
Internasional
Kegilaan Netanyahu Jengkelkan Lingkaran Trump
Netanyahu disebut bagai anak kecil yang susah diatur.
WASHINGTON – Para pembantu Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih kian jengkel dengan tingkah laku Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang tak bisa diatur. Mereka khawatir aksi main bom sekenanya yang dilakukan Netanyahu belakangan akan mengganggu agenda AS di Timur Tengah.
“Bibi seperti orang gila. Dia mengebom semuanya sepanjang waktu," kata seorang pejabat Gedung Putih kepada Axios, merujuk pada nama panggilan Netanyahu. “Hal ini dapat merusak apa yang Trump coba lakukan,” pejabat itu menambahkan.
Seorang pejabat senior AS kedua juga menunjuk pada penembakan sebuah gereja di Gaza pekan ini, yang membuat Presiden Trump menelepon Netanyahu dan meminta penjelasan. "Perasaannya adalah setiap hari ada sesuatu yang baru (yang dilakukan Israel). Apa-apaan ini?"
Meskipun Trump tidak secara terbuka menanggapi serangan terhadap satu-satunya gereja Katolik di Gaza, ia mengadakan panggilan telepon dengan Netanyahu. Trump dilaporkan dengan marah menuntutnya untuk mengeluarkan pernyataan yang menyatakan penyesalan atas insiden tersebut, yang dilakukan oleh Netanyahu beberapa saat kemudian.

Seorang pejabat AS lainnya mengatakan bahwa ada keraguan yang berkembang di dalam pemerintahan Trump mengenai Netanyahu - sebuah perasaan bahwa jari telunjuknya terlalu gatal dan dia terlalu mengganggu. “Netanyahu terkadang seperti anak kecil yang tidak bisa diatur.”
Kegeraman ini menyusul kekhawatiran Gedung Putih dengan keputusan Netanyahu di Suriah. Pada Selasa pekan lalu, Israel mengebom konvoi tank-tank militer Suriah yang sedang dalam perjalanan menuju kota Sweida untuk menanggapi bentrokan kekerasan antara milisi Druze dan anggota suku Badui bersenjata, yang telah menewaskan lebih dari 700 orang pada Sabtu menurut Syrian Observatory for Human Rights.
Israel mengklaim bahwa konvoi tersebut menyeberang ke zona Suriah selatan yang mereka tuntut untuk didemiliterisasi, dan bahwa militer Suriah ikut serta dalam serangan-serangan terhadap kelompok minoritas Druze, yang dibantah oleh Suriah.
Utusan AS Tom Barrack meminta rekan-rekannya dari Israel pada Selasa untuk mundur demi tercapainya resolusi diplomatik, dan pihak Israel berkomitmen untuk melakukannya, menurut seorang pejabat AS. Namun, setelah jeda, Israel justru meningkatkan serangan. Pada Rabu, Israel menjatuhkan bom di markas besar militer Suriah dan di dekat istana kepresidenan.

"Pengeboman di Suriah mengejutkan presiden dan Gedung Putih. Presiden tidak suka menyalakan televisi dan melihat bom dijatuhkan di negara yang sedang mengupayakan perdamaian dan membuat pengumuman monumental untuk membantu pembangunan kembali," kata seorang pejabat AS.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio mengatakan kepada Netanyahu dan timnya untuk berhenti pada Rabu. Netanyahu setuju untuk melakukannya sebagai imbalan atas penarikan militer Suriah dari Sweida.
Namun pada saat itu, beberapa negara termasuk Turki dan Arab Saudi telah menyampaikan pesan-pesan kemarahan kepada pemerintahan Trump tentang tindakan Israel, dan beberapa pejabat senior AS telah mengeluh secara langsung kepada Trump tentang Netanyahu.
Di antara para pejabat tersebut adalah Tom Barrack dan utusan Gedung Putih Steve Witkoff. Keduanya adalah teman dekat Trump, menurut seorang pejabat AS.

Keyakinan umum di Gedung Putih adalah bahwa Netanyahu mengebom Suriah karena tekanan domestik dari kelompok minoritas Druze di Israel dan pertimbangan politik lainnya. "Agenda politik Bibi membuat dia kehilangan akal sehatnya. Ini akan menjadi kesalahan besar baginya dalam jangka panjang," kata seorang pejabat AS.
Seorang pejabat AS lainnya mengatakan bahwa kerusakan yang telah dilakukan oleh Israel terhadap posisi mereka di Gedung Putih selama seminggu terakhir ini tampaknya tidak akan membuahkan hasil. “Orang-orang Israel perlu mengeluarkan kepala mereka dari pantat mereka (istilah AS untuk melihat kenyataan,- Red) ,” kata pejabat itu.
Selain Suriah dan serangan terhadap gereja di Gaza, pembunuhan seorang warga Amerika keturunan Palestina, Saif Musallet, oleh sekelompok pemukim Israel akhir pekan lalu juga memicu reaksi keras dari pemerintahan Trump terhadap pemerintahan Netanyahu yang sangat propemukim ilegal Yahudi.
Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, yang beberapa hari sebelumnya telah mengunjungi persidangan korupsi Netanyahu sebagai bentuk dukungan, merilis serangkaian pernyataan yang menyebut serangan itu sebagai “terorisme” dan menuntut jawaban.

Pada Sabtu, ia juga mengunjungi sebuah komunitas Kristen di Tepi Barat yang menjadi sasaran serangan pemukim. Huckabee, yang telah lama menjadi pendukung kuat Israel, juga mengkritik pemerintah Israel minggu ini karena mempersulit kaum evangelis Amerika untuk mendapatkan visa perjalanan.
Menurut Axios, para pembantu Trump menjadi semakin sadar dalam beberapa bulan terakhir akan pengaruh elemen-elemen supremasi Yahudi sayap kanan dalam koalisi Netanyahu terhadap kebijakannya. Dinamika ini juga semakin jelas terlihat pada gerakan MAGA yang lebih luas. Para pejabat AS yang berbicara dengan Axios memperingatkan bahwa keberuntungan Netanyahu, dan niat baik Trump, bisa habis.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pemerintahan Netanyahu Kian Terancam
Partai ultra-Ortodoks kembali tinggalkan Netanyahu.
SELENGKAPNYATrump dan Netanyahu Bahas 'Pembersihan Etnis' Gaza
Israel berencana memenjarakan dua juta warga Gaza di Rafah.
SELENGKAPNYA