Pengusaha Rintisan | pixabay

Inovasi

Masa Surut Raksasa Digital

Lanskap industri teknologi telah mengalami tekanan, bahkan sebelum datangnya pandemi.

 

Pandemi Covid-19 membawa dampak signifikan dalam berbagai sektor, baik dalam skala global maupun nasional. Mulai dari, kesehatan, pendidikan, hingga teknologi. Sebagai salah satu pusat ekonomi digital di dunia, saat ini ternyata para perusahaan rintisan di Cina tengah mengalami masa sulit. Sejak tahun lalu, sebenarnya industri digital di Cina telah mengalami perlambatan ekonomi yang membuat para investor khawatir. Di masa pandemi ini, para investor pun makin dituntut menggali lebih dalam, sekaligus lebih kreatif untuk selamat dari krisis virus korona.

Menurut penyedia data PitchBook, sejauh tahun ini, investasi modal ventura di perusahaan-perusahaan pe mula di seluruh Cina yang juga meliputi Hong Kong, telah anjlok lebih dari 65 persen di bandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tentu menjadi berita buruk bagi banyak perusahaan yang sedang berjuang menemukan pendanaan.

Sepanjang 2019, perusahaan-perusahaan di wilayah Cina dan Hong Kong mengumpulkan modal ventura kolektif senilai 54 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sekitar setengah dari apa yang mereka hasilkan pada 2018. "Covid-19 telah menjadi tantangan lain di antara serangkaian kemunduran lanskap modal ventura Cina," ujar analis modal ventura di PitchBook, Alex Frederick, dikutip dari CNN.

Selama ini, perusahaan rintisan memiliki peran penting untuk memenuhi ambisi ekonomi jangka panjang Cina. Negara ini bahkan telah melompati AS untuk menjadi pusat unicorn terbesar di dunia.

 
Penyebaran Covid-19 yang tengah terjadi sekarang, dapat memberikan pukulan fatal bagi perusahaan yang tidak cukup kuat untuk menghadapi gejolak ekonomi.
ALEX FREDERICK, Analis modal ventura di PitchBook
 

Menurut Frederick, tidak ada perbandingan sempurna dengan apa yang dihadapi perusahaan rintisan saat ini. Tetapi, ia mencatat, situasinya mirip dengan apa yang dihadapi perusahaan selama Great Recessionyang terjadi lebih dari satu dekade lalu.

Ia mengatakan, selama resesi terakhir, perusahaan yang didanai selama krisis mengalami penurunan nilai secara signifikan. Sedangkan, upaya menahan virus korona telah menyebabkan perlambatan ekonomi dan ketidakpastian yang akan semakin memperburuk volatilitas ekonomi.

 

Penundaan kesepakatan

Kesuraman yang disebabkan oleh goncangan ekonomi telah terasa di kalangan pengusaha dan investor. Sementara, dampak dari pandemi Covid-19 kian terasa tak terhindarkan. Managing Director Chinaccelerator, Oscar Ramos, mengatakan, biasanya periode antara libur Tahun Baru Imlek dan musim panas digunakan para usaha rintisan untuk mengunci kesepakatan.

Namun, tidak dengan tahun ini. Sebaliknya, pengusaha kini lebih memprioritaskan hal-hal yang lebih mendesak, yakni memangkas biaya, membuat konsep rencana darurat, dan mempertimbangkan kembali ambisi pertumbuhan yang mahal.

Ramos bersama tim dari Chinaccelerator telah mengumpulkan lebih dari 10 investasi dengan total sekitar 2,1 juta dolar sejak awal pandemi virus. Ia mengatakan, beberapa transaksi kini sudah dalam pengerjaan sebelum pandemi, sementara transaksi lainnya adalah hasil dari rujukan pribadi.

Sebelum pandemi, perusahaan rintisan teknologi finansial berbasis di Hong Kong, Mio Tech, telah bekerja untuk ekspansi di Singapura. Saat ini, CEO Mio Tech, Jason Tu, telah menunda pengaturan itu dan mengatakan timnya berusaha menyelamatkan setiap sen yang dimiliki perusahaan.

Menurutnya, langkah yang sama juga dilakukan oleh rekan-rekannya di komunitas perusahan rintisan yang kini sedang berjuang untuk tetap bertahan hidup. CEO dan salah satu pendiri perusahaan perangkat lunak AI yang berbasis di Hong Kong, Travel Flan, Abel Zhao mengatakan, saat ini ia juga mengalami kesulitan ketika mencoba untuk mendapatkan dana.

Perusahaan, menurutnya, tengah dalam pembicaraan untuk mengumpulkan 12 juta dolar dari pemodal ventura di Beijing. Tetapi, ia mengalami kesulitan untuk menyegel kesepakatan. Beberapa perusahaan telah menemukan solusi untuk mencegah tersendatnya aktivitas hingga berhenti total.

Bagi perusahaan seperti Travel Flan, krisis 2019 adalah penyadaran. Zhao mengakui, ia dan para rekan pendiri telah dipaksa untuk tidak membayar gaji selama lebih dari setahun, sementara staf lain pergi tanpa bayaran setelah bekerja selama beberapa bulan.

Mengingat masalah-masalah itu, kata Zhao, Travel Flan memutuskan memikirkan kembali seluruh model bisnisnya dengan memperluas cakupannya di luar sektor perjalanan. Termasuk juga, memasukkan penyedia layanan gaya hidup dan mengambil mitra utama dari sektor lain, seperti Samsung dan China Mobile. Akhirnya, ia dapat mengamankan investasi dari beberapa perusahaan ventura, yakni mengumpulkan 7 juta dolar AS dengan mencapai valuasi sebesar 27 juta dolar AS.

 

Kontribusi Hadapi Pandemi

Dalam upaya penanggulangan Covid-19, seluruh elemen masyarakat di Cina diminta berkontribusi. Tak terkecuali, industri usaha rintisan. Seperti yang dilansir dari BBC, teknologi kesehatan juga digunakan untuk mengidentifikasi gejala Covid-19, termasuk untuk menemukan perawatan baru dan memantau penyebaran penyakit.

Beberapa perusahaan Cina juga telah mengembangkan teknologi otomatis untuk pengiriman tanpa kontak, menyemprotkan disinfektan, dan melakukan fungsi diagnostik dasar untuk meminimalkan risiko infeksi silang. Pudu Technology dilaporkan telah memasang mesinnya di lebih dari 40 rumah sakit di seluruh negeri untuk membantu staf medis.

Perusahaan yang berbasis di Shenzen ini biasanya membuat robot untuk industri katering. Selain Pudu, MicroMultiCopter mengerahkan drone untuk mengangkut sampel medis dan melakukan pencitraan termal. Selain robot dan pesawat tak berawak, Cina juga telah memobilisasi sistem pengawasan canggih untuk mengawasi individu terinfeksi dan mengawasi karantina.

Kamera pengenal wajah adalah hal biasa di seluruh Cina.Tapi, kini pengawasan makin ditingkatkan dengan memindai kerumunan supaya diketahui siapa yang demam dan mengidentifikasi orang-orang yang tidak mengenakan masker.

Sementara itu, kecerdasan buatan (AI) tingkat lanjut juga telah digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit dan mempercepat pengembangan vaksin. Raksasa niaga elektronik Cina, Alibaba, mengeklaim sistem diagnosis yang diberdayakan dengan AI-nya dapat mengidentifikasi infeksi virus korona dengan akurasi mencapai 96 persen. ed:setyanavidita livikacansera

Yang akan Bertahan

photo
Pengusaha Rintisan - (pixabay)

 

Analis modal ventura di PitchBook, Alex Frederick, memprediksi, investor hanya akan mempertahan kan modal mereka dan melanjutkan bisnis kembali seperti biasa ketika kondisi membaik. Jika ada rebound, akhirnya pengusaha kemungkinan harus menanggung kesulitan yang signifikan sebelum pandemi terjadi.

Ia mencatat, pemodal ventura selama Great Recession lebih banyak meneliti keuangan para usaha rintisan, sebelum akhirnya mengambil risiko untuk berinvestasi. Ia mengungkapkan, perusahaan rintisan yang hanya mengandalkan dana venture capital akan mengalami nasib paling buruk karena dana telah mengering. "Para usaha rintisan yang sudah menguntungkan atau yang memiliki tingkat pembakaran rendah dan jalur yang jelas menuju profitabilitas adalah yang terbaik," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat