Suasana Bukit Peramun di Kepulauan Bangka Belitung | Instagram @bukitperamun official

Nusantara

Trekking Mengejar ‘Mobil Terbang’

Bukit Peramun menyajikan paket lengkap pengalaman jalan-jalan di sana.

 

Panas terik perlahan sirna ketika memasuki Bukit Peramun, kawasan hutan lindung di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Deretan pepohonan rimbun seperti meng hapus lelah perjalanan sekitar setengah jam dari Bandara HAS Hanandjoedin, Tanjung Pinang. Kawasan yang lebih dikenal masyarakat setempat sebagai Desa Wisata Bukit Peramun ini memang baru dibuka untuk umum sejak 2017, dikelola warga sekitar yang menamakan diri Komunitas Air Selumar (Arsel).

Setelah beristirahat sejenak sembari mendengarkan briefing singkat dari Adie Darmawan, Ketua Komunitas Arsel sekaligus penanggung jawab Bukit Peramun, trekking menyusuri Bukit Peramun mengejar mobil terbang pun dimulai.

Bukit Peramun boleh jadi memiliki keunikan tersendiri. Berjalan kaki bersama pemandu lokal menyusuri jalur menanjak sejauh 515 meter, mata disuguhi pemandangan unik perpaduan pohon besar, tumbuhan lokal, dan bebatuan besar. Bukit Peramun memiliki sekitar 147 jenis pohon, delapan jenis anggrek, dan 30 jenis lumut. Tanaman kayu ulin jadi unggulan karena termasuk jenis pohon langka.

Sejumlah tumbuhan sering dijadikan bahan obat-obatan tradisional bagi masyarakat setempat. Kalau mau tahu nama, jenis, dan manfaatnya, tak perlu bingung. Soalnya, di hampir semua pohon, terpampang kode QR.

Cukup pindai kode QR, maka seluruh informasi terkait pohon itu pun muncul. Selain itu, Bukit Peramun juga menerapkan virtual guide dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) dengan teknologi virtual reality.

Keunikan lain datang dari bebatuan beragam ukuran yang mengelingi pepohonan. Ternyata, bebatuan itu bukan bebatuan biasa yang sengaja diletakkan.

Bebatuan itu, menurut paparan pakar geologi Andriyan Putra di sela trekking, meru pa kan billitonite rocks yang terbentuk dari hasil proses alam. "Batuan ini merupakan batuan intrusi (terobosan) dari dalam perut bumi, menerobos sedimen lapisan bumi yang diperkirakan berusia sekitar 350 juta tahun," ungkapnya.

Intrusi sekelas ini ada di Inggris dan Cina, juga dikenal sebagai intrusi penghasil timah terbesar. Boleh jadi, lanjutnya, nama Peramun pun berasal dari istilah geologi, perayang berarti batu (batuan) dan mountyang berarti gunung. Bahkan, nama Belitung sendiri konon diambil dari kata billitonite, batuan asal usul timah.

Apa pun itu, yang jelas berjalan kaki di rute menanjak Bukit Peramun sungguh menghadirkan suasana dan pengalaman berbeda, diselingi sebuah replika Rumah Hobbit di sela pepohonan dan bebatuan. Sekitar 20 menit mendaki, pemandangan terhenti pada dua buah batu raksasa dengan bentuk dan posisi nyaris sejajar. Keunikan dua batu raksasa yang dikenal sebagai `Batu Kembar' itu pun langsung menjadi incaran swafoto di sela batu sembari merentangkan tangan diselingi gerai tawa. Ya, merentangkan tangan berusaha menyentuh kedua batu dengan masing-masing ujung tangan.

Konon, adat istiadat lokal menyebutkan lokasi batu jadi tempat upacara adat bagi remaja yang mulai memasuki usia dewasa agar dimudahkan jodohnya. Mitosnya, barang siapa bisa memegang dua buah batu dengan cara merentangkan kedua tangan maka dimudahkan jodohnya. Dan bagi yang sudah menikah bisa mendapat keluarga yang harmonis.

Apa pun mitosnya, yang jelas Batu Kembar berada di ketinggian sekitar 90 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di lokasi ini pula, jika cuaca cerah, terlihat Laut Sijuk dan Sungai Padang. Sedangkan, bebatuan yang dipijak disebut-sebut formasi batu granit Tanjung pandan yang terbentuk sekitar 245 juta tahun lalu.

Puas berfoto ria di Batu Kembar, trekking menanjak berlanjut. Berjalan sekitar 10 menit, terlihat mobil usang berwarna cokelat di pinggir tebing seolah sedang lepas landas terbang. Hanya dalam beberapa detik, `mobil terbang' pun jadi rebutan swafoto, bukan hanya di luar mobil, tapi juga di dalam mobil. Meski sangat aman lantaran sebenarnya mobil ditopang tiang kuat, tapi tetap harus berhati- hati. Mobil ini jelas tidak begitu saja hadir di tebing Bukit Peramun. Para pemandu bilang, mobil digotong sekitar 24 sampai 40 orang dari bawah ke atas, mendaki jalur terjal dan sempit.

"Butuh waktu sekitar empat jam hingga sampai di sini," jelas Mustari, salah satu pemandu Bukit Peramun. Acungan jempol untuk kerja keras pemandu menghadirkan spot swafoto unik. Jalan kaki mendaki mengejar swafoto di `mobil terbang'tunai sudah. Tapi, trekkingbelum selesai.

Masih perlu waktu sekitar lima sampai sepuluh menit dari `mobil terbang' untuk mencapai puncak tertinggi Bukit Peramun di ketinggian sekitar 129 mdpl.

Swafoto? Pastinya. Apalagi, tersedia pula anjungan di bibir tebing yang memang sengaja dibuat untuk swafoto. Tersedia pula menara pandang terbuka setinggi dua sampai tiga meter yang juga jadi rebutan swafoto.

Rasa lelah menyusuri trekking menanjak jadi sirna ketika menyedot air kelapa murni di Puncak Bukit Peramun. Jangan khawatir, minumnya tidak pakai sedotan plastik. Air kelapa diminum pakai batang tumbuhan Resaman yang sudah dikeluarkan isinya. Dan isinya pun tak lantas dibuang menjadi sampah, tapi bisa diolah menjadi anyaman sebagai cendera mata.

Sampai kembali ke titik awal trekking, Bukit Peramun tak henti-henti menghadirkan pemandangan unik. Juga, pengalaman wisata alam yang berbeda. Desa Wisata Bukit Peramun yang jadi binaan PT Bank Central Asia (BCA) menyajikan pengalaman jalan-jalan lengkap.

Keindahan alam, keunikan bebatuan, lokasi-lokasi swafoto yang menantang, plus pemanfaatan teknologi digital. Meski memiliki beragam keunikan, Desa Wisata Bukit Peramun, kata Adie, masih harus berbenah diri.

Daya dukung lingkungan terhadap kegiatan wisata tetap harus dijaga dengan fokus pada kualitas ketimbang kuantitas tanpa mengurangi kenyamanan pengunjung.

(Disadur dari Harian Republika Edisi 8 Desember 2019)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat