
Internasional
Paus Fransiskus di Gaza dan di Tel Aviv
Warga Gaza mendukai kepergian Paus Fransiskus.
GAZA – Sejumlah pihak di Israel menyerukan pemboikotan pemakaman Paus Fransiskus. Sebaliknya, kematian tokoh itu menimbulkan kedukaan pada umat Kristiani di Gaza yang menghargai kepeduliannya pada Palestina.
Umat Kristen Palestina mengenangnya sebagai seorang pendukung spiritual yang setia yang menjaga kontak dekat dengan komunitas kecil dan rentan mereka selama agresi Israel.
Sejak pecahnya perang di Gaza, Paus Fransiskus secara teratur melakukan komunikasi melalui panggilan video, terkadang beberapa kali seminggu. Ia mengungkapkan solidaritasnya, memanjatkan doa, dan memberikan kata-kata harapan.
Pesan-pesannya menjadi penenang bagi banyak umat Kristen di Gaza di tengah genosida yang sedang terjadi. "Saya selalu menunggu untuk mendengar kata-kata Bapa Suci. Saya akan menontonnya di televisi, dan melalui layar. Dia memberi kami harapan melalui pesan dan doanya," kata Elias al-Sayegh, dari lingkungan al-Zaytoun, kepada AFP, Selasa.
“Setiap hari, beliau memperbarui harapan kami untuk mengakhiri perang dan pertumpahan darah. Doanya akan tetap bersama kami – untuk perdamaian di tanah damai, Palestina,” tambahnya.

“Dengan meninggalnya Paus, kami di Gaza merasa seolah-olah cahaya cinta dan perdamaian telah padam. Meskipun Vatikan jauh, suaranya selalu menyentuh hati kami – ia tidak pernah berhenti menyerukan perdamaian dan keadilan,” kata George Ayad, dari Kota Gaza.
“Di tengah kepedihan dan blokade yang menyesakkan yang kami alami, kami berpegang teguh pada kata-katanya sebagai secercah harapan. Paus tidak pernah melupakan Gaza dalam doanya – dan hari ini, kami mempersembahkan doa kami untuk jiwanya,” tambahnya.
Ibrahim al-Tarazi, dari Al-Rimal Kota Gaza, mengatakan kematian Paus Fransiskus berita yang memilukan dan mengejutkan bagi semua umat Kristen di Gaza dan Palestina dan bagi pecinta perdamaian di seluruh dunia. “Hati kami hancur atas meninggalnya orang suci, Bapa Suci kami. Kami berdoa untuknya. Doa dan berkahnya akan tetap ada dalam diri kami, agar perdamaian dapat terwujud di Gaza dan di seluruh dunia,” tutur al-Tarazi.
Dalam pidato yang kemudian menjadi pidato terakhirnya, Paus Fransiskus kembali hadir di depan publik pada Minggu Paskah, menyapa puluhan ribu jamaah dari mobil paus di Lapangan Santo Petrus untuk pertama kalinya sejak ia sembuh dari pneumonia ganda. Paus berusia 88 tahun itu menyampaikan pesan Paskah yang kuat yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan tawanan, dan tindakan global melawan 'meningkatnya antisemitisme'.
Muncul di mobil paus terbuka setelah selamat dari rawat inap selama lima minggu di rumah sakit, Paus Fransiskus melambaikan tangan dengan lembut ke arah kerumunan orang yang memenuhi alun-alun, banyak yang mengibarkan bendera nasional dan meneriakkan "viva il papa!" (Hidup Paus). Mobil Paus berhenti di beberapa titik di sekitar alun-alun yang dipenuhi bunga, sehingga para pembantu kepausan dapat membawa bayi-bayi untuk diberkahi Paus.

Meskipun ia tidak memimpin Misa Paskah Vatikan secara penuh karena keterbatasan kesehatan, Paus Fransiskus muncul di akhir kebaktian untuk menyampaikan pemberkatan tradisional "Urbi et Orbi", sebuah pesan "kepada kota dan dunia."
Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh seorang ajudannya, pesan Paskah Paus menggambarkan situasi di Gaza sebagai “dramatis dan menyedihkan.” Dia mendesak semua pihak yang bertikai untuk segera menyetujui gencatan senjata.
“Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai: menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera, dan membantu orang-orang yang kelaparan yang menginginkan masa depan damai,” bunyi pernyataan itu.
Paus Fransiskus juga menyatakan “kedekatannya dengan penderitaan seluruh rakyat Israel dan Palestina,” seraya memperingatkan apa yang ia gambarkan sebagai tren global “antisemitisme” yang “mengkhawatirkan”.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebaliknya, mantan duta besar Israel untuk Italia Dror Edar mengatakan Israel tidak boleh menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun. Media Israel Maariv melaporkan ia menggambarkan paus sebagai sebagai seorang “antisemit.” “Israel tidak boleh berpartisipasi dalam pemakaman Paus Fransiskus jika kita memiliki martabat nasional,” kata Idar.
Ia menganggap bahwa Paus hanya mengatakan "beberapa patah kata" yang mendukung Israel, namun pada saat yang sama melanjutkan serangan sengitnya terhadap kami, menuduh kami melakukan genosida.
Ia mengatakan bahwa Paus “berbicara tentang anak-anak Gaza, bukan anak-anak kami, dan menampilkan kami sebagai pihak yang paling jahat di dunia,”. Ia juga menuduh Paus Fransiskus sebagian besar bertanggung jawab atas meningkatnya gelombang anti-Semitisme di dunia.
Mantan duta besar Israel untuk Italia juga mengemukakan klaim kontroversial bahwa "hanya Paus Pius XII yang menyaingi Paus Fransiskus dalam hal anti-Semitisme." Paus Pius menjabat dari tahun 1939 hingga 1958 dan meninggal pada usia 82 tahun. Ia kerap disebut sebagai Paus yang diam saat orang Yahudi dibantai di Jerman.
Idar menyarankan agar Israel mengirimkan perwakilan tingkat rendah ke pemakaman tersebut, sebagai pengingat bahwa “darah Yahudi bukannya tidak berharga,” katanya, menurut Maariv.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Hari-Hari Terakhir Paus Fransiskus
Pemilihan pengganti Paus Fransiskus sudah dimulai di Vatikan.
SELENGKAPNYAPejuang Palestina Kembali Sergap Tentara Penjajah di Utara Gaza
Serangan dilakukan di lokasi dekat Netanyahu sebelumnya berkunjung.
SELENGKAPNYAPesan Paus Fransiskus Sebelum Wafat: Gencatan Senjata
Paus menggambarkan situasi di Gaza dengan kalimat dramatis dan menyedihkan.
SELENGKAPNYA