
Internasional
Pembantaian di Gaza Berlanjut di Tengah Kabar Gencatan Senjata
Puluhan syahid setiap harinya di Gaza.
GAZA – Serangan Israel menewaskan sedikitnya 72 orang di Gaza sepanjang malam hingga Sabtu, kata para pekerja kesehatan. Hal ini seiring dengan munculnya prospek gencatan senjata setelah 21 bulan perang.
Tiga anak dan orang tua mereka syahid dalam serangan Israel di sebuah kamp tenda di Muwasi dekat kota selatan Khan Younis. Mereka diserang saat sedang tidur, kata kerabatnya.
"Apa yang dilakukan anak-anak ini terhadap mereka? Apa kesalahan mereka?" kata nenek anak-anak tersebut, Suad Abu Teima, sementara yang lain berlutut untuk mencium wajah mereka yang berlumuran darah dan menangis. Ada yang menaruh bunga merah ke dalam kantong jenazah.
Di antara korban jiwa juga terdapat 12 orang di dekat Stadion Palestina di Kota Gaza, yang menampung para pengungsi, dan delapan lainnya di apartemen, menurut staf di Rumah Sakit Shifa. Lebih dari 20 jenazah dibawa ke Rumah Sakit Nasser, menurut pejabat kesehatan.
Serangan tengah hari menewaskan 11 orang di sebuah jalan di timur Kota Gaza, dan jenazah mereka dibawa ke Rumah Sakit Al-Ahli. Serangan lain terhadap sebuah pertemuan di Kota Gaza timur menewaskan delapan orang termasuk lima anak-anak, kata rumah sakit. Serangan terhadap sebuah pertemuan di pintu masuk kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah menewaskan dua orang, menurut Rumah Sakit Al-Awda.

Presiden AS Donald Trump mengatakan mungkin ada perjanjian gencatan senjata dalam minggu depan. Menanggapi pertanyaan dari wartawan pada hari Jumat, dia berkata, “Kami sedang menangani Gaza dan berusaha menyelesaikannya.”
Seorang pejabat yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada The Associated Press bahwa Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer akan tiba di Washington minggu depan untuk melakukan pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza, Iran dan topik lainnya. Pejabat tersebut berbicara tanpa menyebut nama karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas telah kembali berjalan, bahkan terhenti sejak Israel melanggar gencatan senjata terbaru pada bulan Maret, melanjutkan kampanye militernya di Gaza dan memperburuk krisis kemanusiaan yang mengerikan di wilayah tersebut. Sekitar 50 sandera masih berada di Gaza, kurang dari setengahnya diyakini masih hidup. Mereka termasuk di antara 251 sandera yang disandera ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang.
"Apa lagi yang masih bisa dilakukan di Gaza yang belum dilakukan? Siapa lagi yang harus dilenyapkan?" Yotam Cohen, saudara laki-laki sandera Nimrod Cohen, mengatakan pada Sabtu malam ketika unjuk rasa mingguan oleh keluarga dan pendukung dilanjutkan setelah gencatan senjata Israel dengan Iran.
Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan. Dikatakan lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Dikatakan bahwa korban jiwa termasuk 6.089 orang tewas sejak berakhirnya gencatan senjata terbaru.

Ada harapan di kalangan keluarga sandera bahwa keterlibatan Trump dalam mengamankan gencatan senjata baru-baru ini antara Israel dan Iran mungkin akan menambah tekanan untuk mencapai kesepakatan di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapatkan gelombang dukungan publik terhadap perang Iran dan pencapaiannya, dan dia merasa memiliki lebih banyak ruang untuk mengakhiri perang di Gaza, sesuatu yang ditentang oleh mitra pemerintahannya dari sayap kanan.
Hamas telah berulang kali mengatakan pihaknya siap membebaskan semua sandera dengan imbalan diakhirinya perang di Gaza. Netanyahu mengatakan dia akan mengakhiri perang hanya setelah Hamas dilucuti dan diasingkan, namun hal ini ditolak oleh kelompok tersebut.
Sementara itu, warga Palestina yang kelaparan mengalami situasi bencana di Gaza. Setelah memblokir semua makanan selama dua setengah bulan, Israel hanya mengizinkan sedikit pasokan masuk ke wilayah tersebut sejak pertengahan Mei.
Lebih dari 500 warga Palestina telah terbunuh dan ratusan lainnya terluka saat mencari makanan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza yang baru dibentuk mulai mendistribusikan bantuan di wilayah tersebut sekitar sebulan yang lalu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Lihat postingan ini di Instagram
Saksi mata Palestina mengatakan pasukan Israel telah melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang di jalan menuju lokasi tersebut. Militer Israel mengatakan mereka hanya melepaskan tembakan peringatan dan sedang menyelidiki insiden yang melukai warga sipil saat mendekati lokasi tersebut.
Ribuan warga Palestina berjalan berjam-jam untuk mencapai lokasi tersebut, melewati zona militer Israel. Upaya terpisah yang dilakukan PBB untuk mendistribusikan makanan dalam jumlah terbatas telah diganggu oleh geng-geng bersenjata yang menjarah truk dan kerumunan orang yang putus asa menurunkan pasokan dari konvoi.
Korban tewas pada hari Sabtu termasuk dua orang yang tewas akibat tembakan Israel saat menunggu untuk menerima bantuan di dekat koridor Netzarim, sebuah jalan yang memisahkan Gaza utara dan selatan, menurut rumah sakit Al-Shifa dan Al-Awda, yang masing-masing menerima satu jenazah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Aktivis Indonesia Mulai Galang Konvoi Global Tembus Blokade Gaza
UBN mengajak masyarakat Indonesia turut serta menjadi bagian dari kafilah konvoi damai menuju Gaza.
SELENGKAPNYA20 Tentara Tewas di Gaza, IDF Makin Kewalahan
Media Israel perkirakan kehancuran tentara Israel di Gaza.
SELENGKAPNYABayi-Bayi Terus Mati Kelaparan di Gaza
549 warga Palestina telah terbunuh saat mencoba mengakses bantuan.
SELENGKAPNYA