Ilustrasi warga memberikan sumbangan kepada pihak yang membutuhkan. | ANTARA FOTO

Narasi

Sumbangan Bungkusan Penyambung Harapan Warga

Warga Citragran Cibubur berinisiatif menggelar sumbangan untuk kaum duafa.

"Bu, maaf, bisa minta makanan, Bu?" Pertanyaan itu disampaikan seorang pekerja kepada istri Pak Iman yang tengah makan di kediamannya di Citragran, Cibubur, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, beberapa pekan lalu. Mendengar pertanyaan tersebut, istri Pak Imam langsung menaruh piringnya dan memandang ke arah suaminya. Matanya berkaca-kaca sambil menyampaikan pertanyaan sekaligus permintaan pekerja tadi ke suaminya. Pak Imam pun tertegun mendengar penuturan istrinya itu. Rasa sedih menyeruak di hatinya.

Saat itu pula, sang istri meminta agar rencana mereka beberapa waktu lalu, untuk memberi sedekah ke kaum duafa di saat bulan Ramadhan diubah. "Kita jalankan saja sekarang, Pak," demikian cerita Pak Imam mengutip perkataan istrinya itu. Dengan niat seperti itu dan dibantu teman-teman dalam komunitas gowesnya, terbentuklah aksi memberi sumbangan. Aksi itu ditujukan bagi kaum duafa, yatim piatu, sekuriti, pekerja kompleks, penyapu jalan, serta pengemudi ojek dan taksi daring.

Mereka yang melintas di depan kediaman Pak Imam, dipersilakan mengambil satu paket makanan di lemari kaca (vitrin) yang bertuliskan "Sarapan Gratis". "Setiap orang dijatah satu bungkus. Apa itu Makanan untuk sarapan, tahu paket lain yang Ada di situ," kata Pak Herman, salah seorang anggota komunitas gowesnya dari Jalan Pulo, daerah di luar Perumahan Citragran.

 Makanan yang ada di lemari itu berupa nasi bungkus untuk sarapan. Ada pula air kemasan gelas, juga serbuk untuk campuran minuman. "Kami persilakan siapa saja untuk ikut mengisinya. Yang jelas, di sini untuk ikut bantu mereka yang kesulitan mendapatkan makanan," kata warga yang baru tinggal tiga tahun di perumahan itu.

Warga yang ingin menyumbangkan dibebaskan untuk memberikannya dalam bentuk apa saja, termasuk masker. Jika menyumbangkan nasi bungkus, Imam menyarankan agar jenisnya yang tahan lama dan tidak mudah basi. "Biasanya nasi uduk dengan nilai Rp 10 ribu sudah cukup."

Herman menambahkan, ada juga warga yang menyumbang dalam bentuk uang. "Kita data dan belikan nasi bungkus. Kita kasih laporannya kepada penyumbang tentang berapa yang dipakai dan untuk apa."

Sarapan gratis ini berlangsung sejak lebih dari dua pekan lalu. Saat itu memang kondisi warga yang kurang mampu tampak kesulitan dalam menghadapi dampak virus corona (Covid-19) ini. Para ojek daring (ojol) dan pekerja butuh harian terpukul dengan pembatasan warga untuk bekerja atau sekolah di rumah. Pendapatan mereka menurun, sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

"Kami ingin membantu, walau sedikit," kata Pak Imam. Aksi ini diniatkan untuk berjalan seterusnya, bahkan Setelah Covid-19 berlalu.

 
Kami berencana juga untuk membuat paket sembako atau beras. Mungkin bentuk seperti itu lebih bermanfaat bagi keluarga mereka.
 
 
 

Lemari kaca bekas menjual rokok itu mulai melayani warga yang membutuhkannya pada pukul 05.30 WIB setiap harinya. Sehari, lemari itu menampung total 100 paket makanan. Biasanya, dalam waktu 30 menit, lemari yang mampu menampung 30-an bungkus nasi itu pun sudah kosong. Pihak lainnya kemudian mengisi lagi. "Kami batasi pembagiannya sampai pukul 07.00 WIB. Karena, para pedagang makanan sudah mulai buka. Jadi, biar kegiatan kami ini tidak mengganggu usaha mereka," kata Pak Imam.

Pada bulan Ramadhan, Sarapan Gratis ini berubah waktunya menjadi pukul 17.00 WIB. Isinya pun disesuaikan, yaitu sajian dan makanan untuk berbuka puasa. "Silakan kalau ada yang ingin ikut mengisinya, bisa langsung ke sini," sambung warga yang lokasi Bulevard Kluster the Meadows depan minimarket ini.

 

Membagi sembako

photo
Ilustrasi sumbangan. - (Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO)

Gerakan sedekah dan aksi berbagi seperti ini juga dilakukan oleh sejumlah klaster di perumahan tersebut. Sebut saja Kluster the Dense dan Grassmere. Kedua klaster ini mengumpulkan sumbangan warganya di dalam lemari kaca (etalase) di depan pos sekuriti kluster. Khusus untuk Kluster Grassmere, selain memberikan makan gratis, warga di sana juga menggalang dana. 

"Dari dana yang terkumpul kita belikan sembako dan dibuat paket-paket untuk ojol dan mereka yang kesulitan di sekitar Cibubur. Paket sembako itu berisi beras, minyak goreng, gula pasir, dan lain-lain begitulah," kata salah seorang pengelola kegiatan Citragran the Grassmere Peduli, Rosi.

 

 

 

Untuk mengisi etalase makan gratis, ada yang menyumbang langsung. Namun, ada juga sebagian uang yang terkumpul kemarin akan kita isi ke etalase.

 

 

Sebetulnya kegiatan tersebut spontanitas warga setelah melihat klaster lainnya membuat kegiatan seperti itu. Akhirnya, dari kegiatan itu pun melebar menjadi berbagi sembako. "Kami fokuskan dulu untuk periode pertama ini untuk sembako dan makan gratis dari yang ada di etalase. Untuk Ramadhan kita berhenti dulu, karena fokus untuk sedekah di sekitar sini dulu. Setelah Ramadhan, saya pribadi inginnya kegiatan ini berlanjut. Tapi, kita lihat nanti," ucap Rosi.

Masing-masing warga berinisiatif untuk membantu warga lainnya, mulai dari nasi bungkus, sarapan gratis, sembako, ataupun sumbangan lainnya. Kegiatan tersebut dari warga untuk warga dan saling mendukung dalam masa-masa pelik di negara ini. Perhatian dan penggalangan bantuan walau pun sedikit menjadi wujud kebersamaan dalam melalui pandemi Covid-19 di masyarakat.

"Kami berharap upaya ini bisa meringankan warga yang kesulitan. Kami juga berharap korona ini segera berlalu. Walau wabahnya berlalu, aksi ini tetap kami lanjutkan," kata Pak Imam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat