Ilustrasi berdoa untuk kembali kepada fitrah manusia. | EPA-EFE/FAROOQ KHAN

Opini

Istirja, Kepasrahan, dan Nyanyian Kembali

Allah menjadikan istirja ini sebagai doa untuk berlindung bagi orang-orang yang dirundung musibah.

Oleh M Towil Akhirudin

Ustaz Pondok Pesantren Annur Darunnajah 8 Cidokom Gunungsindur Bogor, Jawa Barat

 

Kembalilah. Ini adalah kata sederhana, tapi sarat makna. Diksi tersurat yang sangat jelas, namun lebih dalam lagi yang tersirat. Manusia berkelana entah kemana. Sebentar atau lama. Pada suatu masa akan kembali juga. Kembali adalah sunnatullah.

Kembali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa makna. Salah satunya adalah balik ke tempat atau ke keadaan semula. Sekali lagi atau berulang lagi. Kembali yang bermakna balik ke tempat atau ke keadaan semula inilah yang menjadi sebuah renungan. 

Sinonim kembali adalah pulang yang artinya pergi ke rumah atau tempat asal.  Dalam bahasa arab kembali dan pulang memiliki kata yang sama yaitu raja'a. Dalam Alquran banyak sekali kata tersebut. Dengan berbagai varian kata menurut kaidah bahasa Arab. Fi'il madhi (yang lalu), mudhari' (sedang atau akan), fi'il amr (perintah), mashdar (kata dasar), isim fa'il (pelaku), dan lain-lain. Pun semua bermakna kembali.

Yang makin menarik adalah, hampir semua kembali disini adalah kepada Tuhan: Allah Yang Mahasuci. Yang cukup sering digunakan oleh muslim adalah kalimat istirja'. Bunyinya: inna lillahi wa inna ilayhi rajiun yang berarti, “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (al-Baqarah 156).

Dalam tafsir Alquran dijelaskan bahwa istirja' merupakan penyerahan diri dan kepasrahan. Allah Taala menjadikan kalimat ini sebagai doa untuk berlindung bagi orang-orang yang dirundung musibah. Juga menjadi pegangan bagi mereka yang sedang diuji. Karena kalimat ini mengandung arti yang penuh berkah.

Innaa lillaahi (sesungguhnya kami milik Allah) adalah pengesaan Allah dan pengakuan bahwa diri kita adalah hamba-Nya dan milik-Nya. Sedangkan, wa innaa ilaih raajiuun adalah pengakuan bahwa kita akan mati dan akan dibangkitkan lagi dari kuburan kita. Dan kita meyakini bahwa segala sesuatu akan kembali kepada-Nya.

Sa'id bin Jubair rahimahullah berkata: Tak seorang pun nabi sebelum rasulullah diajari kalimat ini. Sekiranya Nabi Ya'qub 'alaihissalam mengenal kalimat ini, tentu ia tidak akan berkata, yaa asafa ‘ala yusuf yang artinya, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf” (Yusuf: 84).

Terdapat pula hadis yang menjelaskan tentang mengucapkan kalimat istirja' ini tatkala dilanda musibah. Seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ummu Salamah ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Setiap hamba yang tertimpa musibah lalu berucap: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dari musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik. Pasti akan diberi pahala oleh Allah dalam musibahnya dan pasti diberi ganti yang lebih baik.”

Di dalam Alquran juga didapati kata kembali dalam bentuk kata kerja perintah. Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (Surah Al-Fajr 27 - 28).

Dalam tafsirnya Allah berfirman kepada orang yang beriman dengan Zat-Nya sendiri atau melalui perantara malaikat-Nya; Wahai jiwa yang yakin dengan keimanan, kebenaran dan ketauhidan yang tidak ada keraguan sama sekali kebenaran akidahnya. Kamu telah diridai sebab qada dan qadar Allah. Kamu telah mematuhi aturan-aturan syariat. Oleh karena itu, kamu akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tenang seraya menyebut Allah, berdiri tegak, tidak terguncang, dan aman tanpa rasa takut. 

Kembalilah kamu menuju pahala Tuhanmu yang telah memberimu semua itu. Kembalilah kamu menuju tempat mulia yang telah diberikan kepadamu, seraya rida dengan pahala yang merupakan balasan perbuatanmu selama di dunia. Rida dengan hukum Allah. Dan diridai di sisi Allah. 

Sebagaimana firman Allah yang artinya: Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Al-Bayyinah ayat 8. Ini merupakan sifat jiwa yang sempurna.

Di akhir zaman ini, musibah silih berganti menguji kita. Wabah korona yang kali ini melanda adalah salah satu musibah kemanusiaan. Dampaknya tidak hanya berkenaan dengan kesehatan, perekonomian, keamanan, dan ketertiban masyarakat

photo
KH Hasan Abdullah Sahal - (Republika/Iman Firmansyah)

Kiai Hasan Abdullah Sahal adalah salah seorang dari pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Beliau juga adalah seorang seniman sejati. Beliau melukiskan kondisi zaman ini dalam bentuk syair lagu yang indah. Dan sangat sarat akan pelajaran hidup.

 

 

Kembalilah

Berlimpah sungguh nikmat yang kita terima.

Semua terhampar indah.

Tak satupun cela.

Langit curahkan rahmatnya lautpun mutiara.

Dunia teramat lezat seakan di surga.

Namun sungguh malang, manusia merasa menang.

Lupa akan kuasa Allah, kufuri nikmat-Nya.

Semua kini penuh duri, terpasung nan perih.

Itulah murkanya Allah.

Sungguh keras azab-Nya.

Kembalilah wahai manusia.

Tundukkan wajahmu pada yang Maha Kuasa.

Tengadahkan tanganmu dan mulailah berdoa.

Niscaya nikmat-Nya selalu kan turun selamanya.

Malulah insan dengan dosa-dosa.

Semua larangan yang tlah kau perbuat.

Bila kita tak jua segera insaf.

Bencana terbesar tiba.

 

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Hasan Abdullah Sahal
 

 

photo
Komposer Erwin Gutawa tampil pada hari kedua Synchronize Fest 2019 yang bertajuk Chrisye Live By Erwin Gutawa di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (5/10/2019). Panggung untuk mengenang penyanyi Chrisye tersebut Erwin Gutawa membawakan sejumlah lagu hits milik Chrisye diantaranya Hura-Hura, Angin Malam dan Cinta - (ANTARA FOTO)

Almarhum Chrisye pun pernah melantunkan sebuah lagu dengan judul yang sama, dengan lirik yang berbeda. Namun makna yang terkandung di dalam lagu tersebut juga mengajak manusia untuk bertafakur.

 

 

 

Kembalilah 

Kubersyukur padaMu Tuhan

Atas segala yang Kau berikan

Kumohon ampun untukku

Atas dosaku slama ini

Selalu ingat dunia sementara

Tak ada yang kan tetap abadi

Pasti semua kan kembali

Menghadap Yang Maha Kuasa

Kembali kita, kembali kepadaNya

Masih ada waktu

Dunia ini, hanyalah sandiwara

Pasti akan berakhir

Ada yang senang

Dan ada yang bersedih

Itu semua cobaan

Kita semua tak ada yang berbeda

Sama dihadapan-Nya

Chrisye 
 

 

Akhirnya kembali kepada manusia. Apakah akan berdiam diri atau bergerak kembali kepada fitrahnya, yaitu kembali kepada ketetapan awal diciptakannya manusia oleh Allah. Sebuah dialog suci antara Allah dengan ciptaan-Nya yang bernama manusia. 

Alastu birabbikum”. Bukankah aku Tuhanmu (wahai manusia)

Bala syahidna”. Betul (Engkau Tuhan kami), kami menyaksikannya.

Dialog ini terukir indah dalam Surah Al-A'raf ayat 172. Musibah pastilah berlalu. Namun sudahkah kita belajar dan mengambil pelajaran? Wahai manusia! Kembalilah…!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat