Direktur Mossad David Barnea (tengah) | EPA-EFE/ABIR SULTAN

Kabar Utama

Direktur Mossad Dilaporkan akan Hadiri Perundingan Gencatan Senjata di Doha

Gencatan senjata pada November lalu disepakati dan berlaku setelah ia berpartisipasi dalam perundingan di Doha.

Oleh LINTAR SATRIA

REPUBLIKA.ID, GAZA -- Peluang gencatan senjata di Jalur Gaza kembali terbuka setelah adanya sumber yang mengatakan kepada Reuters, kepala intelijen Israel diperkirakan akan memimpin perundingan gencatan senjata dengan mediator. Direktur Mossad David Barnea diperkirakan akan terbang ke Doha, Qatar, untuk merespons proposal gencatan senjata baru dari Hamas. Reuters mengklaim sumber adalah pihak yang mengetahui perundingan tersebut.

Perundingan diharapkan terjadi antara Kepala Mossad David Barnea, perdana menteri Qatar dan pejabat pemerintah Mesir yang fokus pada sisa perbedaan antara Israel dan Hamas. Termasuk mengenai pembebasan sandera dan bantuan kemanusiaan.

photo
Direktur Mossad David Barnea (ketiga dari kiri). - (EPA-EFE/ABIR SULTAN)

Pada Jumat (15/3/2024) lalu, Israel mengatakan akan mengirim delegasi ke Doha tapi tidak mengungkapkan kapan atau siapa yang akan terlibat dalam perundingan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diperkirakan akan mengadakan rapat kabinet keamanan sebelum perundingan. Pejabat pemerintah Israel belum dapat dimintai komentar karena Sabtu (16/3/2024) merupakan hari Sabat Yahudi.

Barnea terlibat dalam perundingan dalam kesepakatan sebelumnya. Gencatan senjata pada November lalu disepakati dan berlaku setelah ia berpartisipasi dalam perundingan di Doha. Pertemuan terakhirnya dengan perdana menteri Qatar terjadi pada Januari lalu yang mengarah pada proposal yang ditolak Hamas.

 
Pekan ini, Hamas mengajukan proposal gencatan senjata baru pada mediator perundingan dan Amerika Serikat (AS)
 
 

Pekan ini, Hamas mengajukan proposal gencatan senjata baru pada mediator perundingan dan Amerika Serikat (AS). Proposal itu mencakup pembebasan sandera Israel yang ditukar dengan kebebasan tahanan Palestina dipenjara Israel. Baca: Hamas: Pertukaran Sandera Harus Diawali Penghentian Agresi.

Sudah beberapa kali upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza mengalami kegagalan tahun ini. Meski tekanan masyarakat internasional semakin menguat karena tingginya jumlah korban jiwa akibat serangan darat dan udara dan Israel di kantong pemukiman Palestina itu.

Israel mengklaim dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 253 sandera. Operasi militer Israel di Gaza sudah menewaskan lebih dari 31.500 orang Palestina, kementerian kesehatan Gaza mengatakan 70 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

photo
Warga Palestina memadati kios-kios yang didirikan di jalan pada hari pertama Ramadhan, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Selasa (12/3/2024). Ditengah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel, aktivitas perdagangan di Gaza masih tetap berlangsung pada hari pertama Ramadhan. Warga Gaza hingga kini masih terancam kekurangan bahan makanan akibat konflik berkepanjangan. - (EPA-EFE/MOHAMMED SABER)

Gedung Putih pada Jumat (15/3) menyatakan optimisme sekaligus berhati-hati setelah Hamas mengajukan usulan untuk mengamankan gencatan senjata di Jalur Gaza yang terkepung. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan bahwa usulan tersebut masih dalam batas-batas kesepakatan yang telah dikerjakan Pemerintah AS selama beberapa bulan.

"Fakta bahwa ada delegasi lain yang menuju Doha, fakta bahwa usulan ini sudah beredar dan ada perbincangan mengenai hal itu. Itu semua bagus," katanya kepada wartawan.

photo
Bagaimana AS Terlibat Genosida di Gaza? - (Republika)

"Kami optimis dan sekaligus berhati-hati bahwa segala sesuatunya bergerak ke arah yang lebih baik, tapi itu tidak berarti hal itu sudah selesai, dan kami akan tetap berada pada kondisi ini sampai akhir."

Hamas telah menyampaikan kepada mediator dari Qatar dan Mesir rencana tiga tahap untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera, kata sumber dekat Palestina kepada Anadolu pada Jumat.

Sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan bahwa usulan Hamas terdiri dari tiga tahap yang masing-masing berlangsung selama enam pekan. "Tahap pertama mencakup penarikan pasukan Israel dari berbagai pusat kota, serta dari jalan Rasheed (jalan pantai) dan (jalan pusat) Salah al-Din untuk memungkinkan kembalinya para pengungsi dan pengiriman bantuan," tambah sumber tersebut.

Sumber itu mencatat bahwa tahap kedua mencakup pembebasan sandera perempuan, anak-anak, dan lansia yang ditahan di Gaza dengan imbalan pembebasan lebih dari 700 warga Palestina dari penjara Israel. Tahap ketiga akan mencakup pembebasan tentara Israel yang telah ditangkap di Gaza, dengan gencatan senjata permanen yang akan diumumkan sebelum pertukaran tentara dimulai.

Hamas mengusulkan kepada Israel pembebasan 50 tahanan warga Palestina, 30 diantaranya menjalani hukuman seumur hidup, sebagai ganti setiap tentara perempuan Israel yang saat ini ditawan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Membara, Ribuan Tuntut Netanyahu Mundur

Netanyahu terus memaksa perang untuk mempertahankan kekuasaan.

SELENGKAPNYA

Australia Segera Salurkan Kembali Dana untuk UNRWA

Israel menuduh 12 dari 13.000 pegawai lembaga itu di Gaza terlibat dalam serangan mendadak Hamas.

SELENGKAPNYA

‘Izinkan Kami Shalat di Al-Aqsha’

Ribuan jamaah diusir pasukan Israel di Masjid al-Aqsha.

SELENGKAPNYA