Asap membubung ke langit menyusul serangan militer Israel di Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Sabtu, 30 Agustus 2025. | AP Photo/Leo Correa

Internasional

Kota Gaza Terus Dibombardir

Israel mengabaikan seruan menahan serangan di Kota Gaza.

GAZA – Pendudukan Israel melancarkan serangan udara di berbagai lokasi di Kota Gaza, termasuk bangunan tempat tinggal, toko roti populer, dan tenda di sebelah barat kota, yang mengakibatkan puluhan kematian dan cedera. Sementara itu, tentara pendudukan telah kehilangan 900 perwira dan tentara sejak dimulainya operasi pencaplokan Gaza.

Para dokter di Rumah Sakit Al-Shifa mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka yang terluka dalam penembakan Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di lingkungan Al-Rimal adalah wanita dan anak-anak, dan kondisi mereka kritis.

Penjajah juga mengebom sebuah toko roti populer dan sebuah tenda di lingkungan Al-Nasr, sebelah barat Kota Gaza, menewaskan 12 orang. Korban jiwa akibat tembakan tentara Israel di Gaza sejak Ahad sedikitnya 18 orang, termasuk 13 pencari bantuan, menurut sumber di rumah sakit di Jalur Gaza.

Sebuah sumber medis di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa mengkonfirmasi kematian seorang warga Palestina dan cederanya orang lain dalam serangan Israel terhadap warga Palestina di kamp pengungsi Al-Bureij di Jalur Gaza tengah.

Ketika penembakan di lingkungan Zeitoun, sebelah timur Kota Gaza, semakin intensif, sumber medis di Rumah Sakit Baptis melaporkan kematian empat warga Palestina dan cedera lainnya dalam serangan Israel yang menargetkan lingkungan tersebut. Hal ini menjadikan jumlah korban jiwa akibat serangan hari Sabtu menjadi 77 orang, menurut rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk 19 pencari bantuan.

photo
Warga Palestina membawa jenazah seseorang yang syahid dalam serangan militer Israel, saat pemakamannya di luar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Ahad, 31 Agustus 2025. - ( AP Photo/Jehad Alshrafi)

Pembunuhan pada hari Sabtu termasuk 11 warga Palestina yang ditembak mati ketika sedang mengantri untuk mendapatkan bantuan makanan, dan terjadi ketika Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa 10 orang lagi telah syahid karena kekurangan gizi dalam periode 24 jam terakhir. Korbannya termasuk tiga anak.

Di Kota Gaza, pasukan Israel melancarkan tiga serangan berturut-turut, menghancurkan sebuah blok apartemen dan menewaskan sedikitnya tujuh orang. Beberapa orang lainnya terluka, termasuk anak-anak.

Koresponden Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza, mengatakan serangan itu menyebabkan “kekacauan” dan merusak daerah sekitarnya. "Banyak anak-anak yang terluka. Mereka tiba di rumah sakit dengan tubuh berlumuran darah mereka sendiri. Kami melihat seorang anak dipindahkan ke rumah sakit dan daging anak-anak lain yang terluka menempel di punggungnya."

Al Jazeera  mengatakan serangan itu adalah yang terbaru sejak Israel menyatakan Kota Gaza sebagai zona tempur. Militer telah meningkatkan pengeboman udaranya di daerah-daerah padat penduduk, sehingga membuat orang semakin jauh mengungsi.

Keluarga-keluarga yang melarikan diri dari pemboman tanpa henti oleh militer Israel telah mulai mendirikan tenda darurat di tengah kondisi yang menyedihkan di dekat kamp pengungsi Nuseirat dan dekat Deir el-Balah di Gaza tengah. Kebanyakan dari mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka lebih dari satu kali.

photo
Warga Palestina berduka atas jenazah remaja yang terbunuh saat mencoba meraih truk bantuan, saat pemakamannya di luar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Ahad, 31 Agustus 2025. - ( AP Photo/Jehad Alshrafi)

Mohamed Maalouf (50 tahun) mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa dia dan sembilan anggota keluarganya telah mengungsi dari kota Beit Lahiya di Gaza utara.

"Kami dibuang ke jalanan, seperti apa yang harus saya katakan? Seperti anjing? Kami tidak seperti anjing. Anjing [diperlakukan] lebih baik dari kami," katanya. "Kami tidak punya rumah. Kami di jalanan," tambahnya.

Serangan besar-besaran Israel juga menargetkan Jabalia di Gaza utara, sehingga memaksa orang-orang di sana untuk mengungsi juga.

Mohammed Abu Warda mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia telah meninggalkan Jabalia dan menuju sisi barat Kota Gaza, namun dia tidak tahu persis ke mana harus pergi. “Kami meninggalkan daerah kami karena situasi di sana sangat berbahaya,” kata Abu Warda.

"Mudah-mudahan saya bisa menemukan tempat untuk mendirikan tenda... Semua yang ada di sini tidak ada gunanya, dan di mana-mana tidak aman. Israel menyerang setiap tempat."

photo
Pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Jalur Gaza utara membawa barang-barang mereka di sepanjang Jalan Laut, dekat Wadi Gaza, Sabtu, 30 Agustus 2025. - ( AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Pasukan Israel telah melakukan pemboman berkelanjutan di Kota Gaza sejak awal Agustus sebagai bagian dari upaya mendalam untuk merebut kota tersebut dan menggusur sekitar satu juta warga Palestina yang tinggal di sana.

Pada hari Jumat, militer Israel mengatakan mereka telah memulai “tahap awal” serangannya, dan menyatakan pusat kota terbesar di wilayah tersebut sebagai “zona tempur”.

Ketua Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Mirjana Spoljaric Egger, mengutuk serangan Israel, dan mengatakan bahwa perintah Israel untuk mengungsi bagi warga sipil yang terjebak mengatakan bahwa evakuasi massal di kota itu “tidak mungkin dan tidak dapat dipahami”.

“Tidak mungkin evakuasi massal di Kota Gaza dapat dilakukan dengan cara yang aman dan bermartabat dalam kondisi saat ini,” kata Egger dalam sebuah pernyataan.

photo
Pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Jalur Gaza utara membawa barang-barang mereka di sepanjang Jalan Laut, dekat Wadi Gaza, Sabtu, 30 Agustus 2025. - ( AP Photo/Abdel Kareem Hana)

“Evakuasi seperti itu akan memicu perpindahan penduduk secara besar-besaran yang tidak dapat diserap oleh wilayah mana pun di Jalur Gaza, mengingat kerusakan infrastruktur sipil yang meluas dan sangat kekurangan makanan, air, tempat tinggal dan perawatan medis.”

Meskipun kecaman global semakin meningkat, pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan serangan militer.

Gideon Levy, kolumnis outlet berita Israel Haaretz, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa rencana menyeluruh Israel di Gaza sama dengan pembersihan etnis. “Rencananya adalah mengusir seluruh penduduk Gaza dari rumah mereka, kemudian mengunci mereka di kamp konsentrasi dan kemudian memberi mereka dua pilihan, tinggal di kamp tersebut selamanya atau meninggalkan Jalur Gaza,” kata Levy.

Menggambarkan kebijakan pemerintah Israel sebagai “keterlaluan”, Levy menambahkan bahwa Israel hanya akan menghentikan serangannya jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan bahwa “sudah cukup” dan memberikan tekanan terhadap negara tersebut.

AS telah memberikan bantuan militer miliaran dolar kepada Israel sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Washington juga melindungi sekutu utamanya dari seruan akuntabilitas di PBB dan arena internasional lainnya.

Pada bulan Februari, Trump menyarankan untuk mengeluarkan semua warga Palestina dari Gaza, sebuah rencana yang sama dengan pembersihan etnis, sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sementara itu di Israel, ribuan demonstran membentangkan spanduk di Tel Aviv, mendesak Trump untuk “membuat sejarah” dan mendorong kesepakatan untuk membebaskan 50 tawanan lainnya yang ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata Palestina di Gaza.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Ratakan Kota Gaza

Penghancuran sistematis oleh Israel menggunakan bom robot.

SELENGKAPNYA

Influencer Zionis Menebar Dusta dari dalam Gaza

Selama bertahun-tahun, Israel telah berinvestasi pada figur-figur digital.

SELENGKAPNYA

Israel Merangsek ke Kota Gaza, Usir Warga

Jumlah korban jiwa kelaparan bertambah sepuluh orang.

SELENGKAPNYA