Sejumlah keluarga jenazah pasien suspect Corona melaksanakan Shalat jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta, Kamis (26/3). | Putra M. Akbar/Republika

Tajuk

Mari Berempati

Ajaran agama mengajarkan kepada kita untuk menghormati dan memuliakan jenazah.

Insiden penolakan warga di sejumlah daerah di Tanah Air terhadap proses pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19 sungguh sangat memprihatinkan. Bahkan, dilaporkan ada warga yang tega melempari petugas dengan batu saat akan memakamkan jenazah yang terinfeksi virus korona jenis baru tersebut. Peristiwa seperti itu sesungguhnya tak boleh terjadi di negeri yang religius, seperti Indonesia ini. Ajaran agama mengajarkan kepada kita untuk menghormati dan memuliakan jenazah. Setiap orang di dunia ini, tak mengenal status sosial dan agama, bisa menjadi korban keganasan virus Covid-19. Dan, terinfeksi virus korona bukanlah sebuah aib.

Fenomena penolakan warga terhadap proses pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19 ini menandakan lemahnya edukasi. Ketidaktahuan masyarakat sangat mungkin menjadi pemantik terjadinya penolakan tersebut. Ketidaktahuan atau kurangnya edukasi membuat masyarakat sekitar pemakaman takut dan panik. Mereka khawatir tertular Covid-19 jika jenazah tersebut dimakamkan di sekitar permukiman mereka. Karena itu, pemerintah pusat dan daerah harus semakin gencar mengedukasi masyarakatnya. Edukasi ini harus dilakukan hingga ke tingkat RT dan RW. Masyarakat harus diberi pemahaman sejelas-jelasnya. Libatkan juga para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat terkait Covid-19 ini di tingkat akar rumput.  

Rendahnya pemahaman masyarakat juga telah mengakibatkan sejumlah tenaga medis yang menangani Covid-19 mengalami diskriminasi. Bahkan, ada tenaga medis yang sampai diusir dari tempat tinggalnya. Padahal, kita semua berutang budi kepada para tenaga medis yang mempertaruhkan nyawanya demi merawat dan menyembuhkan para pasien yang terkena Covid-19. Di tengah krisis alat pelindung diri (APD), para tenaga medis berjuang di garis depan. Tak sedikit tenaga medis, baik dokter maupun perawat yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, sejumlah tenaga medis gugur akibat ganasnya virus korona ini. Terobosan yang dilakukan sejumlah pemerintah daerah untuk menyediakan tempat khusus bagi tenaga medis yang menangani Covid-19 patut diberi apresiasi.

Dalam situasi seperti ini, semua masyarakat di Tanah Air sudah seharusnya mendukung dan memuliakan para tenaga medis yang berjuang menyelamatkan nyawa anak bangsa. Masyarakat pun sudah selayaknya memberi dukungan dan simpati kepada pasien dan keluarga yang anggota keluarganya terinfeksi Covid-19 ini. Jangan sampai ada lagi diskriminasi. Mari kita tumbuhkan empati. Kita semua juga bisa menjadi korban Covid-19 ini. Apakah kita mau diperlakukan buruk? Karena itu, kita berharap tak ada lagi insiden penolakan terhadap pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19. Mari kita bahu-membahu memutus rantai penyebaran virus korona yang setiap hari terus menelan korban jiwa itu. 

Hingga Jumat (3/4), jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 196 dalam kurun waktu 24 jam.  Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, total kasus positif korona di Indonesia sudah mencapai 1.986. Total kasus yang meninggal dunia mencapai 181 orang. Hal yang perlu diketahui oleh masyarakat, infeksi Covid-19 ini bisa disembuhkan. Total pasien yang sembuh sudah 134 orang. Konstitusi telah mengamanatkan kepada Negara untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, termasuk dari bahaya Covid-19 ini. Namun, mencegah kian menyebarnya Covid-19 bukan hanya tugas pemerintah. Seluruh elemen bangsa harus bersatu. Dengan empati dan solidaritas dari seluruh anak bangsa, kita optimistis bisa melalui ujian berat ini. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat