Kegiatan Pekan Menyusui Dunia 2025 yang digelar Sentra Laktasi Indonesia. | SELASI

Nasional

Menjawab Fenomena Fatherless di Tanah Air

SELASI menjadikan peran ayah sebagai fokus utama peringatan Pekan Menyusui Dunia (PMD) 2025.

JAKARTA — Di tengah tingginya angka fatherless di Indonesia, peran ayah dalam mendukung keberhasilan menyusui menjadi sorotan penting. Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) menegaskan bahwa kehadiran dan sentuhan seorang ayah memiliki peran signifikan dalam keberhasilan ibu menyusui dan pembentukan ikatan emosional keluarga.

Data Global Fatherhood Index 2021 menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia sebagai negara dengan tingkat fatherless tertinggi. Fatherless merupakan kondisi ketika ayah secara emosional atau fisik tidak hadir dalam pengasuhan anak.

Fenomena ini, menurut Center for Public Mental Health UGM, muncul karena banyak ayah tidak tahu cara mengasuh, tidak memiliki model panutan, dan kurang ruang belajar menjadi orang tua aktif.

Menanggapi hal itu, SELASI menjadikan peran ayah sebagai fokus utama peringatan Pekan Menyusui Dunia (PMD) 2025 bertema “Bersama Mendukung Menyusui: Keajaiban Sentuhan Ayah untuk Generasi Emas Bangsa.” Acara yang digelar di Aula Mes SDM Kementan, Jakarta Selatan, Sabtu (27/9/2025), sekaligus memperingati 22 tahun berdirinya SELASI dan ulang tahun ke-80 pelopor gerakan ASI di Indonesia, dr. Utami Roesli.

Ketua SELASI Yani Trisnawati MM menegaskan, PMD 2025 bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi bagian dari gerakan perubahan budaya.

“SELASI ingin menegaskan bahwa keberhasilan menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, melainkan tugas bersama keluarga, khususnya ayah, sebagai sistem dukungan utama yang berkelanjutan,” ujar Yani.

Dalam sambutannya, Yani menjelaskan bahwa fokus pada ayah dipilih untuk merespons fenomena fatherless. Melalui kegiatan seperti pelatihan pijat bayi dan pijat oksitosin, para ayah diajak terlibat langsung dalam proses menyusui dan pengasuhan anak.

“SELASI mencoba menjadi bagian dari solusi dengan mengenalkan kegiatan yang membuat ayah berperan aktif dalam tumbuh kembang anaknya,” tambahnya.

Rangkaian kegiatan PMD 2025 meliputi peluncuran dua buku karya dr. Utami Roesli yaitu “Pedoman Pijat Bayi” dan “Petunjuk Menolong Ibu Menyusui & Menggunakan Alat Peraga Menolong Menyusui”.

Acara juga diramaikan talkshow yang menghadirkan dokter anak, pegiat ASI, komunitas Ayah ASI, hingga figur publik seperti Ridwan Ghani dan Adhitya Putri. Dalam sesi ini, para narasumber menyoroti pentingnya kehadiran ayah sebagai penyokong psikologis bagi ibu dan bayi.

Bagian paling menarik dari acara adalah demo pijat bayi oleh para ayah, dipandu dr. Santika Sistiningsih. Aktivitas ini memperlihatkan bagaimana interaksi sederhana ayah dengan bayi dapat meningkatkan hormon oksitosin pada ibu, yang berperan penting dalam kelancaran ASI.

Selain itu, SELASI memperluas pelatihan bagi masyarakat, termasuk kolaborasi dengan Persit Kopassus untuk melatih bapak-bapak anggota dan keluarga mengenai pijat oksitosin.

SELASI mencatat telah melatih lebih dari 3.500 konselor menyusui di seluruh Indonesia. Jika digabung dengan data Kemenkes, kini terdapat sekitar 7.000 konselor aktif, meski jumlah itu masih kurang 3.000 untuk menjangkau seluruh puskesmas di Indonesia.

Menurut data Kemenkes, dari empat ibu yang berniat menyusui, hanya satu yang berhasil tanpa pendampingan konselor. Kondisi ini memperlihatkan pentingnya dukungan sistemik, termasuk dari ayah dalam menjamin keberhasilan menyusui.

Kehadiran figur publik seperti sutradara David Pramono juga memberi warna berbeda dalam acara ini.  Kehadirannya diharapkan menjadi daya tarik sekaligus inspirasi bagi publik bahwa isu menyusui dan peran ayah tidak terbatas pada kalangan medis, melainkan juga relevan di ranah seni, budaya, dan kehidupan sehari-hari.

Melalui kampanye ini, SELASI berharap peringatan Pekan Menyusui Dunia tak hanya berhenti di seremoni, melainkan menjadi gerakan sosial untuk memulihkan peran ayah dalam keluarga dan memperkuat sistem dukungan bagi ibu menyusui.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat