
Ekonomi
Ekonomi RI Diprediksi Tetap Tangguh
Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
JAKARTA -- Ekonomi Indonesia diprediksi masih cukup resilien menghadapi gejolak global. Saat ini, risiko geopolitik semakin meningkat dengan eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah dan mendorong kenaikan harga minyak serta memicu volatilitas pasar keuangan global.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, ekonomi Indonesia masih cukup tangguh karena ada sejumlah faktor positif yang mendorong keyakinan pelaku ekonomi. “Berakhirnya rangkaian tahapan pilpres akan mendorong keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi,” kata Andry dalam Mandiri Macro and Market Brief Thriving Through Transition 2024 secara daring, Selasa (14/5/2024).
Selain itu, tak lama lagi akan segera dimulai tahapan pilkada juga dapat memberikan dorongan terhadap pertumbuhan konsumsi. Andry menyebut ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat di level 5,06 persen pada 2024.
Tensi geopolitik yang meningkat membuat nilai tukar rupiah melemah hingga sempat mencapai posisi Rp 16.260 per dolar AS. Andry menyebut angka tersebut terlemah sejak 2020.

Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024 juga menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) mencapai 6,25 persen. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik.
Di tengah meningkatnya risiko geopolitik global yang terjadi, Andry mengungkapkan kinerja ekonomi Indonesia masih stabil. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 mencapai 5,11 persen yang lebih tinggi daripada 5,04 persen pada kuartal sebelumnya.
“Pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi belanja pemerintah, terutama terkait pemilu yang juga bersamaan dengan pembayaran tunjangan hari raya,” ucap Andry.
Kendati demikian, Andry menyebut pelemahan kondisi ekonomi global mulai berimbas pada komponen investasi. Begitu juga dampaknya terhadap neraca perdagangan.
“Pertumbuhan investasi pada kuartal I 2024 masih cenderung lambat yang terutama masih diakibatkan masih rendahnya investasi non-bangunan,” kata Andry.
Dia menjelaskan, kinerja neraca perdagangan juga masih mencatatkan surplus, meski dengan nilai yang terus menurun. Lalu, potensi risiko ke depan masih besar dengan masih berlangsungnya gejolak geopolitik global, kenaikan harga energi dan pangan, serta tekanan dari keluarnya investasi portofolio asing yang menyebabkan penguatan dolar AS. “Dengan demikian, suku bunga acuan belum akan turun dalam waktu dekat,” ucap Andry.
Adapun terkait pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini, beberapa faktor menjadi pendorong pertumbuhan. Dia menuturkan, penyelenggaraan Pemilu 2024, tren mobilitas masyarakat yang masih tinggi dan harga-harga komoditas relatif tinggi.
“Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mencatatkan pertumbuhan tertinggi di tengah pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang bertepatan pada Februari 2024,” kata Andry.

Dia menjelaskan, sektor tersebut tumbuh sebesar 18,9 persen secara tahunan pada kuartal I 2024. Angka tersebut lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan sektoral yang sebesar 7,13 persen secara tahunan.
“Sektor akomodasi dan restoran masih tumbuh tinggi sebesar 9,39 persen dan hal yang sama terjadi di sektor pertambangan yang tumbuh 9,31 persen,” ucap Andry.
Sementara itu, sektor pengolahan yang merupakan sektor dengan proporsi terbesar di ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,13 persen secara tahunan pada kuartal I 2024. Sektor industri manufaktur yang tumbuh tinggi adalah sektor yang terkait program hilirisasi dan yang berorientasi pasar domestik misalnya kimia, farmasi, makanan dan minuman).
Sementara itu, sektor industri manufaktur berorientasi ekspor mengalami tekanan seperti, produk tekstil dan furnitur. Secara umum, lanjut dia, harga-harga komoditas memang terkoreksi namun level harga yang terbentuk masih menguntungkan.
“Strategi perusahaan di sektor komoditas seperti CPO, karet, batu bara, dan nikel adalah melakukan efisiensi agar margin keuntungan tidak turun dan bertahan di tengah volatilitas harga yang tinggi,” ujar Andry.
Masih tangguhnya ekonomi Indonesia juga tecermin dari kinerja penjualan eceran. Bank Indonesia (BI) mengatakan, kinerja penjualan eceran pada April 2024 diperkirakan tumbuh, yang tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2024 sebesar 243,2, atau meningkat 0,1 persen year on year (yoy).
"Tetap positifnya penjualan eceran tersebut didorong oleh pertumbuhan kelompok suku cadang dan aksesori, bahan bakar kendaraan bermotor, serta makanan, minuman, dan tembakau," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Selasa.

Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif sebesar 3,3 persen secara bulanan (mtm) ditopang oleh kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat tetap tumbuh didorong oleh kegiatan masyarakat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.
Erwin menuturkan pada Maret 2024 IPR tercatat mencapai 235,4 atau tumbuh sebesar 9,3 persen (yoy). Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh beberapa kelompok, dengan peningkatan tertinggi pada subkelompok sandang diikuti kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Secara bulanan, penjualan eceran tumbuh 9,9 persen (mtm) didorong terutama oleh subkelompok sandang diikuti peralatan informasi dan komunikasi, suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau sejalan dengan peningkatan kegiatan masyarakat saat bulan Ramadhan, persiapan HBKN Idul Fitri, dan program potongan harga.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juni dan September 2024 diproyeksikan menurun, tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juni dan September 2024 yang masing-masing tercatat sebesar 140,1 dan 134,5, lebih rendah dari IEH bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 146,1 dan 136,9.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.