Danyonkes Letkol Marinir M. Arifin (ketiga kiri) bersama Sejumlah Jamaah Tabligh Masjid Jami Kebon Jeruk berjalan keluar dari Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (14/4). | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

Gugus Tugas Libatkan Marinir

Pemodelan untuk memprediksi Covid-19 di Indonesia saat ini sangat susah.

 

JAKARTA – Tren penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 secara nasional masih menunjukkan peningkatan. Jika sebelumnya episentrum berada di DKI Jakarta, kini persebaran di daerah justru menunjukkan lonjakan kasus positif yang cukup sigfinikan, salah satunya adalah Jawa Timur.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui, Jatim merupakan salah satu provinsi dengan peningkatan kasus positif yang cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Dia sudah meminta Presiden Jokowi untuk melibatkan unsur TNI-Polri dalam membantu gugus tugas di daerah dalam upaya penanganan Covid-19 di daerah.

“Sehingga diharapkan kehadiran unsur marinir di tengah masyarakat bisa mengajak masyarakat. Dan tidak perlu sampai ada langkah penegakan hukum yang berlebihan,” kata Doni usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (11/5).

Di Ibu Kota, kini menunjukkan penurunan tren penambahan kasus. DKI Jakarta merupakan provinsi pertama yang menjalankan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dimulai pada 10 April lalu. PSBB lantas diperpanjang lagi hingga 22 Mei.

Dilihat pada data yang dirilis pemerintah pada 10 April 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta berkontribusi terhadap 49,9 persen atau separuh dari seluruh kasus positif di Indonesia. Sebulan kemudian, pada 10 Mei 2020, porsi kasus positif di Jakarta terhadap keseluruhan kasus nasional menurun menjadi 36,9 persen.

photo
Petugas gabungan dari Kepolisian Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta melakukan penindakan pelanggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (9/5). Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memberi sinyal akan memperpanjang masa PSBB di Jakarta, mengingat masyarakat akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan takbiran dan acara lainnya di tengah pandemi virus Covid-19. - (Republika/Thoudy Badai)

Berbeda halnya dengan Ibu Kota, penambahan kasus di daerah justru menunjukkan peningkatan. Di Jatim, pada 10 April 2020 lalu, jumlah kasus positif terhadap jumlah kasus nasional sebesar 7,2 persen. Sebulan setelahnya, pada 10 Mei 2020, porsi kasus positif Covid-19 di Jatim terhadap jumlah kasus nasional naik menjadi 10,7 persen.

Hal serupa juga terjadi di Sumatra Barat. Pada 10 April 2020, porsi kasus positif di Sumbar terhadap jumlah kasus nasional hanya 0,8 persen dengan 31 kasus positif saat itu. Namun, pada 10 Mei 2020, jumlah kasus positif di Tanah Minang mencapai 299 orang dengan porsi 2,1 persen terhadap keseluruhan kasus nasional.

Pemerintah tidak memberi penjelasan alasan utama di balik penambahan kasus di daerah yang cukup signifikan. Namun, perlu diingat bahwa laju pergerakan masyarakat dari Ibu Kota menuju daerah sempat terjadi sebelum pembatasan transportasi diberlakukan.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, kurva penambahan kasus ini harus dilihat secara pekanan, bukan harian, untuk menunjukkan tren yang lebih jelas. Wiku menyebut, apabila tren pekanan menurun secara konsisten, kurva penambahan kasus positif mulai melandai.

“Dilihatnya laju kasusnya ini berdasarkan kasus pekanan, dari 10 provinsi terbanyak di Indonesia. Memang sempat di April meningkat, sempat melandai sedikit. Jadi, sebenarnya yang dimaksud kurva melandai ini adalah sebuah tren yang dilihatnya tak bisa harian namun mingguan,” ujar Wiku.

Kondisi penambahan kasus di setiap daerah pun masih dinamis. Wiku menyebutkan, DKI Jakarta justru menunjukkan penambahan kasus yang masih fluktuatif dengan kenaikan dan penurunan yang terus berubah-ubah. Menurut dia, kenaikan kasus secara signifikan di DKI Jakarta disebabkan jangkauan pemeriksaan spesimen yang makin meluas.

“Lalu Jawa Barat, sempat menurun bagus, namun naik lagi sepekan lalu. Ini harusnya menjadi alat navigasi. Satu data penting sekali untuk tunjukkan tren,” kata Wiku.

CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan, pemodelan untuk memprediksi Covid-19 di Indonesia saat ini sangat susah. Hal itu lantaran data yang dilaporkan pemerintah setiap hari itu diduga tidak mencerminkan fakta sesungguhnya.

photo
Kepala Pusat Potensi Kedirgantaraan (Kapuspotdirga) TNI AU Marsma TNI Basuki Rochmat (kanan) menyerahkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada pihak Puskesmas Pancoran di Kantor Kelurahan Pancoran, Jakarta, Senin (11/5). Puspotdirga TNI AU menyerahkan bantuan sembako kepada warga yang ekonominya terdampak akibat COVID-19 serta bantuan APD ke Puskesmas Pancoran. - (Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO)

Menurut dia, prediksi selalu berpijak kepada pola data masa lalu ditambah dengan beberapa indikator dan asumsi yang bisa dipertanggungjawabkan. Semakin jelas pola datanya, prediksi yang dihasilkan makin solid dengan tingkat kesalahan yang kecil.

Melihat data yang ada sekarang, Hasan yakin semua pemodelan yang dilakukan di Indonesia memiliki tingkat kesalahan yang tinggi apalagi kalau rentang waktu peramalannya makin lebar.

“Lalu bagaimana kita bisa membantu pemerintah terkait manajemen data ini, saya mengusulkan adanya audit data Covid-19, terutama terkait supply chain data dari daerah ke pusat, dan infrastruktur data lainnya,” ujar alumnus ITS Surabaya ini. n ed: mas alamil huda

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat