Tenaga Medis beraktivitas difungsikan sebagai rumah sakit darurat (ilustrasi). | Republika/Putra M. Akbar

DIY

Tenaga Medis tak Ditolak Warga

PPSDM memiliki kapasitas yang dapat menampung 400 tenaga medis.

YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyediakan tempat tinggal sementara bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19. Tempat tinggal tersebut yakni PPSDM Kemendagri Regional Yogyakarta yang terletak di Baciro, Yogyakarta.

Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Biwara Yuswantana mengatakan, tenaga medis yang menghuni tempat tersebut bukan karena ditolak oleh warga. Namun, kesadaran dari tenaga medis itu sendiri guna mencegah terjadinya penyebaran virus yang lebih luas karena memiliki kontak erat dengan pasien Covid-19.

"Mereka menyadari untuk menjaga kondisi rumah dan lingkungan agar tidak terjadi penularan. Jadi memilih tinggal di PPSDM. Jadi bukan karena penolakan masyarakat ya, memang itu dilakukan atas inisiatif sendiri," kata Biwara di Kantor BPBD DIY, Yogyakarta, Rabu (15/3).

Tempat terrsebut sudah siap ditempatkan dan sudah ada sembilan tenaga medis dari RSUD Jogja yang sudah mendaftar. Selain itu, rencananya 128 perawat dari RSPAU Dr S Hardjolukito juga akan menghuni tempat tersebut. Walaupun begitu, pihaknya juga masih menunggu data dari rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 lainnya terkait tenaga medis yang akan menghuni tempat tersebut.

PPSDM Kemendagri Regional Yogyakarta sendiri memiliki kapasitas yang dapat menampung 400 tenaga medis. "Saat ini Dinkes sedang menunggu data dari rumah sakit. Kebutuhan untuk tenaga kesehatan yang perlu ditampung berapa itu baru proses," ujarnya.

 
PPSDM Kemendagri Regional Yogyakarta sendiri memiliki kapasitas yang dapat menampung 400 tenaga medis. 
 

Sementara itu, tiga bayi berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP)yang meninggal dunia tidak masuk dalam data PDP meninggal dunia dan mapping penyebaran Covid-19 di DIY. Hal ini dikarenakan belum adanya laporan dari rumah sakit maupun dinas setempat.

Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, tiga bayi tersebut berumur 10 hari, berumur satu tahun, dan berumur sembilan bulan. Bayi usia 10 hari dan satu tahun meninggal dunia pada 13 April. Sementara bayi berusia sembilan bulan meninggal pada 15 April.

Ia menjelaskan, bayi yang berumur 10 hari ditangani di RS PKU Kota Yogyakarta. Bayi ini memiliki riwayat kontak dengan orang tuanya yang bekerja di Klaten, Jawa Tengah. Bayi PDP meninggal dunia ini belum masuk dalam data dan mapping penyebaran Covid-19 karena tidak ada laporan meninggal dari Dinas Kabupaten Sleman.

"Sudah dilakukan swab sekali, ada penyakit penyerta. Hasil laboratorium belum keluar," kata Berty kepada wartawan, Kamis (16/4).

Selain itu, bayi yang berumur satu tahun ditangani di RS Pratama Yogyakarta. Bayi yang beralamat di Kabupaten Bantul ini belum menjalani tes swab Covid-19, namun sudah melakukan rapid test.

"Tidak ada riwayat perjalanan dan memiliki pneumonia berat. Dari pihak rumah sakit belum laporan ke kabupaten dan provinsi," ujarnya.

Sementara itu, bayi yang berusia sembilan bulan beralamat di Kabupaten Sleman dan ditangani di RS Sakina Idaman. Bayi ini pun sudah menjalani satu kali tes swab Covid- 19 dan hasil laboratorium belum keluar. "Meninggal pukul 14.00 WIB tanggal 15 April dan laporan belum masuk ke Sleman dan provinsi," jelas Berty. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat