Relawan dari gerakan Nyalakan Cahaya membuat Alat Pelindung Diri (APD) jenis Face Shield atau pelindung wajah di Solo, Jawa Tengah, Rabu (1/4/2020). | ANTARA FOTO

Nasional

APD Masih Kurang

Pemerintah menargetkan akhir April lima sampai 10 juta APD bisa didistribusikan.

 

JAKARTA -- Kebutuhan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis untuk menghadapi pandemi virus korona atau Covid-19 masih sangat banyak. Bukan hanya rumah sakit rujukan yang membutuhkan, melainkan juga fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi garda terdepan untuk memberi pertolongan awal.

?Kalau bicara jumlah ideal, butuh banyak bange. Ada fasilitas kesehatan yang juga membutuhkan APD, utamanya fasilitas kesehatan frontliner, yaitu puskesmas, klinik, rumah sakit swasta yang pertama kali menerima pasien positif Covid-19,? ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) terpilih, Muhammad Adib Khumaidi, saat dihubungi Republika, Rabu (1/4).

Dia mengatakan, APD hanya sekali pakai. Karena itu, dibutuhkan tiga APD dipakai per hari karena tenaga medis bekerja dibagi menjadi tiga shift. Tak hanya itu, berdasarkan standar Kementerian Kesehatan bahwa APD untuk tenaga medis harus menggunakan masker jenis N95 karena menjalin kontak dengan pasien.

photo
Pekerja membuat pakaian alat pelindung diri (APD) tenaga medis di konveksi rumahan, Depok, Jawa Barat, Senin (30/3/2020). - (ANTARA FOTO)

Adib mengatakan, jika semua dokter harus bisa melayani pasien Covid-19, ada sebanyak 185 ribu dokter, ditambah perawat yang jumlahnya lebih dari satu juta. Dia menyambut baik ketika pemerintah akan mendatangkan 3 juta APD. "Okelah itu cukup, tapi hanya dalam kurun waktu tertentu. Yang terpenting distribusinya juga dikontrol," kata dia.

Dia meminta, pemerintah memberikan APD untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang benar-benar membutuhkan untuk menangani Covid-19 secara merata. Sebab, orang yang positif Covid-19 kini tersebar hampir di semua provinsi di Indonesia.

Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih sebelumnya mengatakan, meski pemerintah telah mendistribusikan APD untuk tenaga medis pekan lalu hingga ratusan ribu unit, jumlahnya masih kurang. ?Tetapi, setelah satu pekan dan kasus terus bertambah, ternyata mereka mengeluhkan APD masih kurang,? kata dia.

Tak hanya itu, tenaga medis juga mengeluhkan kurangnya masker wajah untuk para tenaga kesehatan. Karena itu, Daeng meminta pengadaan stok APD dan masker terus dilakukan. Pihaknya meminta pengadaan APD harus rutin dilakukan karena semakin bertambah hari, maka otomatis ketersediaannya semakin berkurang karena terus digunakan.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyebut, APD yang digunakan tenaga kesehatan selama menangani pasien Covid-19 berbeda-beda. Semua bergantung pada semakin banyak ruang isolasi untuk pasien positif Covid-19, maka semakin banyak juga APD yang dibutuhkan.

Ketua Umum PPNI Harif Fadhilah mengaku, pihaknya belum menghitung kebutuhan APD secara perinci. "Kalau ruang-ruang itu disediakan dalam jumlah banyak, ya semakin banyak kebutuhan APD-nya. Artinya, kebutuhan APD itu berbanding lurus dengan pelayanan kesehatan (di ruang isolasi dan UGD)," ujar dia.

photo
Peserta pelatihan program Fashion Technology Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) memproduksi alat pelindung diri (APD) sesuai dengan standar keamanan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Unit Pelaksana Teknis Pusat BBPLK Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/3/2020). - (ANTARA FOTO)

Dia mengatakan, kebutuhan APD sangat dinamis, apalagi masing-masing provinsi menambah ruang isolasi dan menambah ruang ICU untuk menangani pasien positif Covid-19. Persoalan ditambah jika kasus meluas dan terus bertambah dalam jangka panjang. Jadi, Harif meminta pemerintah harus rutin mengecek ketersediaan APD di Tanah Air. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus mendorong pengoptimalan produktivitas industri APD. Kebutuhan APD di domestik terus meningkat, terutama demi memenuhi permintaan tenaga medis, mengingat semakin bertambahnya penderita positif korona.

?Produsen APD tengah menghitung kemampuan produksinya hingga enam sampai delapan bulan mendatang. Perhitungan ini akan disesuaikan dengan jadwal distribusi ke setiap pengguna, seperti rumah sakit yang memang sangat memerlukan,? ujar Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam.

Khayam menjelaskan, dalam kondisi normal atau ketika belum adanya wabah Covid-19, industri APD di dalam negeri memproduksi sebanyak satu juta unit per bulan. Hanya saja, karena kebutuhannya kini meningkat, produksi pun didorong lebih banyak. ?Oleh karena itu, kami juga mendorong para pelaku industri tekstil agar ikut berperan memproduksi APD,? ujar dia. Kemenperin, kata dia, mengapresiasi para pelaku industri tekstil di Tanah Air yang turut berpartisipasi dalam produksi APD.

Saat ini, kata dia, Indonesia memiliki 28 produsen APD dengan total kapasitas produksi hingga 17,8 juta unit per bulan. Dari 28 produsen APD tersebut, lima perusahaan sedang menggenjot produksinya, sedangkan sisanya dalam persiapan dan ditargetkan dimulai awal April 2020.

"Kami optimistis produksi APD bisa cepat diproduksi karena kebutuhan bahan baku sudah tersedia. Pada akhir April 2020, diperkirakan lima sampai 10 juta APD bisa didistribusikan," ujar Khayam.

APD yang sedang dibutuhkan meliputi pakaian, tutup kepala, masker, handuk, sarung tangan, pelindung kaki, pelindung tangan, dan kacamata pelindung wajah (goggles). Dalam upaya memasok kebutuhan APD ini, Kemenperin terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat