Petugas menghitung uang dolar AS di kantor cabang Bank Muamalat Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Kamis (30/5/2024). | Dok Republika

Ekonomi

BI Tahan Suku Bunga demi Stabilitas Rupiah

Keputusan ini didukung proyeksi inflasi yang tetap terjaga.

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI Rate di level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2025 guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan itu mencerminkan fokus jangka pendek untuk menjaga stabilisasi rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18–19 November 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 5,50 persen,” kata Perry dalam pernyataan resmi, Rabu (19/11/2025).

Ia menegaskan keputusan tersebut didukung proyeksi inflasi yang tetap terjaga serta komitmen memperkuat sinergi kebijakan guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

BI menyatakan akan terus mencermati efektivitas transmisi pelonggaran moneter yang telah dilakukan sepanjang tahun. Perry menuturkan ruang penurunan suku bunga tetap terbuka dengan memperhatikan stabilitas rupiah, inflasi, serta kondisi pertumbuhan ke depan.

Bank sentral juga memperkuat kebijakan makroprudensial untuk mendorong penurunan bunga kredit dan meningkatkan likuiditas perbankan agar penyaluran pembiayaan ke sektor riil meningkat.

Untuk mempercepat transmisi, BI memperkuat strategi operasi moneter pro-market melalui pengelolaan struktur suku bunga instrumen moneter dan swap valuta asing. Di sisi stabilisasi rupiah, BI menegaskan intervensi dilakukan melalui pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder guna meredam tekanan nilai tukar.

BI juga memperkenalkan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang berlaku 1 Desember 2025 untuk mendorong kredit ke sektor prioritas seperti UMKM, pertanian, dan industri. Bank yang menyalurkan kredit ke sektor tersebut dapat memperoleh insentif hingga 5,5 persen dari Dana Pihak Ketiga.

Keputusan BI mempertahankan suku bunga sejalan dengan rekomendasi ekonom, termasuk kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. LPEM FEB UI menilai stabilitas rupiah saat ini membutuhkan kebijakan moneter yang tetap ketat di tengah risiko eksternal dan tekanan inflasi.

Dalam laporan Seri Analisis Makroekonomi RDG BI November 2025, lembaga itu mencatat inflasi umum naik menjadi 2,86 persen secara tahunan pada Oktober akibat kenaikan harga pangan dan gangguan pasokan. Sementara, arus keluar modal meningkat hingga 0,95 miliar dolar AS antara pertengahan Oktober dan pertengahan November seiring kekhawatiran fiskal dan rencana pemerintah mengambil alih utang proyek kereta cepat Whoosh.

LPEM FEB UI menyebut tekanan terhadap rupiah hingga menyentuh Rp16.700 per dolar AS dipengaruhi menurunnya pendapatan negara dan meningkatnya kekhawatiran pasar terkait kewajiban kontinjensi pemerintah. Lonjakan risiko juga beriringan dengan potensi The Fed menahan suku bunga pada Desember, yang menjaga imbal hasil global tetap tinggi.

Meskipun investor asing mencatat aksi jual bersih, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 1 tahun turun dari 4,76 persen menjadi 4,62 persen, dan tenor 10 tahun turun dari 6,25 persen menjadi 6,18 persen.

“Dalam situasi ini, mempertahankan suku bunga kebijakan di level 4,75 persen akan memberikan acuan yang diperlukan untuk membatasi tekanan pada mata uang dan memperkuat kepercayaan terhadap kemandirian kebijakan BI,” tulis LPEM FEB UI.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat