Warga Palestina memeriksa kerusakan tenda yang menampung jurnalis setelah terkena serangan Israel di Khan Younis, Gaza selatan, 7 April 2025. | Hatem Khaled/Reuters

Internasional

Syahidnya Jurnalis di Jalur Gaza

Jurnalis Ahmed Mansour yang terbakar hidup-hidup akibat serangan Israel akhirnya syahid.

GAZA – Israel masih terus melakukan serangan membabi-buta ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza dan menewaskan puluhan orang. Sementara jurnalis yang terbakar hidup-hidup akibat serangan Israel pada Senin lalu akhirnya syahid.

Ledakan besar terjadi di kota Rafah di selatan Gaza, kemarin. Aljazirah melaporkan ledakan besar itu bisa terdengar hingga di Deir el-Balah. Para saksi mata menyatakan bagian timur Rafah telah seluruhnya tertutup asap dan debu dari bangunan yang hancur. Petugas tanggap darurat di lingkungan kota Tal as-Sultan berusaha mengevakuasi orang-orang yang terluka di bawah tembakan yang sangat gencar.

Warga Gaza dibangunkan kemarin pagi dengan suara jet tempur Israel yang menghasilkan ledakan sonik, yang membuat takut semua orang di Deir el-Balah. Kawasan ini menjadi episentrum serangan udara Israel selama 12 jam terakhir. Kementerian Kesehatan Gaza melansir sebuah rumah terkena serangan di bagian barat kota Deir el-Balah, menewaskan 11 orang. Rumah mereka diserang tanpa peringatan.

Aljazirah mengutip sumber medis menghitung sedikitnya 60 warga syahid akibat serangan Israel di Gaza sejak subuh kemarin. Jumlah itu termasuk jurnalis Ahmed Mansour, yang meninggal setelah serangan terhadap tenda pers di Rumah Sakit Nasser.

photo
Awatif Sabbah berduka atas putrinya, Jana, 10, yang tewas akibat serangan udara Israel, di rumah sakit di Deir al-Balah, Jalur Gaza, pada Selasa, 8 April 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Mansour, yang terbakar hidup-hidup akibat serangan Israel di Khan Yunis, Jalur Gaza, syahid akibat luka bakar yang dideritanya. Kematiannya menambah panjang jumlah jurnalis yang dibunuh Israel di Jalur Gaza. 

Dua orang lainnya syahid dan delapan lainnya luka-luka dalam serangan Senin pagi. Mereka adalah Hilmi al-Faqawi dan Yusuf Al-Khazandar. Al-Faqawi adalah seorang jurnalis di Palestine Today TV.

Mereka syahid ketika pesawat tempur Israel mengebom tenda jurnalis di dekat rumah sakit di Khan Younis pada Senin pagi.  Dalam video yang dilansir Quds News Network, terlihat  Ahmed Mansour tak mampu melarikan diri dari serangan.

Ia terduduk di meja kerjanya dan terbakar hidup-hidup. Saat berhasil dievakuasi, ia  menderita luka bakar parah yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.  Fotografer Aljazirah Mahmoud Awad juga terluka dalam serangan itu. 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

“Tubuh rekan saya Ahmed Mansour meleleh karena intensitas api,” kata jurnalis Abdel Raouf Shaath, yang, dalam kemanusiaannya, bergegas melewati kolom api, dan asap yang mengepul untuk menyelamatkan rekan-rekannya di tenda jurnalis yang menjadi sasaran serangan udara Israel.

Ia menuturkan, serangan Israel terhadap tenda para jurnalis terjadi pada Senin dini hari pukul 01.03. Shaath dan rekan-rekannya di tenda jurnalis di depan Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, terkejut melihat api melalap tenda yang menampung sejumlah jurnalis.

Shaath bergegas masuk ke dalam kobaran api, mencoba menarik keluar Mansour, yang tampak tak berdaya saat api melahap tubuhnya. "Adegan itu sangat brutal. Saya tidak pernah membayangkan saya akan berada dalam situasi yang menyakitkan... api menghanguskan seorang jurnalis dan tubuhnya meleleh di depan mata kami," Shaath mengatakan kepada Aljazirah Arab.

Shaath menderita luka bakar di tangannya. "Terjadi ledakan besar. Kami bergegas keluar dari tenda, dan tiba-tiba api melalap tenda dan segala isinya." Dia bertanya dengan penuh kesedihan dan kemarahan, "Berapa lama kami akan terus kehilangan rekan kerja karena neraka ini setiap hari? Kami menuntut perlindungan, sama seperti semua jurnalis di seluruh dunia."

photo
Asap membubung ke langit menyusul pemboman Israel di Jalur Gaza terlihat dari Israel selatan, Senin, 7 April 2025. - ( AP Photo/Leo Correa)

Syahidnya Mansour menjadikan jumlah jurnalis yang syahid sejak pecahnya perang setelah Intifada Al-Aqsa menjadi 211 orang, menurut dokumentasi dari Sindikat Jurnalis Palestina.

Tenda yang diserang Israel adalah milik jurnalis Hassan Aslih. Ia masuk dalam "Daftar Jurnalis", yang terus-menerus menjadi sasaran hasutan Israel sejak ia muncul dalam video yang mendokumentasikan penangkapan tank Israel oleh Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, pada tanggal 7 Oktober 2023.

Hampir satu menit berlalu sejak tenda tersebut menjadi sasaran ketika jurnalis Tamer Qishta, yang tinggal di tenda terdekat, tiba dan mampu mengevakuasi Hassan Aslih, membawanya di bahunya ke bagian penerima tamu dan unit gawat darurat di Kompleks Medis Nasser. “Pemandangannya mengerikan,” kata Qishta kepada Al Jazeera Net. "Saya tidak berpikir dua kali sebelum bergegas masuk dan menarik rekan saya Hassan keluar dan menggendongnya di bahu saya ke rumah sakit. Hidup lebih penting daripada sebuah gambar."

Keberanian Shaath dan Qishta dipuji secara luas di kalangan jurnalis, yang memuji mereka atas perjuangan mereka dalam memperjuangkan kemanusiaan, kesediaan mereka untuk mengorbankan nyawa sesama jurnalis meskipun pekerjaan jurnalistik mereka terancam. “Kami semua di sini bisa menjadi korban berikutnya,” kata Qishta.

photo
Seorang pria melewati rumah tempat jurnalis Islam Meqdad terbunuh bersama putranya dan lima anggota keluarga akibat serangan tentara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Ahad, 6 April 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Dengan nada tegas namun sedih, Qishta menekankan bahwa "kejahatan yang berulang dan berulang-ulang terhadap kami sebagai jurnalis di Gaza tidak akan menghalangi kami untuk memenuhi misi kemanusiaan dan profesional kami." 

Dia menggambarkan jurnalis di Gaza sebagai “penjaga kebenaran terakhir, dan mereka yang memikul tanggung jawab untuk menyampaikan gambaran tragis tersebut kepada dunia dan mengungkap apa yang dialami orang-orang yang tidak bersalah.”

Agresi Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 232 jurnalis dengan rata-rata 13 per pekan. Dalam laporannya, Watson Institute for International and Public Affairs’ Costs of War project menyebut, perang Israel ini menjadi konflik paling mematikan bagi pekerja media yang pernah tercatat. 

Laporan yang diterbitkan pada Selasa (1/4/2025) tersebut mengungkapkan, lebih banyak wartawan yang terbunuh di Gaza dibandingkan dengan gabungan jumlah jurnalis yang terbunuh di kedua perang dunia, Perang Vietnam, perang di Yugoslavia, dan perang Amerika Serikat di Afghanistan. “Sederhananya, ini adalah konflik terburuk yang pernah dialami wartawan,” kata Costs of War seperti dikutip Aljazirah, Rabu (2/5/2025).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Terus Bunuh Jurnalis di Gaza

Seorang jurnalis terbakar hidup-hidup akibat seranga Israel ke tenda wartawan.

SELENGKAPNYA

Roket Hamas Kembali Hantam Israel

Dua belas warga Israel terluka akibat penembakan roket dari Gaza.

SELENGKAPNYA

Israel tak Libur Lakukan Pembantaian di Gaza

Israel terus melakukan pengeboman maraton di Jalur Gaza.

SELENGKAPNYA