Truk Odol | Seno/Antara

Ekonomi

Kemenhub Meminta Industri Otomotif Mencegah Truk Obesitas

Menhub mengusulkan, Kemenperin berupaya agar produksi ban tak lagi mendukung truk obesitas.

JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk mengatasi persoalan truk obesitas dari sisi industri. Kemenhub meminta industri otomotif untuk mencegah operasional truk obesitas di jalan. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, saat ini sejumlah produk otomotif Indonesia mendukung kelangsungan truk obesitas atau kelebihan muatan dan dimensi.

Budi mencontohkan, ban produksi Indonesia dinilai sebagai yang terkuat di dunia. Namun, hal itu justru digunakan untuk hal yang tidak sesuai. "Karena pesanan dari sektor industri kendaraan truk (ban dibuat kuat) supaya bisa untuk truk kelebihan muatan dan dimensi," kata Budi di Gerbang Tol Tanjung Priok 1, Jakarta, Senin (9/3).

Menhub mengusulkan, Kemenperin berupaya agar produksi ban tak lagi mendukung truk obesitas. Budi menegaskan, saat ini Kemenhub sudah berkomunikasi dengan asosiasi ban dan sasis truk. "Kita akan bekerja sama dengan Kemenperin kalau bisa ada penurunan kualitas untuk spesifikasi kendaraan ban ini yang ada di Indonesia," kata Budi.

Dengan adanya penurunan kualitas, Budi menuturkan, hal tersebut dapat memperketat para pemilik kendaraan agar tidak mengoperasikan truk obesitas. Jika penurunan kualitas ban diwujudkan, kata dia, kapasitas muatan truk akan disesuaikan dengan kekuatan ban.

"Jadi, kalau truk hanya muat untuk 30 ton saja, kalau lebih dari itu bannya akan pecah," tutur Budi.

Kemenhub akan menindak truk obesitas atau kelebihan muatan dan dimensi yang melintas di Tol Tanjung Priok hingga Bandung. Direktur Prasarana Transportasi Jalan Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Risal Wasal mengatakan, pengawasan dan penegakan hukum diprioritaskan di 26 gerbang tol yang terindikasi banyak truk obesitas melintas. Dari 26 gerbang tol, Risal mengatakan, di 13 gerbang tol, yaitu Tanjung Priok 1, Koja, Kebon Bawang, Semper, Cakung, Rorotan, Cibitung, Cikarang Barat, Karawang Barat, Karawang Timur, Cikampek, Padalarang, dan Cileunyi akan dilakukan pengawasan terhadap truk kelebihan dimensi dan muatan. "Pengawasan di 13 gerbang tol ini menggunakan alat ukur dan alat timbang kendaraan portabel," ungkap Risal.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengakui, selama ini kualitas ban produksi Indonesia memang banyak disalahgunakan. Namun, ia menolak untuk menurunkan kualitas ban dan memilih mengedukasi konsumen.

"Padahal, kita mau menyamakan konsumen (dengan kualitas ban yang bagus), tapi konsumen itu malah menyalahfungsikan ban itu untuk truk overload," kata Aziz kepada Republika, Senin (9/3).

Azis tidak setuju jika pemerintah mengusulkan untuk menurunkan kualitas ban produksi Indonesia agar praktik truk obesitas dapat dikendalikan. Dia menegaskan, sangat tidak mungkin produsen ban di Indonesia menurunkan kualitasnya.

"Tidak mungkin downgrade. Kami lebih memilih mendidik konsumennya," ujarnya.

Untuk itu, Aziz menuturkan, pada akhir Maret 2020 APBI akan melakukan kampanye keselamatan selama dua hari di jalan tol. Hal itu menurutnya akan dilakukan untuk melihat perilaku konsumen pengguna ban.

Hasil dari kampanye keselamatan tersebut menurutnya dapat dilaporkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Bagaimana tingkah laku konsumen lalu apa yang akan diambil langkah selanjutnya karena yang paling tahu konsumen ban itu adalah asosiasi ban," ungkap Aziz.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat