Seorang petugas medis dari Provinsi Jilin mengucapkan perpisahan pada rekannya saat hendak bertolak meninggalkan Wuhan seturut dicabutnya karantina wilayah, Rabu (8/6). | AP

Internasional

Gegar Pascakarantina di Wuhan

Petugas medis di Kanada keluhkan kurangnya APD

 

 

WUHAN -- Kota Wuhan di Provinsi Hubei, Cina, mencabut lockdown atau karantina wilayah, Rabu (8/4). Setelah menjalani lockdown selama 11 pekan, warga Wuhan boleh melakukan aktivitas di luar rumah dan bepergian.

 

"Kita amat sadar bahwa kita tidak boleh berleha-leha karena kita belum bisa menyatakan kemenangan sepenuhnya," kata Wakil Gubernur Hubei Cao Guangjin di hadapan wartawan, Rabu. "Kita harus tetap tenang dan pada akhirnya harus tetap waspada seperti saat awal dulu."

 

Jalanan di Wuhan yang berpenduduk 11 juta jiwa ini kembali dipenuhi warga setelah selama 76 hari mereka terkurung di rumah masing-masing. Mereka mulai bepergian dengan bus, kereta, dan pesawat. Pada Rabu saja diperkirakan ada 65 ribu orang yang bepergian dengan kereta dan pesawat.

 

Warga tampak masih terlihat memakai masker meski lockdown dicabut. Rupanya Pemerintah Wuhan mendesak agar warganya masih tetap memakai masker.

 

photo
Petugas medis dari Provinsi Jilin mememeluk rekannya saat hendak bertolak meninggalkan Wuhan melalui Bandara Tianhe seturut dicabutnya karantina wilayah, Rabu (8/6). - (AP)

 

Seorang pejabat di Bandara Wuhan, Lou Guowei, mengatakan, pesawat pertama, yaitu MU2527 terbang meninggalkan Bandara Wuhan Tianhe International Airport pukul 07.25 waktu setempat. Pesawat terbang menuju Sanya, kota pantai di Provinsi Hainan yang terkenal dengan pantai-pantainya.

 

"Awak pesawat akan memakai pelindung mata, masker, dan sarung tangan sepanjang penerbangan,\" kata pemimpin pramugari dalam penerbangan ini, Guo Binxue, yang dikutip Xinhua News. "Semuanya akan berjalan lancar karena kami telah melakukan banyak persiapan untuk penerbangan ini."

 

Sejumlah calon penumpang tampak memakai pelindung lengkap, seperti jas hujan panjang atau penutup wajah. Seorang calon penumpang, Wang Wenshu, mengatakan akan terbang dan menemui orang tuanya. "Tentu saja saya rindu mereka. Tolong jangan tanya-tanya lagi, bisa-bisa saya akan menangis."

 

photo
Seorang kakek dan cucunya bersiap meningglkan Wuhan melalui Bandara Tianhe, Rabu (8/4) - (AP)

 

Penjagaan masih belum sepenuhnya dilepas. Sekolah masih belum dibuka, suhu tubuh juga masih diperiksa saat orang-orang memasuki gedung. Sedangkan, warga Wuhan yang tiba di Beijing harus menjalani dua putaran tes untuk memastikan mereka bebas dari virus korona.

 

Seorang warga Wuhan, Tong Zhengkun, adalah salah satu dari jutaan orang yang menikmati kebebasannya pada Rabu. "Saya tidak pernah berada di luar rumah selama lebih dari 70 hari," katanya terharu. Ia melayangkan pandang ke jembatan di atas Sungai Yangtze yang melintasi Wuhan. "Berada di dalam rumah begitu lama membuat saya seperti gila," kata Tong.

 

Pusat perbelanjaan dan jajaran toko terbesar di Wuhan, seperti Chu River dan Jalan Han sebenarnya sudah buka sejak 30 Maret lalu. Namun, saat itu warga Wuhan masih belum diizinkan keluar Provinsi Hubei. Antrean panjang mengular di pasar swalayan, sementara pembatasan jarak satu meter masih berlaku. Sejumlah warga lain menikmati udara hangat dengan melakukan aktivitas di luar ruang, seperti badminton atau berjoget bersama.

 

Tetap waspada

 

Wuhan menjadi pusat penyebaran virus korona. Hingga kini sumber dari virus korona tersebut masih dalam investigasi. Tak dimungkiri, sejumlah pasien pertama penderita Covid-19 terkait dengan pasar makanan terbuka di Wuhan.

 

Lockdown di Wuhan mulai diberlakukan pada 23 Januari. Pemberlakuan lockdown/ yang drastis dan ketat di Wuhan diyakini menjadi percontohan bagi negara-negara yang berupaya menghentikan laju penyebaran virus korona. Dalam waktu 21 hari terakhir, hanya ada tiga kasus baru infeksi virus korona.

 

Para pemimpin daerah Wuhan berjanji akan memulihkan kehidupan di Wuhan sambil mencegah datangnya infeksi gelombang kedua. Kini warga memiliki tantangan baru, yaitu memulai hidup seperti biasa sambil menjaga agar wabah yang menyentuh hidup mereka lagi.

photo
Penumpang mengenakan pakaian pelindung saat hendak bertolak meninggalkan Wuhan melalui Stasiun Kereta Api Hankou, Rabu (8/4). - (AP)

 

Wuhan adalah pusat industri berat, khususnya otomotif. Sejumlah pabrik besar kini mulai beroperasi lagi. Namun, dunia usaha kecil dan menengah yang paling banyak menyerap tenaga manusia masih terpukul karena kekurangan tenaga kerja dan pasar. Pemerintah berjanji akan menyuntikkan dana, termasuk pinjaman senilai 2,8 miliar dolar AS.

 

Hingga berita ini ditulis, data John Hopkins University & Medicine menunjukkan Cina memiliki lebih dari 82.700 ribu kasus infeksi. Dari jumlah itu, lebih dari 50 ribu kasus ada di Wuhan dan lebih dari 2.500 orang meninggal dunia. Angka kematian di Wuhan ini mencapai 80 persen dari dari kematian di seluruh Cina akibat Covid-19 yang total mencapai 3.333 orang. 

Kritis di Kanada

Sementara itu, para tenaga medis di Kanada mulai membuat surat wasiat karena khawatir keselamatan mereka. Penyebab kekhawatiran mereka antara lain akibat kekurangan alat pelindung diri (APD) ketika menangani pasien yang terinfeksi virus korona.

 

Seorang dokter di kota kecil Brighton, Michelle Cohen, telah mendiskusikan perihal surat wasiat itu kepada suaminya. "Saya baru saja membahas hal ini dengan suami saya dan ini adalah hal yang kami semua telah pikirkan," ujar Cohen kepada Canada Broadcasting Corporation.

photo
Petugas medis di Rumah Sakit St Paul, Vancouver, Kanada, membalas tepuk tangan warga setempat pada Ahad (8/4)  - (The Canadian Press)

 

Cohen bekerja di sebuah klinik di Brighton. Nama dia telah masuk ke dalam daftar dokter yang akan dipanggil ke rumah sakit terdekat jika pasien virus korona bertambah. Cohen dan 43 ribu anggota Ontario Medical Association lainnya telah menerima e-mail yang memberikan instruksi tentang cara memperbarui atau menulis surat wasiat pada dua pekan lalu.

 

"Kami jarang memikirkan keselamatan kami sendiri. (Namun), jika kami diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak aman bagi kami, keluarga, komunitas, dan pasien kami, menurut saya banyak orang akan mulai memikirkan hal ini. Tidak ada yang mendaftar untuk melakukan misi bunuh diri," ujar Cohen.

 

Laman Anadolu Agency melaporkan, setidaknya lebih dari 450 petugas kesehatan di Ontario positif terinfeksi virus korona per 6 April. Ontario adalah populasi terpadat di 10 provinsi Kanada dan wilayah ini mulai kehabisan peralatan perlindungan pribadi. Pemerintah Ontario menyatakan, stok APD hanya bisa digunakan untuk satu minggu lagi.

 

Sebelumnya, proses pembelian masker dari Amerika Serikat (AS) sempat terkendala. AS menahan kiriman 500 ribu masker dari pesanan empat juta yang akan dikirim untuk Provinsi Ontario. Peristiwa itu imbas dari Presiden AS Donald Trump yang menandatangani penghentian alat pelindung diri agar tidak diekspor pada pekan lalu.

 

Namun, Kanada berupaya menekan AS agar memenuhi pesanan Kanada akan peralatan medis. Kini Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, bantuan peralatan medis sedang dalam perjalanan. Sekitar 500 ribu masker medis N95 akan dikirim ke Kanada pada Rabu (8/4) dari perusahaan 3M Co yang berbasis di Minnesota, Amerika Serikat (AS). APD itu dipesan oleh Provinsi Ontario untuk membantu memerangi virus korona.

 

"Kami telah melakukan pembicaraan secara intensif dan memastikan bahwa pengiriman khusus ini dipermudah," ujar Trudeau.

 

Trudeau menambahkan, sekitar 5.000 perusahaan Kanada secara sukarela membantu menyediakan peralatan pelindung diri bagi tenaga medis. Salah satunya adalah Canada Goose yang menawarkan untuk membuat APD.

 

Menteri Pengadaan Alat Anita Anand mengatakan, Kanada memiliki komitmen kepada perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk membeli lebih dari 230 juta masker, di mana lebih dari 16 juta telah dikirimkan. Dia juga telah memesan 75 juta masker bedah N95 dan berharap memiliki 2,3 juta masker pada akhir minggu ini.

 

\"Kami tidak akan diam sampai pasokan ini berada di Kanada," kata Anand. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat