Ilustrasi pengelolaan sampah | Republika

Nusantara

Pemkot Serang Kesulitan Menangani Masalah Sampah

Pemkot Serang meminta Pemprov Banten memberi bantuan keuangan untuk mengatasi masalah sampah.

SERANG -- Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah yang belum dapat dituntaskan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Serang, Banten. Wali Kota Serang Syafrudin mengatakan, armada pengangkut terbatas dan sumber daya manusia (SDM) untuk menangani sampah jauh dari ideal. Hal itu berakibat pada belum optimalnya pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong di Kecamatan Taktakan.

Syafrudin mengatakan, jumlah pegawai yang terlibat dalam menangani sampah hanya 520 orang dan akan ditambah menjadi 600 orang pada tahun ini. Adapun armada pengangkut sampah baru ada 29 unit dan bakal kedatangan enam kendaraan baru pada 2020. "Dari sisi SDM (dan) armada masih kekurangan banyak sekali," ujar Syafrudin di Kota Serang, Senin (9/2).

Dia memaparkan, jumlah produksi sampah rumah tangga dan jenis lainnya di Kota Serang mencapai 750 ton per hari. Dengan hitungan sederhana, sambung dia, paling tidak dibutuhkan 100 unit armada pengangkut sampah dengan jumlah pegawai 800 orang untuk bekerja di beberapa titik di enam kecamatan. Apabila angka kendaraan dan pegawai Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang tercapai, menurut Syafrudin, baru penanganan sampah dapat dilakukan secara maksimal.

Untuk itu, pihaknya perlu melakukan evaluasi agar penanganan sampah yang tidak terangkut bisa dicarikan solusinya. Dengan APBD 2020 sebesar Rp 1,2 triliun, kata Syafrudin, Pemkot Serang belum bisa segera memenuhi kebutuhan armada dan pegawai DLH. Meski begitu, ia menegaskan, penanganan sampah setiap tahunnya selalu menjadi program prioritas karena Kota Serang sebagai ibu kota Provinsi Banten harus selalu terjaga kebersihannya.

"Hanya kita berharap juga ada bantuan anggaran ke Kota Serang, entah dari Provinsi Banten atau pusat untuk menunjang program pembangunan di daerah yang baru dibentuk 2007 ini," ujar Syafrudin.

Kepala DLH Kota Serang, Ipiyanto, membenarkan tentang keterbatasan mobil pengangkut sampah dan jumlah pegawai yang belum ideal untuk melayani enam kecamatan. Hanya saja, kata dia, pihaknya terus berupaya untuk menyiasati keadaan dengan menambah perjalanan kendaraan agar sampah yang tak terangkut ke TPSA Cilowong bisa berkurang.

Berdasarkan data DLH Kota Serang, tiga kecamatan penghasil sampah terbanyak diduduki Kecamatan Serang dengan kapasitas 113,2 ton per hari. Disusul Taktakan sebanyak 72,8 ton dan Walantaka 43,7 ton. Tonase sampah itu dihasilkan oleh 645 ribu penduduk Kota Serang, pertokoan, hingga pusat perbelanjaan. "Saat siang hari, jumlah orang yang beraktivitas di pusat Ibu Kota Banten itu akan lebih banyak karena banyak karyawan yang beraktivitas di Kota Serang dari daerah lain," ucap Ipiyanto.

Dia menyebut sebenarnya masalah sisa sampah yang tak terangkut juga dipicu kesadaran masyarakat yang masih rendah. Kadang Ipiyanto mendapati ada warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya atau di luar ketentuan. Belum lagi, petugas DLH juga mendapati beberapa lahan kosong dijadikan //jujugan// oleh warga untuk membuang sampah hingga lolos dari pantauan petugas.

"Persoalannya tidak hanya memindahkan dari satu tempat ke tempat lain, tapi mengurusi dari hulu ke hilir. Masyarakat diharapkan membuang sampah di TPS yang kita siapkan, seperti di kontainer sampah, sehingga petugas mudah mengangkutnya," ujarnya.

Ipiyanto menjelaskan, penanganan sampah pada tahun ini juga difokuskan di bagian hilir, yaitu di TPSA Cilowong. Selama ini TPSA yang memiliki luas 12 hektare tersebut menerima kiriman 360 kubik sampah yang setiap harinya hanya ditumpuk di lahan yang masih menyisakan ruang kosong. Pemakaian mesin tersebut, sambung dia, karena setiap hari jumlah sampah yang masuk ke TPSA Cilowong mencapai 360 kubik.

Pemkot Serang, kata dia, telah mendatangkan mesin pengolahan sampah agar ketika masuk ke TPSA tidak sekadar ditumpuk, tetapi bisa menghasilkan energi terbarukan. Ipiyanto menyebut mesin karbon Gen 5 yang dioperasikan di TPSA bertujuan untuk menyelesaikan masalah timbunan sampah agar dapat diubah menjadi karbon aktif, limbah air lindi menjadi biopestisida serta pupuk, serta plastik menjadi //fuel premium//, kerosin, solar, dan biji plastik.

"Juga menghasilkan listrik yang disimpan di baterai mobil 70 A dan 12 volts, ini merupakan teknologi karbonisasi dari penemunya yang bernama Doktor Ishenny's," kata Ipiyanto.

Wakil Ketua DPRD Kota Serang Hasan Basri mengatakan, keterbatasan armada dan SDM dalam penanganan sampah erat kaitannya dengan kapasitas APBD Kota Serang yang jauh dari belum ideal. Untuk itu, Hasan berharap Pemprov Banten ke depannya memberikan alokasi bantuan keuangan yang lebih besar bagi Kota Serang. "Nanti kita akan evaluasi alokasi anggarannya, apakah nanti harus ditambah atau seperti apa," ucap politikus PKS itu.

Hasan menuturkan, penanganan sampah juga telah masuk dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda), bahkan dewan sudah membentuk panitia khusus (pansus) untuk penanganan sampah. Hal itu karena kinerja DLH tampak sangat tidak optimal dalam menangani sampah. Menurut Hasan, masalah sampah di Kota Serang memang harus dicarikan jalan keluar terbaik agar kebersihan ibu kota Provinsi Banten tersebut dapat terjaga di tengah berbagai kendala di lapangan. n alkhaledi kurnialam ed: erik purnama putra

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat