazirah, Dewan Pusat Perbelanjaan mengatakan, karyawan mal dan pelanggan harus mengenakan masker dan terus mematuhi aturan jarak fisik di semua mal. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat