Warga Palestina membawa karung makanan dan bantuan kemanusiaan yang diturunkan dari konvoi truk menuju Kota Gaza, di Jalur Gaza utara, Ahad, 22 Juni 2025. | AP Photo/Jehad Alshrafi

Internasional

Warrga Gaza Syahid Terinjak-Injak di Pusat Bantuan

Hampir 900 warga Gaza telah terbunuh di pusat bantuan AS-Israel.

GAZA – Sedikitnya 21 orang syahid, termasuk 15 orang akibat terinjak-injak dan sesak napas karena gas air mata yang ditembakkan ke arah warga Palestina yang sedang mencari makanan, di salah satu pusat distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di Khan Younis selatan. Ini menambah panjang deretan warga gaza yang terbunuh di pusat bantuan skema AS-Israel tersebut. 

“Untuk pertama kalinya, kematian telah dicatat karena sesak napas dan penyerbuan yang intens dari warga di pusat-pusat distribusi bantuan,” kata  Kementerian Kesehatan Gaza, Rabu (16/7/2025).

Kementerian tersebut menuduh tentara Israel dan AS “sengaja” melakukan “pembantaian terhadap orang-orang yang kelaparan secara sistematis”.

Komentar tersebut muncul setelah GHF yang didukung oleh AS dan Israel mengakui pagi ini bahwa 20 orang terbunuh di salah satu titik distribusinya, dan menuduh elemen-elemen yang berafiliasi dengan Hamas sebagai dalang kerusuhan.

Sejak mulai mendistribusikan bantuan pada akhir Mei lalu, GHF telah mendapat kecaman karena mendirikan tempat-tempat yang oleh AS disebut sebagai “jebakan maut”. 

Hampir 900 warga Gaza telah terbunuh dalam beberapa pekan terakhir ketika mencoba mengambil makanan. Sebagian besar kematian terkait dengan pusat-pusat bantuan swasta yang dijalankan oleh apa yang disebut GHF, demikian ungkap kantor hak asasi manusia PBB, OHCHR, Selasa.

“Hingga 13 Juli, kami telah mencatat 875 orang terbunuh di Gaza ketika berusaha mendapatkan makanan; 674 di antaranya terbunuh di sekitar lokasi GHF,” ujar Thameen Al-Kheetan, juru bicara OHCHR.

Sebanyak 201 korban lainnya terbunuh ketika mencari makanan “di rute konvoi bantuan atau di dekat konvoi bantuan” yang dijalankan oleh PBB atau mitra PBB yang masih beroperasi di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, kata Al-Kheetan kepada para wartawan di Jenewa.

Pembunuhan yang terkait dengan pusat bantuan kontroversial yang didukung oleh AS dan Israel dimulai tak lama setelah mereka mulai beroperasi di Gaza selatan pada 27 Mei, melewati PBB dan LSM lain yang sudah mapan.

photo
Anak-anak Palestina berduka atas jenazah ayah mereka yang terbunuh saat menuju pusat distribusi bantuan, di kamar mayat Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Rabu, 18 Juni 2025. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyatakan keprihatinan yang mendalam atas pembunuhan yang terus berlanjut terhadap warga sipil yang mencoba mengakses makanan, sementara malnutrisi yang mematikan menyebar di kalangan anak-anak.

“Tim kami di lapangan - tim UNRWA dan tim PBB lainnya - telah berbicara dengan para penyintas dari pembunuhan ini, termasuk anak-anak yang kelaparan, yang ditembaki ketika dalam perjalanan untuk mengambil makanan yang sangat sedikit,” ujar Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA.

Berbicara melalui video dari Amman, Touma menegaskan bahwa blokade Israel yang hampir total terhadap Gaza telah menyebabkan bayi-bayi meninggal akibat dampak malnutrisi akut yang parah.

“Kami telah dilarang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari empat bulan,” katanya, sebelum menunjuk pada “peningkatan yang signifikan” dalam hal malnutrisi pada anak-anak sejak blokade Israel dimulai pada tanggal 2 Maret.

Touma menambahkan: “Kami punya 6.000 truk yang menunggu di tempat-tempat seperti Mesir, seperti Yordania; dari Yordania ke Jalur Gaza, jaraknya sekitar tiga jam perjalanan, bukan?”

photo
Warga Palestina membawa seorang pria yang terluka ditabrak truk bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, Ahad, 22 Juni 2025. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Selain pasokan makanan, truk-truk PBB ini juga membawa pasokan penting lainnya, seperti sabun batangan. “Obat-obatan dan makanan akan segera kadaluarsa jika kita tidak dapat memberikan pasokan tersebut kepada orang-orang di Gaza yang paling membutuhkannya, di antaranya satu juta anak-anak yang merupakan setengah dari populasi Jalur Gaza,” lanjut Touma.

Tragisnya, tidak ada pilihan lain yang tersisa bagi para pengungsi Palestina yang kelaparan, baik yang berada di bagian utara, tengah, maupun selatan Jalur Gaza.

Mereka semua harus pergi ke pusat-pusat ini untuk mengambil satu paket makanan atau apa pun yang tersedia dari kebutuhan dasar dan membawanya kembali ke keluarga dan anak-anak mereka yang kelaparan di lokasi pengungsian.

Jika warga Palestina tidak sekarat karena serangan udara atau penembakan yang dilakukan oleh militer Israel, mereka sekarat karena hal lain - kelaparan dan dehidrasi yang dipaksakan membuat mereka terpaksa berada dalam kondisi yang tak tertahankan ini.

Penting untuk diingat bahwa sebelum bergabung dengan kerumunan orang di lokasi-lokasi ini, orang-orang telah mengungsi beberapa kali.

photo
Warga Palestina membawa karung berisi makanan dan bantuan kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 11 Juni 2025. - (AP Photo/Adel Kareem Hana)

Mereka lapar, haus, dan tidak makan dengan baik. Mereka kekurangan karbohidrat, protein dan vitamin, sehingga dibutuhkan perjalanan yang sangat berbahaya dan sangat sulit untuk pergi dan berdiri di tengah kerumunan besar di mana puluhan ribu orang Palestina sedang menunggu pasokan makanan.

Sedikitnya 37 warga Palestina telah terbunuh di seluruh Gaza sejak fajar pada hari Kamis, sumber-sumber medis mengatakan kepada Aljazirah Arab. Di antara korban jiwa, 20 orang di antaranya terbunuh di titik distribusi makanan GHF di Khan Younis, dalam kematian terbaru para pencari bantuan di daerah kantong tersebut.

Jumlah korban tewas kemungkinan akan lebih tinggi dari 37 orang, karena sumber-sumber di rumah sakit Gaza melaporkan sebelumnya bahwa 20 orang Palestina juga syahid dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak fajar.

Rumah Sakit Nasser melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat pengeboman Israel terhadap tenda-tenda pengungsi di al-Mawasi, Khan Younis, telah meningkat menjadi sembilan orang.

Tingkat kekurangan gizi di kalangan anak-anak di Jalur Gaza meningkat dua kali lipat sejak Israel secara tajam membatasi masuknya makanan pada bulan Maret, kata PBB pada hari Selasa. Serangan baru Israel menewaskan lebih dari 90 warga Palestina, termasuk puluhan wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan.

Kelaparan telah meningkat di antara lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada bulan Maret untuk melanjutkan perang dan melarang semua makanan dan pasokan lainnya masuk ke Gaza, dengan alasan bahwa hal itu bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera. Hal ini sedikit melonggarkan blokade pada akhir Mei, sehingga memungkinkan masuknya bantuan.

UNRWA, badan PBB yang menangani warga Palestina di Gaza, mengatakan bahwa mereka telah memeriksa hampir 16.000 anak di bawah usia 5 tahun di klinik-kliniknya pada bulan Juni dan menemukan bahwa 10,2 persen di antaranya mengalami kekurangan gizi akut. Sebagai perbandingan, pada bulan Maret, 5,5 persen dari hampir 15.000 anak yang diperiksa mengalami kekurangan gizi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Gaza Krisis Makam

Lebih dari 40 pemakaman telah hancur total di Gaza.

SELENGKAPNYA

Mantan PM Israel: Israel Rencanakan Kamp Konsentrasi di Gaza 

Israel menggencarkan operasi penghancuran Rafah.

SELENGKAPNYA

Diamnya Dunia, Matinya Gaza

Gaza adalah genosida yang disiarkan langsung lewat layar kaca.

SELENGKAPNYA