Orang tua di Wuhan, Hubei, mulai berani keluar ke jalan-jalan selepas dicabutnya karantina wilayah akhir pekan lalu. | EPA

X-Kisah

Berakhirnya Lockdown di Wuhan

Pasar ikan yang diduga menjadi sumber mewabahnya Covid-19 kembali beroperasi.

 

Penduduk di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina merayakan dicabutnya kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang telah mereka jalani selama 11 pekan. Warga Wuhan kini diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah. Bahkan, pasar ikan yang diduga menjadi sumber mewabahnya Covid-19 kembali beroperasi.

 

Status lockdown di ibu kota Hubei tersebut resmi berakhir pada 8 April 2020. Jalanan di Wuhan kembali dipenuhi warga. Pada saat pembukaan wilayah, mereka mulai bepergian dengan bus, kereta api, dan pesawat, meskipun tetap harus memakai masker.

Foto-foto yang diterbitkan media Cina menujukkan sukacita warga Wuhan, khususnya kalangan anak-anak. Pada Rabu (8/12) dini hari, petugas keamanan membuka blokade yang terpasang di tengah jalan selama 76 hari terhitung sejak 23 Januari 2020.

 

Lampu-lampu pada bangunan dan jembatan menyala. Kendaraan pribadi pun tampak mengantre memasuki tol menunggu giliran untuk pergi ke lain distrik. Di sejumlah perumahan terpampang bendera sukacita yang bertuliskan "bebas virus" dan "pertempuran yang menentukan, kemenangan yang menentukan."

 

photo
Penjual kopi mulai berjualan di Wuhan akhir pekan lalu. - (EPA)

 

Namun demikian, beberapa warga di Wuhan masih gelisah. Pasalnya, sebanyak 2.500 orang telah meninggal karena virus. Potensi penularan pun masih ada. "Kami belum merasakan banyak perubahan. Untuk orang biasa, //lockdown// belum berakhir,\" ujar salah satu warga di distrik Wuchang, Zhang (50 tahun), dikutip laman the Guardian, Ahad (12/4).

 

Dicabutnya status lockdown di Wuhan merupakan bagian dari upaya Pemerintah Cina untuk meyakinkan publik bahwa kehidupan dapat kembali normal dan pihak berwenang di negara telah mengalahkan virus itu. Menurut dosen ekonomi politik di Johns Hopkins University, Ho-Fung Hung, pencabutan masa karantina wilayah di Wuhan untuk mengirim sinyal bahwa Cina akan kembali menghidupkan bisnis, sehingga pekerjaan sudah dapat dilanjutkan. Namun, menurutnya, warga harus tetap sangat berhati-hati.

 

"Orang-orang tidak dapat dengan mudah melupakan kesalahan langkah awal pemerintah dalam menyebabkan krisis, khususnya bagi mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai atau kesehatan mereka sangat terganggu," ujarnya.

Kendati demikian, banyak pertokoan di kota-kota masih tutup. Sebagian besar restoran hanya beroperasi untuk pengiriman makanan. Sekolah dan tempat hiburan pun masih banyak yang ditutup.

 

Di saat Cina mulai pulih, episentrum Covid-19 kini berpindah ke Eropa dan Amerika Serikat (AS). AS bahkan mencatat kasus infeksi tertinggi Covid-19 yang mencapai angka 500 ribu. Sementara jumlah kematian di seluruh AS melampaui 20.600 dengan penduduk lebih dari 328 juta jiwa.

 

Sekitar setengah dari kematian di AS terjadi di wilayah metropolitan New York. Pada Sabtu (11/4), Gubernur New York Andrew Cuomo mengungkapkan ada 783 kematian baru. Sehingga, total kematian di New York lebih dari 8.600 jiwa.

 

"Jumlah kematian akibat Covid-19 di wilayah kami stabil per harinya, namun stabil pada tingkat yang mengerikan. Apa yang kita lakukan sekarang? Kami tetap berada di jalur," kata Cuomo.

 

photo
Seorang warga Bronx, New York, menangis mengetahui kabar keluarganya tertular Covid-19. - (EPA)

 

Sedangkan di kawasan Eropa, Italia yang berpenduduk lebih sedikit dari AS mencatat jumlah kematian yang sangat tinggi di Benua Biru, yakni mencapai 19.468. Sementara kasus infeksi tercatat 152.271.

 

Saat pemerintah Cina melonggarkan kebijakan karantina wilayah, sejumlah negara yang terpukul dengan jumlah kasus dan kematian memperpanjang masa lockdown. Italia, Spanyol, Prancis, memperpanjang masa pembatasan gerak bagi warganya guna mengekang penularan virus yang masih belum menurun kurva kenaikan jumlah kasusnya. Begitu pula dengan negara di kawasan Asia seperti India, Filipina, dan Malaysia.

 

Italia memperpanjang masa karantina wilayah hingga 3 Mei. Pemerintah Italia juga membuat penghalang jalan di sekitar Milan untuk mencegah orang dari melakukan perjalanan akhir pekan Paskah. Namun, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengulurkan harapan bahwa beberapa industri dapat dibuka kembali lebih awal jika kondisinya memungkinkan.

 

India juga memperpanjang masa karantina nasional bagi 1,3 miliar penduduknya selama dua pekan. Namun, Iran yang juga terpukul karena virus membuka kembali kantor-kantor pemerintahan dan bisnis di luar Teheran.

 

Pasar ikan

Seiring berakhirnya karantina wilayah, pedagang ikan dan sayur-sayuran di pasar basah di pusat kota Wuhan mulai membuka kembali kios-kiosnya. Rantai penularan virus korona iyakini bermula di sana. 

 

Pasar itu ditutup sejak Januari lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan agar pasar basah yang menjual hewan atau satwa liar seperti di Wuhan dan daerah lain di Cina ditutup secara permanen. Negara-negara lain yang memiliki pasar sejenis pun diserukan melakukan hal serupa. 

 

PBB menyebut hal itu perlu dilakukan guna mencegah munculnya kembali pandemi di masa mendatang. Namun Jin Qinzhi, salah satu pedagang sayur dan daging di pasar basah Wuhan kurang menyetujui seruan tersebut. 

 

\"Ini adalah virus dari orang ke orang, di mana pun Anda berada. Bahkan supermarket penuh dengan orang. Di sini orang lebih tersebar. Selama kita mengambil tindakan pencegahan dan kita memperhatikan disinfektan, itu akan baik-baik saja,\" kata dia ditanya pendapatnya mengenai seruan penutupan pasar basah, Ahad (12/4). 

photo
Warga nemilih ikan di Pasar Ikan Wuhan, Jumat (10/4)- (EPA)

 

Para pedagang di pasar basah Wuhan mengakui bisnisnya sangat terpukul akibat penutupan yang ketat. Apalagi, Pemerintah Cina telah memerintahkan pelarangan sementara perdagangan serta konsumsi satwa liar.  "Kami tidak memiliki penghasilan dan bisnis. Jika terus seperti ini, akan sangat sulit bagi kita untuk bertahan hidup," kata Jin. 

 

Pada Senin (6/4), Acting Executive Secretary of the United Nations Convention on Biological Diversity Elizabeth Maruma Mrema mengatakan, negara-negara harus mencegah pandemi di masa depan dengan melarang pasar basah yang menjual hewan hidup dan mati untuk dikonsumsi manusia. Namun, hal tersebut tentu memiliki konsekuensi.

 

“Tapi kita juga harus ingat bahwa Anda memiliki komunitas, terutama dari daerah pedesaan berpenghasilan rendah, khususnya di Afrika, yang bergantung pada hewan liar untuk mempertahankan mata pencaharian jutaan orang,” kata Mrema saat diwawancara the Guardian

 

Dengan demikian, pelarangan pasar hewan liar dapat membuka kemungkinan perdagangan satwa secara ilegal. Beberapa spesies telah berada di ambang kepunahan akibat praktik tersebut. 

 

Mrema berpendapat perlu ada solusi alternatif untuk mengatasi situasi tersebut. “Kita perlu melihat bagaimana kita menyeimbangkan itu dan benar-benar menutup lubang perdagangan ilegal di masa depan,” ujarnya. 

 

Sekretaris Jenderal China Biodeversity Conservation and Green Development Foundation Jinfeng Zhou meminta otiritas Cina membuat larangan pasar satwa liar permanen. Jika tidak dilakukan, wabah Covid-19 berpotensi muncul lagi.

 

“Saya setuju bahwa harus ada larangan global terhadap pasar basah, yang akan banyak membantu konservasi satwa liar dan melindungi diri kita dari kontak yang salah dengan satwa liar. Lebih dari 70 persen penyakit manusia berasal dari satwa liar dan banyak spesies terancam punah dengan memakannya,” kata Jienfeng.

 

Maruma Mrema mengatakan melestarikan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang utuh akan membantu mengurangi prevalensi beberapa penyakit. Dia mengingatkan, pada akhir 1990-an, virus Nipah merebak di Malaysia. “Diyakini bahwa virus itu adalah hasil dari kebakaran hutan, penggundulan hutan, dan kekeringan yang menyebabkan kelelawar buah, pembawa alami virus, pindah dari hutan ke dalam lahan gambut. Ia menginfeksi para petani, yang menginfeksi manusia lain dan yang menyebabkan penyebaran penyakit,” kata Mrema.

 

Pada Februari lalu, delegasi dari lebih 140 negara bertemu di Roma, Italia, untuk merespons konsep rancangan 20 poin kesepakatan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati. Proposal tentang melindungi sepertiga lautan dan daratan dunia serta mengurangi polusi dari limbah plastik turut dibahas. KTT untuk menandatangani perjanjian tersebut dijadwalkan digelar di Kunming, Cina, pada Oktober mendatang. Namun penyelenggaraannya ditunda karena pandemi Covid-19. n 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat