
Nasional
Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Produksi Penyanitasi Tangan
Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo akan memproduksi lebih banyak lagi sehingga penyanitasi tangan dibagikan kepada masyarakat.
JAKARTA -- Santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'yah (P2S2) Sukorejo Situbondo, Jawa Timur, memproduksi cairan penyanitasi tangan (hand sanitizer). Langkah ini diambil untuk melawan persebaran virus korona baru atau Covid-19 di Indonesia. Ribuan botol cairan tersebut diproduksi secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 14 ribu santriwan dan santriwati di pesantren itu.
Sekretaris P2S2 Sukorejo Lora Fadhoil mengatakan, penyanitasi tangan tersebut diproduksi oleh santri SMK Ibrahimy-1 Prodi Farmasi dan mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibrahimy. "Hingga saat ini masih di angka 5.500-an botol. Jumlah ini masih jauh dari target pemenuhan kebutuhan santri, ustaz, dosen dan pengurus pesantren," ujar Lora Fadhoil saat dihubungi Republika, Senin (23/3).
Dengan keahlian yang dimiliki santri, kata dia, P2S2 Sukorejo menargetkan untuk memproduksi lebih banyak lagi sehingga penyanitasi tangan tersebut bisa juga dibagikan kepada masyarakat sekitar pesantren. "Target kami 14 ribu orang santri ditambah 1.800 ustaz, guru, dosen, dan pengurus pesantren bisa terpenuhi. Bahkan, kalau mampu juga bisa kami berikan kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar dia.
Kendati demikian, kata dia, untuk memenuhi target tersebut ada kendala yang sulit diatasi, yaitu ketersediaan bahan baku yang sudah makin sulit didapatkan. Bahan dasarnya sendiri terbuat dari etanol 96 persen dan ditambahkan bahan lain seperti gliserol, aquades, hidrogen peroksida hingga mencapai komposisi 100 persen.
Sedangkan untuk pembelian bahan baku dalam jumlah besar, kata dia, juga harus dilakukan dengan surat resmi, uang muka, dan harus inden. "Terakhir kami order bahan baku 75 liter hari Jumat tanggal 20 Maret 2020 dan baru tiba di Sukorejo hari ini (Senin)," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi?iyah Sukorejo KH Ahmad Azaim Ibrahimy mengatakan, pembuatan penyanitasi tangan tersebut merupakan salah satu upaya untuk menghindar dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain, sehingga bisa menghindar dari Covid-19.
"Mari kita berikhtiar mencari rahmat Allah dan penyembuhan. Kita harus berupaya agar terhindar dan dijauhkan dari segala macam penyakit. Mari kita bertawakal kepada Allah," ujar cucu pahlawan nasional KH As'ad Syamsul Arifin.
Robot
Para peneliti di Tsinghua University, Shanghai, Cina, merancang sebuah robot yang dapat membantu para petugas medis yang menjadi garda depan dalam mengatasi pandemi virus korona jenis baru atau Covid-19.
Robot tersebut dapat melakukan cek ultrasound, tes swab, dan menggunakan stetoskop. Robot tersebut dilengkapi dengan kamera sehingga para para tenaga medis yang mengoperasionalkannya tidak perlu berhadapan langsung dengan pasien.
Hal ini dapat meminimalkan penularan Covid-19. Robot tersebut dirancang oleh Profesor Zheng Gangtie dari Tsinghua University bersama dengan timnya. Gagasan untuk membuat robot itu muncul ketika tahun baru Imlek saat virus korona sudah mulai menyebar di Cina dan jumlah kematian terus meningkat dengan cepat.
"Semua dokter sangat berani. Virus ini menular dengan cepat, kita dapat menggunakan robot untuk melakukan tugas yang paling berbahaya," ujar Zheng.
Zheng kemudian mengumpulkan tim dan mulai bekerja mengubah dua lengan robot mekanik dengan teknologi yang sama dengan stasiun ruang angksa dan penjelajah bulan. Robot-robot tersebut seluruhnya bekerja secara otomatis dan dapat mensterilkan diri setelah melakukan tindakan yang melibatkan kontak langsung dengan pasien Covid-19.
"Tetapi, umpan balik dari dokter adalah bahwa akan lebih baik jika tidak ada otomatisasi karena kehadiran pribadi akan menghibur dan menenangkan pasien," kata Zheng.
Tim sekarang memiliki dua robot yang telah diuji coba oleh dokter di rumah sakit di Beijing. Sementara, satu robot lainnya telah digunakan untuk pelatihan para dokter di Wuhan Union Hospital.
Cina telah mengirim puluhan ribu pekerja medis ke pusat penyebaran pandemi virus korona, yakni Provinsi Hubei. Lebih dari 3.000 pekerja medis telah terinfeksi pada akhir bulan lalu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.