
Ekonomi
Tenaga Kerja Indonesia Jadi Incaran Pasar Blue-Collar Asia
Di era AI, pekerjaan yang menyentuh kehidupan manusia tetap memiliki nilai tinggi.
JAKARTA — Indonesia mulai menjadi pusat perhatian dalam peta pasar tenaga kerja blue-collar Asia seiring meningkatnya permintaan terhadap jasa berbasis keterampilan praktis di kawasan. Layanan seperti perawatan lansia, kebersihan, transportasi, hingga pengasuhan anak kini semakin dibutuhkan di tengah perubahan demografi, urbanisasi yang cepat, dan meningkatnya permintaan akan layanan personal.
Meskipun sering dipandang sebagai pekerjaan dengan keterampilan rendah, sektor blue-collar justru menawarkan peluang besar. Nilai pasar layanan rumah tangga di Asia Tenggara diproyeksikan menembus 150 miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan, terutama dari sektor jasa kebersihan dan pengasuhan anak. Di tengah kemajuan teknologi, pekerjaan yang melibatkan empati dan interaksi manusia tetap sulit digantikan oleh otomasi atau kecerdasan buatan.
Fenomena ini mendorong sejumlah pemain internasional mulai melirik Indonesia sebagai basis ekspansi. Salah satunya adalah Ayasan, platform penyedia jasa home care asal Jepang yang kini resmi beroperasi di Indonesia setelah hadir di beberapa negara Asia Tenggara.
Lebih dari 3.000 tenaga kerja terampil telah bergabung melalui platform ini, menawarkan jasa mulai dari asisten rumah tangga, baby sitter, sopir pribadi, perawat lansia, hingga koki profesional. Perusahaan yang didirikan oleh mantan eksekutif Walt Disney dan Marriott International, Kotaro Ise, itu kini berkantor pusat di Yokohama dan Bangkok.
Dalam dua tahun terakhir, Ayasan mencatat pertumbuhan hingga 200 persen dan kini beroperasi di sembilan lokasi di lima negara, dengan lebih dari 100.000 pekerja terdaftar.
“Kami memposisikan diri sebagai ‘Grab untuk layanan home service’, namun dengan visi lebih besar: merevolusi industri tenaga kerja blue-collar di Asia,” kata Kotaro Ise, CEO Ayasan Holdings.
Ayasan memanfaatkan standar kualitas Jepang, sistem pelatihan internal, serta teknologi kecerdasan buatan (AI) yang telah dikembangkan selama enam tahun. Di Thailand, platform ini bahkan mengoperasikan layanan perawatan lansia berbasis rumah “Ayasan Cares” yang terintegrasi dengan toko daring kebutuhan perawatan.
Salah satu nilai tambah Ayasan adalah kemampuannya menghubungkan pekerja dan pemberi kerja lintas negara. Platform ini memfasilitasi penempatan tenaga kerja Indonesia ke Jepang dan negara lain di Asia. “Asia akan menjadi satu pasar terintegrasi. Kami bersiap menjadi pemimpin di pasar tenaga kerja ini,” ujar Kotaro.
Layanan Ayasan kini digunakan oleh lebih dari 1.000 perusahaan global, termasuk FedEx, Coach, Lululemon, Canon, dan JCB. Permintaan tertinggi datang dari sektor perhotelan dan restoran yang tengah mengalami kekurangan tenaga kerja.
Pertumbuhan permintaan paling tinggi tercatat pada jasa pengasuhan anak jangka pendek dan perawatan lansia di kawasan wisata Thailand seperti Phuket, Pattaya, dan Chiang Mai, yang mencapai kenaikan hingga 200 persen per bulan. Melihat tren tersebut, Ayasan menargetkan ekspansi ke Bali dan sejumlah destinasi wisata utama Indonesia mulai 2026.
Meski terus berinovasi dengan teknologi, Ayasan tetap melihat peran manusia sebagai kunci utama di sektor ini. Perusahaan juga tengah mengembangkan layanan “Terminator Service”, yakni model hybrid antara tenaga manusia dan robot humanoid yang akan diterapkan saat teknologinya matang.
“Di era AI, pekerjaan yang menyentuh kehidupan manusia tetap memiliki nilai tinggi. Kami ingin menciptakan perubahan besar di sektor tenaga kerja ini,” kata Kotaro.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.