
Nasional
Saatnya Pemuda Bergerak Atasi Perubahan Iklim
Pemuda harus membangun masa depan yang berkelanjutan.
SEMARANG – Pemuda memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan besar perubahan iklim dan transisi energi. Oleh karena itu, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam aksi iklim.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengajak generasi muda untuk menjadi pelopor pengetahuan, inovator lokal, kolaborator handal, dan suara perubahan demi masa depan yang lebih hijau dan lestari.
“Terletak tanggung jawab dan potensi luar biasa untuk membentuk dunia yang lebih baik. Dan tentunya mereka yang berjiwa muda juga,” ujar Fabby dalam acara Central Java Youth Sustainability Forum 2025 yang dipantau secara daring, Sabtu (3/4/2025).
Ia menekankan tantangan terbesar sekaligus peluang termulia saat ini adalah membangun masa depan yang berkelanjutan, terutama di tengah krisis iklim, kepunahan keanekaragaman hayati, dan polusi yang semakin nyata dampaknya. Fabby mengingatkan Jawa Tengah, sebagai provinsi kaya sumber daya alam dan budaya, tidak luput dari ancaman perubahan iklim.
“Kami menyaksikan sendiri bagaimana kenaikan muka air laut menggerus pesisir utara Jawa, dan bagaimana pola cuaca ekstrim mengganggu panen para petani kita,” katanya.
Kondisi ini menuntut adaptasi dan mitigasi yang serius, mulai dari wilayah pesisir seperti Demak dan Pekalongan yang rentan banjir, hingga pengurangan emisi di sektor industri dan transportasi di kota-kota besar seperti Semarang dan Surakarta.
Menurut Fabby, transisi energi dari ketergantungan bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti surya, angin, dan panas bumi adalah keniscayaan. Namun, proses ini kompleks dan membutuhkan dukungan semua pihak.
“Sebagian besar energi listrik yang kita gunakan hari ini masih 85 persen berasal dari energi fosil, yang menjadi sumber polusi dan pemanasan global,” ujarnya.
Di tengah tantangan tersebut, Fabby memuji munculnya berbagai inisiatif lokal yang menunjukkan potensi besar pemuda. Ia menyebutkan contoh kelompok pemuda di lereng Merapi yang mengembangkan pertanian organik tahan iklim, startup di Semarang yang menciptakan solusi pengelolaan sampah, serta perusahaan yang memproduksi spirulina dengan energi terbarukan.
“Di sana kita melihat banyak peran dari para pemuda,” katanya.
Fabby menegaskan generasi muda saat ini adalah digital native yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi dan informasi. “Generasi ini harusnya penuh kreativitas, berani mendobrak kebiasaan lama, dan memiliki energi yang tidak terbatas,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memberdayakan pemuda dengan menyediakan ruang inovasi, akses pendidikan dan pelatihan green skill, dukungan pendanaan, serta mendengarkan aspirasi mereka dalam pengambilan kebijakan.
Fabby menguraikan empat ajakan utama bagi pemuda Jawa Tengah. Pertama, belajar dan pahami isu perubahan iklim, dampaknya, dan solusi yang ada. "Bagikan pengetahuan itu kepada teman, keluarga, dan komunitas,” katanya.
Kedua, menjadi inovator lokal dengan menciptakan berbagai solusi seperti aplikasi pemantau kualitas udara, sistem irigasi hemat air, produk daur ulang kreatif, atau kampanye hemat energi di sekolah.
Ketiga, menjadi kolaborator andal yang mampu membangun jaringan, bekerja sama dengan berbagai pihak, dan bergabung atau membentuk komunitas peduli lingkungan.
Keempat, menjadi suara perubahan dengan menggunakan platform digital, media sosial, forum diskusi, dan kegiatan kemahasiswaan untuk menyuarakan urgensi aksi iklim dan transisi energi serta mendorong kebijakan pro-lingkungan.
Fabby menutup pidatonya dengan optimisme tinggi, menegaskan bahwa masa depan Jawa Tengah yang lestari dan tangguh menghadapi perubahan iklim ada di tangan generasi muda.
"Energi, ide, dan semangat kalian adalah bahan bakar utama untuk mewujudkan itu. Mari kita buktikan bahwa pemuda Jawa Tengah bukan hanya pemimpin masa depan, tetapi pemimpin aksi iklim dan transisi energi hari ini,” katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.