Ilustrasi korban tsunami di Banten | ANTARA FOTO

Nusantara

Korban Tsunami Banten Terus Menunggu Realisasi Huntap

Korban tsunami di Banten hidup dalam keprihatinan

 

 

Pascabencana tsunami di Banten pada akhir 2018, para korban di Kabupaten Pandeglang hingga kini masih menunggu kepastian pembangunan hunian tetap (huntap). Permukiman hunian sementara (huntara) yang padat dan sempit membuat mereka sangat berharap pemerintah pusat segera merelokasi ke lokasi lebih layak.

Salah seorang korban tsunami di huntara 1 Kampung Citanggok, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Riyadi (48 tahun), mengatakan, kondisi para penghuni huntara ini sangat memprihatinkan. Keadaan huntara yang penuh keterbatasan dan dihuni sekitar 136 kepala keluarga (KK) atau 600 jiwa membuat para korban tsunami meminta segera direlokasi.

"Berharap ke huntap cepat dilakukan, sebenarnya ada info kalau lokasi tanah dan pembayarannya sudah selesai, tapi tentang pembangunannya sampai relokasi kita belum diberi tahu lagi," ujar Riyadi menjelaskan, di Kabupaten Pandeglang, Rabu (15/4).

Riyadi menuturkan, kondisi huntara 1 sudah seperti permukiman padat penduduk. Dia menyebut, ada satu hunian yang dihuni dua KK. "Bahkan, ada juga yang ditinggali 10 anggota keluarga," kata dia.

Menurut dia, kondisi semakin memprihatinkan lantaran perekonomian para korban yang belum pulih pascatsunami karena tidak sedikit yang menganggur. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia menambahkan, mereka saling berbagi untuk sekadar mengisi perut. "Kita kalau makan bancakan (makan bersama) sepiring bareng-bareng, masak bareng-bareng. Karena, memang faktor ekonomi ini kita," ujar Riyadi.

Dia mengaku sangat memahami fokus pemerintah yang masih sibuk menangani wabah virus korona. Meski begitu, Riyadi berharap progres pembangunan huntap untuk para korban tetap dikerjakan. Dia tidak mau keterpurukan karena kesulitan mendapatkan penghasilan harus dibarengi dengan tinggal di tempat yang jauh dari kata layak. "Kita aja kayak nelayan, ikannya nggak bisa jual ke mana mana, yang dagang juga nggak laku," kata Riyadi.

Harapan sama juga disampaikan Kaliri (56), yang setiap hari terpaksa tinggal berimpitan dengan sembilan anggota keluarganya dalam satu huntap. Dia menjelaskan, dalam ruangan berukuran 3x6 meter tersebut, diisi 10 orang anggota keluarga yang tidur dan beraktivitas sehingga ruangan terkesan menjadi sumpek. Hanya saja, Kaliri merasa tetap harus bersyukur karena sudah tidak punya rumah lagi yang hilang tersapu ombak. Pun, dengan segala perabotan miliknya habis terbawa arus.

"Anak saya delapan, empat balita. Tiga sekolah, satu udah kerja, terus ditambah saya sama istri, jadi semuanya sepuluh. Kalau dibilang sumpek ya jelas, tapi kita terima aja, ya namanya manusia diuji, mau bagaimana lagi kan adanya cuma ini," ujar Kaliri dengan nada getir.

Kaliri pun menyampaikan harapannya kepada pemerintah untuk segera menyediakan huntap bagi para pengungsi yang sudah tinggal di lokasi padat selama 16 bulan lebih. Dia menyebut, lokasi huntara yang jauh dengan tempat mengais rezeki dan suasana kumuh membuat penghuninya merasa tidak betah. Meski begitu, Kaliri tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ini jauh kalau buat usaha, sementara 80 persen pengungsi di sini itu mata pencahariannya nelayan dan kapalnya hancur semua. Kalau huntap katanya lebih luas, rumahnya ada dua kamar, juga jadi nggak padat kayak gini," katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, Surya Darmawan, mengatakan, jajarannya menargetkan pembangunan huntap bagi korban tsunami bisa rampung pada tahun ini. Namun, adanya wabah korona memang menjadi salah satu kendala percepatan pembangunan huntap. "Ini kan masa Covid-19, batang-batang harganya naik. Jadi, tinggal pemborongnya saja nanti mampu atau tidak," ujar Surya.

Dia menjelaskan, saat ini progres pembangunan huntap sudah pada tahap lelang perencanaan untuk lima lokasi yang terdiri atas empat titik di Kecamatan Carita dan satu titik di Kecamatan Sumur. Menurut Surya, sudah ada dua dari lima lahan huntap yang sudah selesai menjalani proses lelang. Karena itu, ia mengimbau agar warga bisa bersabar menanti pembangunan huntap. Pasalnya, semua tahapan pembangunan terus diusahakan agar tidak sampai meleset di tengah wabah korona. 

"Masih terus berjalan day to day control. Sementara, saat ini sudah selesai perencanaannya, dari lima lokasi, tiga belum selesai lelang perencanaannya," kata Surya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat