Kapal Angkatan Laut Israel menarik kapal dari Armada Sumud yang mereka bajak menuju pelabuhan Ashdod, Israel, Kamis 2 Oktober 2025. | AP Photo/Leo Correa

Internasional

Setelah Sumud Berlayarlah Conscience

Kapal terakhir Armada Sumud yang dibajak Israel didanai rakyat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kepahlawanan ratusan aktivis yang menyertai Armada Global Sumud akhirnya dikandaskan militer Israel yang melakukan pembajakan dan penculikan di kapal-kapal mereka. Kendati demikian, saat Israel sibuk melakukan sabotase dan penculikan, armada lain mulai berlayar menuju Gaza.

Kapal terjauh yang mencapai Gaza sebelum dibajak adalah Marinette, kapal yang dibeli dengan sumbangan rakyat Indonesia. Aljazirah melaporkan, kapal terakhir itu telah ditangkap oleh pasukan Israel di lepas pantai wilayah Palestina yang dibombardir. Video streaming langsung menunjukkan pasukan Israel memaksa masuk ke dalam kapal pada Jumat pagi.

Marinette berbendera Polandia, yang dilaporkan memiliki enam awak, adalah kapal operasional terakhir yang tersisa dari Global Sumud Flotilla – yang dulunya merupakan armada berkekuatan 44 orang.

"Betul itu salah satu dari lima kapal yang di beli oleh IGPC melalui Sumud Nusantara, dan menjadi kapal terakhir yang di-intercept oleh militer Zionis Israel," kata Coky Ahmad, koordinator media Indonesia Global Peace Convoy (IGPC).

Rekaman pembajakan kapal Marinette oleh pasukan Israel di perairan Gaza, Jumat (3/10/2025). Kapal yang dibeli delegasi Indonesia itu yang paling jauh mendekati Gaza. - (Dok FGS)  ​

Kapal Marinette dibeli IGPC dengan dana sumbangan rakyat Indonesia di Spanyol lalu berlayar ke Tunisia. Kapal itu sempat tembus ke perairan Gaza di 42 mil bibir pantai Gaza. Kapal-kapal lain yang dibeli delegasi Indonesia selain Marinette adalah Seulle, Nights of London, MiaMia, dan Meteque.

Berbicara melalui panggilan video dengan penyelenggara armada pada Kamis malam, kapten Marinette yang merupakan warga Australia, yang mengidentifikasi dirinya hanya sebagai Cameron, menjelaskan bahwa kapal tersebut awalnya mengalami masalah mesin dan karena itu tertinggal dari kelompok utama. 

Rekaman pembajakan kapal Marinette oleh pasukan Israel di perairan Gaza, Jumat (3/10/2025).

“Kami memiliki sekelompok orang Turki yang sangat tangguh di dalamnya… kami memiliki seorang wanita dari Oman dan saya sendiri, dan kami akan terus melanjutkan arah tersebut,” katanya.

photo
Kapal Angkatan Laut Israel menarik kapal dari Armada Sumud yang mereka bajak menuju pelabuhan Ashdod, Israel, Kamis 2 Oktober 2025. - (AP Photo/Leo Correa)

Video langsung dari kapal pesiar tersebut, yang aktif pada pukul 04.00 GMT, menunjukkan awak kapal mengemudikan kapal saat matahari terbit di belakang mereka di perairan internasional di Laut Mediterania.

Pelacak geo langsung menunjukkan kapal tersebut terletak sekitar 43 mil laut (sekitar 80 km) dari perairan teritorial Gaza.

Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya telah memperingatkan Marinette bahwa “usaha mereka untuk memasuki zona tempur aktif dan melanggar blokade juga akan dicegah”.

Selain Marinette, kapal Mekino juga dilaporkan berhasil menembus perairan teritorial Gaza sebelum sinyal pelacakannya hilang sekitar 9,3 mil laut dari pantai, lapor kantor berita Anadolu.

Penyelenggara mengatakan, belum jelas apakah kapal tersebut diserang dan ditarik oleh pasukan Israel, menghindari intersepsi, atau apakah pelacaknya mengalami malfungsi.

photo
Aktivis Armada Sumud yang berlayar menuju Gaza saat angkatan laut Israel telah mulai mencegat kapal merekadi perairan Palestina , Rabu, 1 Oktober 2025. - ( Global Sumud Flottila via Reuters)

Sejak Rabu, angkatan laut Israel telah menghentikan puluhan kapal yang membawa pasokan kemanusiaan ke Gaza dan menahan sekitar 500 aktivis dari lebih dari 40 negara.

Israel sebelumnya menuduh para sukarelawan tersebut mencoba “melanggar blokade laut yang sah” – sebuah klaim yang melanggar hukum internasional – dan mengatakan bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk menghentikan mereka.

Angkatan Laut Israel telah mencegat setiap kapal dan menahan awaknya sebelum memindahkan mereka ke Israel, tempat mereka akan dideportasi. Beberapa tokoh penting – termasuk aktivis Greta Thunberg, mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau, dan Anggota Parlemen Eropa Rima Hassan – termasuk di antara mereka yang ditahan.

Sebagai misi bantuan angkatan laut terbesar yang pernah berupaya mengirimkan pasokan ke daerah Palestina, armada tersebut telah menarik perhatian global, dan penyitaan kapal-kapal tersebut mendapat kecaman global dan memicu protes di seluruh dunia.

Stephen Cotton, sekretaris jenderal Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF), mewakili lebih dari 16,5 juta pekerja transportasi di seluruh dunia, mengatakan kepada Aljazirah bahwa “menyerang atau menyita kapal kemanusiaan tanpa kekerasan di perairan internasional” adalah ilegal menurut hukum internasional.

photo
Demonstran pro-Palestina di depan Koloseum saat melakukan aksi di Roma, Italia, Kamis, 2 Oktober 2025, sebagai solidaritas dengan Global Sumud Flotilla setelah kapal-kapal dibajak angkatan laut Israel. - (AP Photo/Gregorio Borgia)

"Negara tidak bisa memilih kapan harus menghormati hukum internasional. Lautan tidak boleh diubah menjadi teater perang," katanya.

Para pemimpin dunia juga mengutuk penyitaan yang melanggar hukum tersebut, termasuk Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang mengumumkan pemerintahnya akan mengusir diplomat Israel dan membatalkan perjanjian perdagangan bebas Kolombia sehubungan dengan tindakan Israel.

Negara-negara Eropa – termasuk Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol, Yunani dan Irlandia – juga meminta Israel untuk menghormati hak-hak awak kapal yang mereka sita.

PBB belum mengomentari tindakan Israel, namun pelapor khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, menggambarkan intersepsi tersebut sebagai “penculikan ilegal”. “Pikiran saya tertuju pada rakyat Gaza, yang terjebak di ladang pembantaian Israel,” tulis Albanese di X.


Armada baru

Sementara Sumud dicegat, Organisasi internasional Freedom Flotilla Coalition (FFC) pada Kamis mengumumkan bahwa 11 kapal kambali berlayar menuju Jalur Gaza untuk menantang blokade Israel.

Dalam pernyataannya, FFC mengatakan dua kapal yang mengibarkan bendera Italia dan Prancis telah berangkat dari Otranto, Italia, pada 25 September, dan kemudian bergabung dengan kapal Conscience pada 30 September.

Organisasi itu menyatakan kapal-kapal tersebut diperkirakan akan bertemu dengan armada lain yang terdiri dari delapan kapal lainnya, bernama “Thousand Madleens to Gaza”, dalam hitungan jam. Kedua kelompok ini akan membentuk konvoi gabungan yang terdiri dari 11 kapal menuju Gaza.

Menurut koalisi tersebut, sekitar 100 orang berada di atas kapal-kapal itu, yang saat ini berada di lepas pantai Kreta.

FFC, yang didirikan pada 2008, telah meluncurkan puluhan misi yang bertujuan untuk mengirimkan bantuan dan menarik perhatian global terhadap krisis kemanusiaan di Jalur Gaza yang dikepung Israel.

Kapal Conscience yang membawa 92 peserta pelayaran dari 25 negara angkat jangkar dari Pelabuhan Porto Otranto di Italia, sejak Rabu (1/10/2025). “Israel menyerang kawan-kawan kami (Global Sumud Flotilla). Dan kami tidak akan berhenti. Kami akan terus berlayar ke garis depan hingga Palestina bebas, hingga Gaza berhenti menderita,” begitu mengutip pernyataan FFC di situs resmi mereka, Jumat (3/10/2025). 

Kapal Conscience membawa tim medis dokter dan perawat, serta para wartawan. Beberapa dokter dari Malaysia turut serta dalam misi pelayaran kemanusian ini. Kapal Conscience ini, sebetulnya sempat lepas jangkar menembus Gaza bersama-sama misi kemanusian Thousand Madleens pada Mei 2025. Akan tetapi ketika itu, Kapal Conscience mengalami serangan berupa pengeboman oleh Zionis Israel di perairan internasional lepas Malta. 

Kondisi itu membuat Kapal Conscience sandar lama di Porto Otranto. Sedangkan Thousand Madleens tetap berlayar, sampai Zionis Israel menyerang dan menculik 21 relawan dan aktivis yang membawa kapal tersebut. Pada 25 dan 27 September 2025, Kapal Conscience dinyatakan siap melanjutkan misi moralnya itu.

“Kapal Conscience adalah kapal terbaru, dan terbesar dalam armada koalisi kami. Dan namanya bukan cuma mewakili perlawanan yang gigih untuk membongkar blokade Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Tetapi juga nama tersebut untuk menyerukan kesadaran manusia atas penjajahan Israel di Palestina,” kata Anggota Komite Pengarah FFC Huwaida Arraf. “Sebagai manusia, kami mengemban tanggung jawab untuk menyuarakan hal yang benar demi melestarikan kehidupan,” kata Huwaida. 

Salah seorang partisipan dalam misi Freedom Flotilla Coalition, Dr Ricardo Corradi juga menyampaikan partisipasi para tim medis dan wartawan yang bergabung dalam Kapal Conscience merupakan jawaban moral atas profesi masing-masing tentang pentingnya mengingatkan seluruh dunia tentang pentingnya membantu, dan menghentikan situasi yang dialami orang-orang Palestina di Gaza. “Sebagai jurnalis, dan tenaga medis, kami punya tanggung jawab untuk bergabung dalam misi ini. Kami harus bersama-sama dalam catatan sejarah yang benar untuk mengingatkan dunia yang bisu di atas penjajahan dan penderitaan rakyat Palestina di Gaza,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pertanyaan-Pertanyaan 20 Poin Trump untuk Gaza

Warga Gaza menkhawatirkan poin gencatan senjata yang ditawarkan Trump hanya manipulasi.

SELENGKAPNYA

Jumlah Syuhada di Gaza Lampaui 66 Ribu Jiwa

Tank-tank penjajah terus merangsek memasuki Kota Gaza.

SELENGKAPNYA

Pengakuan Palestina Belum Hentikan Kekejaman Israel di Gaza

Seratus lebih dibantai Israel di Kota Gaza beberapa hari belakangan.

SELENGKAPNYA