Petugas kesehatan keluarga berencana mengacungkan salam genre (generasi berencana), Sabtu (15/2/2020). Data BKKBN menyebutkan penggunaan alat KB menurun saat pandemi. | ANTARA FOTO

Nasional

Pemasangan Alat KB Turun 50 Persen Saat Pandemi

Pasangan suami istri didorong menunda kehamilan pada masa pandemi karena rentan terinfeksi Covid-19.

JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat, pemasangan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) selama masa pandemi virus korona SARS-CoV2 (Covid-19) menurun hampir 50 persen. Penurunan angka ini berpotensi meningkatkan kehamilan di Tanah Air hingga 20 persen.

"Setiap bulan kami mengumpulkan data penggunaan alat KB, seperti susuk, pil dan trennya menurun hampir 50 persen. Kalau penurunan penggunaan alat KB terus terjadi dalam tiga bulan, angka kehamilan bisa naik 10 hingga 20 persen," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam diskusi daring pada Sabtu (2/5).

Dia mendorong pasangan suami istri untuk menunda kehamilan pada masa pandemi ini. Sebab, kehamilan selama wabah virus ini bisa menyebabkan beberapa hal, termasuk penurunan daya tahan tubuh yang bisa mengakibatkan rentan terinfeksi Covid-19.

Hasto menyebut, pada masa pandemi Covid-19 ini, jumlah dokter kini terbatas. Di sisi lain, layanan fasilitas kesehatan juga terbatas, apalagi adanya imbauan jangan ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit jika tidak penting. Jadi, menurut dia, alangkah bijaknya bagi pasutri untuk menunda kehamilan. "Tunda dulu kehamilan karena ini juga berdasarkan rekomendasi dokter-dokter fertilitas seluruh dunia yang meminta menunda kehamilan," ujar dia.

photo
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kanan) memasang alat kontrasepsi jangka panjang jenis implant di tangan warga akseptor di Puskesmas Singkawang Barat 1 di Singkawang, Kalimantan Barat, Senin (17/2/2020). Pemasangan implant bagi wanita akseptor di Kota Singkawang tersebut merupakan bagian dari rangkaian pelayanan bakti sosial keluarga berencana di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia yang digelar BKKBN, KJRI Kuching dan Ikatan Penulis Keluarga Berencana Kalbar - (ANTARA FOTO)

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Budi Wiweko menilai, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah terkait menjaga agar tidak ada kenaikan tiba-tiba jumlah kelahiran pascapandemi. Cara pertama adalah mengonversi metode kontrasepsi jangka pendek menjadi jangka panjang.

"Saya kira yang menjadi sebuah alternatif untuk kita sampaikan kepada masyarakat, pertama adalah tetap dianjurkan agar para akseptor KB ini menggunakan satu konversi pada metode kontrasepsi jangka panjang," kata Budi, Ahad (3/5).

Alat kontrasepsi jangka pendek, yakni pil atau kondom. Sementara jangka panjang termasuk suntik implan dan IUD. Pada masa pandemi seperti saat ini, suntik bisa diganti dengan implan yang bisa bertahan sampai tiga tahun atau spiral yang bisa bertahan hingga lima tahun.

Cara kedua, lanjut Budi, bagi mereka yang tidak mau beralih pada metode kontrasepsi jangka panjang, dianjurkan agar bisa memilih kontrasepsi yang dilakukan sendiri. Contohnya adalah dengan meminum pil KB. "Pil KB kan tidak perlu melakukan kunjungan. Sekali datang dia bisa mengambil pil untuk tiga bulan," kata dia.

Cara yang ketiga, lanjut Budi, yaitu memanfaatkan edukasi melalui telekonsultasi atau telemedis. Dia menegaskan, pemahaman mengenai kontrasepsi ini sangat penting dijelaskan kepada masyarakat. Sebab, apabila tidak dilakukan sosialisasi yang baik, bukan tidak mungkin Indonesia akan menghadapi masalah lain pascapandemi, yaitu angka kehamilan yang tidak terkendali.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat