Dua wisatawan domestik menikmati air terjun Mauhalek di Kecamatan Lasiolak, Kabupaten Belu, NTT. | Antara Foto

Nusantara

Tawaran Wisata Eksotis Atambua

Alam yang indah menjadi andalan untuk menarik wisatawan.


Sebuah papan kecil bertuliskan 'Air Terjun Mauhalek 800 M' seolah menjadi oase yang menyejukkan setelah perjalanan panjang penuh kelok ini. Setelah menempuh berkilometer aspal yang berkelok dan menanjak, meski mendapatkan suguhan deretan bukit menghijau, perjalanan selama satu jam ini tak ayal melelahkan.

Ada sebuah portal terbuat dari bambu yang dipasang di pintu masuk agar para pengunjung bisa membayar retribusi untuk desa sebesar Rp 10 ribu. Sejumlah pemuda desa tampak turut hadir berjaga-jaga.

Tujuan akhir pun telah ada di depan mata: air terjun Mauhalek. Inilah air terjun yang menjadi mata air bagi masyarakat di Dusun Fatumuti, Desa Raiulun, Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika musim kemarau mulai menghantam wilayah ini. Dari kejauhan tampak rumah-rumah berjajar rapi yang berada di antara perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

Namun, untuk menuju ke air terjun, perjalanan berikutnya pun harus ditempuh, yaitu perjalanan menuruni kurang lebih 50-an anak tangga yang terjal.

Perjalanan cukup melelahkan segera terbayar ketika dari jarak 100 meter menuju air terjun terhampar pemandangan sawah dan kebun jagung yang sedang menghijau. Pohon pinang dan kelapa menjulang tinggi di sisi kiri dan kanan anak tangga menjadi pemandangan tersendiri.

Tidak lama, pendengaran dipenuhi gemericik air yang menuruni bebatuan bercampur gemuruh air yang bertemu di dalam kali. Juga pemandangan indah perpaduan lumut hijau yang menempel di dinding batu dan beningnya air diterpa sinar matahari. Terkadang menimbulkan panorama pelangi jika dilihat dari sudut tertentu. Bening dan sejuknya air memberi sensasi segar sehingga godaan untuk langsung menyentuh air datang begitu saja.

Pesona air terjun Mauhalek adalah sebuah tawaran wisata eksotis khas NTT dari Atambua, ibu kota Kabupaten Belu di provinsi Nusa Tenggara Timur. Atambua adalah kota terbesar kedua di Pulau Timor dalam hal ekonomi, jumlah penduduk, hingga pemerintahan.

Atambua adalah kota yang multietnis dengan masyarakat yang berasal dari suku Timor, Rote, Sabu, Flores, sebagian kecil suku Tionghoa dan pendatang dari Ambon, serta beberapa suku bangsa lainnya.  Sebagian besar masyarakatnya berbahasa Tetun. Tentu saja, air terjun ini bukan satu-satunya pesona di wilayah Atambua.

Sajian alam yang tak kalah menggoda adalah pesona wisata Lembah Fulan Fehan. Inilah sebuah lembah di kaki Gunung Lakaan dengan sabana yang sangat luas. Lembah ini berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), sekitar 26 kilometer dari Atambua.

Potensi yang dimiliki Lembah Fulan Fehan adalah banyak kuda yang bebas berkeliaran, pohon kaktus yang tumbuh subur dan hamparan padang sabana yang luasnya tak terjangkau oleh mata. Tak jauh dari lembah ini ada beberapa objek bersejarah, seperti Benteng Ranu Hitu atau Benteng Lapis Tujuh di puncak Bukit Makes.

Di sudut lainnya tampak menjulang tinggi Gunung Lakaan, serta Bukit Batu Maudemu di Desa Maudemu yang di puncaknya terdapat beberapa peninggalan bersejarah berupa kuburan-kuburan bangsa Melus. Di ujung timur lembah ini ada situs bersejarah Kikit Gewen berupa kuburan tua yang sangat sakral.

Itulah yang membuat Atambua hadir menawan untuk menjadi wisata perbatasan yang siap menarik banyak wisatawan.

Pengamat pariwisata dari Universitas Pancasila Fahrurozy Darmawan mengatakan, Atambua memiliki kemampuan untuk menarik wisatawan untuk berkunjung. Wisata alam yang dimiliki kawasan tersebut bisa menjadi unggulan untuk menggaet minat wisatawan.

Dia mengatakan, melihat target jumlah wisatawan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tahun lalu ada sekitar selisih 500 ribu antara yang dicatatkan Badan Pusat Statistik dan data dari Kemenpar. BPS mencatat 11,5 juta wisatawan berkunjung ke Indonesia, sementara Kemenpar mengklaim target 12 juta wisatawan telah tercapai.

"Nah, selisih 500 ribu ini yang masuk melalui cross border tourism (CBT atau wisata perbatasan) dan tidak melalui pintu utama, seperti bandara atau lain-lain," kata dia.

Artinya, Fahrurozy mengatakan, ada sekitar empat hingga lima persen dari total 12 juta wisatawan yang berkunjung ke Indonesia melalui CBT. Sementara, tahun ini pemerintah menargetkan 15 juta wisatawan berkunjung ke nusantara.

"Kalau dinaikkan lima persen menjadi 10 persen tahun ini saja, berarti ada 1,5 juta orang yang masuk lewat CBT dan itu bukan angka yang sedikit," kata dia.

Pemerintah, dia melanjutkan, punya tugas untuk menyiapkan amenitas, aksesibilitas dan atraksi di wisata tapal batas tersebut untuk mengakomodasi kedatangan wisatawan. Terlebih, komunitas juga harus diajak bekerja sama lantaran menjadi aktor utama dalam menjaga budaya yang menjadi daya tarik saat ini.

Fahrurozy mengatakan, wisata alam menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Di Atambua, selain air terjun Mauhalek, ada Pantai Atapupu yang termasuk dalam jajaran destinasi legendaris di kawasan ini.

Atapupu merupakan pantai yang landai dan sarana rekreasi keluarga. Pengunjung lokal biasa menghabiskan waktu bermain bola di atas pasir, atau anak-anak bebas bermain air tanpa khawatir terseret ombak.

Warga sekitar Atambua dan desa-desa sekitar kerap membanjiri pantai tersebut. Banyak pula warga Timor Leste yang melintasi perbatasan dan menikmati Pantai Atapupu.

Meski demikian, dia mengungkapkan, kesamaan geografis yang dimiliki Atambua dan Timor Leste membuat destinasi wisata kedua negara hampir sama. Selanjutnya, pemangku kepentingan harus membuat perbedaan dengan negara tetangga. "Harus dibuat diferensiasi apa yang membuat Atambua ini semakin kuat dibandingkan Timor Leste," kata Fahrurozy.


(Disadur dari Harian Republika edisi 13 Maret 2017)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat