Anggota Knesset Bezalel Smotrich melambaikan bendera Israel bersama kelompok Yahudi ultranationalists dalam aksi Flag March di Gerbang Damaskus di Kompleks Masjid al-Aqsha di Yerusalem, Selasa (15/6/2021). | AP Photo/Mahmoud Illean

Kabar Utama

Kabinet Israel Diprediksi Pecah Jika Gencatan Senjata Terwujud

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich diprediksi mengundurkan dirinya dari Kabinet jika Netanyahu mengakomodasi tawaran Hamas.

REPUBLIKA.ID,GAZA --Kelanjutan perang Israel di Gaza telah menimbulkan perselisihan di dalam tubuh Kabinet Perang.  Selain menghadapi tekanan publik dalam negeri dan  internasional,  perpecahan mulai ditunjukkan lewat sikap mengenai jalannya perang di antara para pejabat Israel.

Media Israel melaporkan, adanya prediksi bahwa Menteri Keuangan Israel dan pemimpin Partai Shas, Bezalel Smotrich, akan mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan jika kesepakatan tawanan yang diajukan sesuai dengan apa yang diminta kelompok perlawanan Palestina.

photo
Tentara Israel menyaksikan ladang gandum terbakar di sebelah Kibbutz Nahal Oz di sepanjang perbatasan Israel-Gaza - (AP Photo/Tsafrir Abayov)

Laporan tersebut menambahkan bahwa sikap keras ini akan memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memilih antara Benny Gantz dan Gadi Eisenkot, yang mendorong tercapainya kesepakatan, atau Smotrich dan Ben-Gvir. Pilihan terakhir ini akan membawa konsekuensi berlanjutnya  satu tahun lagi pemerintahan yang bertujuan untuk mengatur perang.

Menteri Kepolisian Israel dan pemimpin Partai Kekuatan Yahudi, Itamar Ben-Gvir mengatakan, jika Netanyahu mengakhiri perang di Gaza tanpa menyerbu Rafah, ia akan kehilangan kepercayaan untuk melanjutkan mandatnya sebagai perdana menteri, dikutip dari laman al-Mayadeen, Senin (8/4/2024). 

Sementara itu, Channel 12 Israel melaporkan pada Senin bahwa delegasi Israel yang ditugaskan ke Kairo, dipimpin oleh kepala Mossad David Barnea, sedang menuju kembali ke wilayah pendudukan. Menurut stasiun berita tersebut, para perunding pada Ahad lalu sudah membahas proposal yang ditengahi AS dan disetujui oleh para mediator, termasuk kepala CIA. Israel dilaporkan mengatakan, proposal tersebut serius. Meski demikian, mereka belum menanggapinya.

photo
Setengah tahun genosida di Gaza - (Republika)

Delegasi Hamas yang ditugaskan ke Kairo telah mengonfirmasi, dalam pertemuan dengan Menteri Intelijen Mesir, Abbas Kamel, mengenai kepatuhan gerakan tersebut terhadap tuntutan nasionalnya dalam negosiasi gencatan senjata.

Sebelumnya pada Senin, sumber senior di faksi Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen bahwa tidak ada kemajuan yang dicapai dalam negosiasi yang sedang berlangsung di Kairo.Sumber tersebut menegaskan bahwa delegasi Perlawanan pergi ke perundingan di Kairo dengan membawa sikap Palestina yang disepakati secara nasional.

Sumber tersebut menekankan bahwa tuntutan Palestina sudah jelas, dan tidak akan ada kesepakatan atau pertukaran tanpa adanya jaminan. Hal ini termasuk penghentian segera permusuhan, penarikan pasukan pendudukan Israel dari Gaza, pemulangan para pengungsi, akomodasi bagi masyarakat Gaza, dan rekonstruksi Jalur Gaza.

photo
Tentara Israel membawa peti mati Sersan Oz Daniel saat pemakamannya di Kfar Saba, Israel, Senin, 26 Februari 2024. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Tuntutan tersebut juga mencakup pembukaan penyeberangan untuk masuknya bantuan ke Gaza, pencabutan pengepungan Israel yang diberlakukan di Jalur Gaza, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran tahanan yang sesungguhnya.

Menurut sumber itu, semua upaya yang dilakukan oleh mediator untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan telah ditanggapi dengan keras kepala dan dihalangi oleh pendudukan Israel.

Penarikan pasukan

Israel sebelumnya menarik sebagian besar pasukan dari Gaza selatan bersamaan dengan perundingan di Kairo. Profesor program Kajian Timur Tengah di Doha Institute for Graduate Studies Mohamad Elmasry mengatakan terdapat tiga kemungkinan alasan Israel menarik pasukannya dari Gaza selatan. Pertama, sesuai seperti yang dikatakan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yaitu untuk persiapan operasi di masa depan termasuk ke Rafah.

Rafah yang merupakan kota paling selatan di Gaza saat ini menampung lebih dari setengah 2,3 juta pengungsi dari daerah lain di Gaza. Kemungkinan kedua, kata Elmasry, adalah apa yang ia sebut "redistribusi" pasukan di dalam dan sekitar Gaza.

Kemungkinan alternatif, kata Elmasry, penarikan ini "taktik negosiasi" Israel dalam perundingan di Mesir untuk membiarkan Hamas mengira Israel akan segera menyerang Rafah. Elmasry mengatakan ia lebih optimistis pada perundingan kesepakatan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Kairo karena tekanan terhadap Israel semakin menguat.

"Terdapat tekanan dari dalam negeri (Israel), dengan pengunjuk rasa, tapi juga dari tekanan internasional," katanya seperti dikutip dari Aljazirah, Senin (8/4/2024).

"Pekan lalu Israel membunuh tujuh pekerja kemanusiaan asing. Pembunuhan ini terjadi di saat yang sama media melaporkan Israel siap membunuh ratusan warga sipil Palestina bila mereka berpikir mereka dapat membunuh agen operasi tingkat rendah Hamas," katanya.

"Hal ini memicu kemarahan masyarakat internasional, dan saya kira salah satu alasan mengapa tekanan internasional menguat."

Sebelumnya dilaporkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan penarikan pasukan dari Gaza selatan untuk persiapan operasi di masa depan termasuk ke Rafah.

"Pasukan keluar dan bersiap untuk misi mereka selanjutnya. Kami melihat contoh-contoh seperti misi operasi (Rumah Sakit) Shifa, dan juga misi berikutnya di wilayah Rafah," kata Gallant dalam rapat dengan perwira militer Israel, berdasarkan pernyataan dari kantor Menteri Pertahanan Israel.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat