Petugas memeriksa pasien anak penderita DBD saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2020). | Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO

Jakarta

Dinkes DKI Diminta Waspadai Ancaman DBD

potensi ancaman DBD tetap wajib diwaspadai agar tidak banyak korban di masyarakat.

 

JAKARTA -- Komisi E DPRD DKI Jakarta mengingatkan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang biasanya merebak pascamusim hujan. Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Satria mengatakan, Dinkes DKI perlu membentuk tim khusus guna mengantisipasi lonjakan korban DBD di tengah pandemi korona.

Dia memahami kesibukan Dinkes DKI sekarang yang berjibaku mengurusi pasien positif korona. Meski begitu, potensi ancaman DBD tetap wajib diwaspadai agar tidak banyak korban di masyarakat. "Kita perlu lakukan antisipasi dengan membentuk tim penanganan DBD," ujar Iman di Jakarta, Kamis (16/4).

Iman mengusulkan agar Dinkes DKI meningkatkan kolaborasi dengan unsur masyarakat yang sudah terbentuk di tingkat kelurahan untuk menyosialisasikan gerakan pencegahan DBD. Politikus Partai Gerindra itu mendorong agar kegiatan pengasapan (fogging) digencarkan di permukiman tanpa harus menunggu adanya laporan kasus DBD. "Saya berharap Dinkes tetap bisa mengoptimalkan para kasatpel dan kader jumantik di kelurahan, termasuk sosialisasi 3M dan pemberantasan nyamuk," ucap Iman.

Suku Dinkes (Sudinkes) Jakarta Timur menyatakan, sudah mengajak masyarakat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menjadi juru pemantau jentik (jumantik) mandiri di rumahnya masing-masing. Ajakan itu disampaikan untuk mencegah kasus DBD melonjak pada masa wabah virus korona seperti sekarang.

Kepala Sudinkes Jakarta Timur Indra Setiawan menuturkan, banyak faktor yang menyebabkan munculnya kasus DBD, antara lain genangan atau sisa air hujan di area yang sulit dijangkau menjadi lokasi favorit nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Dia menyebut barang bekas yang terisi air hujan menjadi tempat potensial berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. "Ini harus diantisipasi bersama. Tidak hanya oleh pemerintah melainkan juga masyarakat secara keseluruhan," ujar Indra.

Menurut dia, petugas saat ini berfokus melakukan pencegahan dengan meningkatkan sistem kewaspadaan dini di masyarakat. Kemudian, pemantauan secara ketat melalui surveilans aktif berbasis rumah sakit dan puskesmas terus digencarkan. Upaya lainnya, mengaktifkan koordinator wilayah DBD sampai ke tingkat kelurahan, yang turun mendatangi rumah warga setiap Jumat. Hanya saja, sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), monitoring dilakukan secara daring.

"Pemantauan jentik tetap dilakukan oleh jumantik sesuai jadwal dengan memperhatikan kewaspadaan diri. Seperti menggunakan masker dan menjaga jarak fisik dengan orang lain," kata Indra.

Dia mengatakan, dalam waktu tiga bulan terakhir, kasus DBD di Jakarta Timur mengalami peningkatan. Pada Januari dan Februari, sambung Indra, kasus masih rendah karena memang saat itu merupakan waktu perindukkan jentik. "Memasuki Maret kasus mulai terlihat peningkatannya menjadi 305 kasus. Tercatat pada Januari ada 80 kasus, Februari 174 kasus," ucapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat