Seorang pasien anak bersama orangtuanya berada diluar kamar saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2020). | Oky Lukmansyah/Antara

Nasional

13 Pasien DBD Meninggal

Pemerintah diminta tak lengah terhadap DBD di tengah wabah korona.

KUPANG—Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan hingga Ahad (8/3) jumlah pasien yang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) mencapai 13 orang sejak awal tahun.

“Sampai saat ini jumlah pasien yang meninggal mencapai 13 orang dan jumlah ini jika dibandingkan dengan beberapa hari terakhir mengalami peningkatan,” kata Plt Kadis Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus dikutip Antara, Ahad (8/3).

Ia mengatakan, jika dibandingkan data yang dikumpulkan pada Rabu (4/3) lalu, jumlah pasien DBD yang meninggal mencapai 11 orang. Dua korban susulan yang meninggal terjadi pada Kamis (5/3). Tepatnya pada Kamis sore dan Kamis malam.

Sementara itu, jumlah pasien yang masih dirawat di tiga RS, yakni TC Hillers, RS Lela, dan RS Kewapante saat ini mencapai 108 orang dari anak-anak hingga dewasa. “Dan, kalau data pasien DBD sejak Januari hingga Maret jumlahnya sudah mencapai 1.145 kasus dari sebelumnya pada Rabu (4/3) lalu hanya mencapai1.131 kasus,” ujar dia.

Sampai dengan saat ini juga pemerintah Kabupaten Sikka sudah empat kali memperpanjang status kejadian luar biasa (KLB). “Status KLB DBD tahap empat sudah diperpanjang lagi karena korban akibat DBD semakin meningkat,” tutur dia. Status KLB DBD tahap keempat ini sudah mulai berlaku sejak Selasa (3/3) lalu dan akan berlaku selama 14 hari ke depan.

Sejauh ini, kata dia, pemda setempat sudah berusaha agar kasus DBD di daerah itu tidak meluas dengan cara pengasapan, kemudian sosialisasi bahaya DBD, membagikan autan, serta membagi-bagikan bubuk abate. Namun, hingga saat ini korban terus meningkat, bahkan yang meninggal juga terus bertambah. Herlemus menambahkan, akibat cara hidup sehat yang tak benar mengakibatkan banyak korban berjatuhan.

“Tak hanya itu kebanyakan orang tua yang anaknya sakit panas mereka tidak langsung membawanya ke puskesmas, tapi justru membawanya ke dukun sehingga saat dibawa ke puskemas atau RS sudah tak tertolong lagi,” kata dia. Dinkes setempat telah membuka posko laboratorium yang bisa digunakan masyarakat untuk mengecek darahnya. Para petugas posko itu akan bertugas selama 24 jam dalam melayani pasien.

Waspada

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengingatkan masyarakat terutama untuk tetap waspada dan tidak lengah terhadap DBD di tengah kepanikan akibat virus korona. Sebab, di sejumlah wilayah, sudah memiliki curah hujan yang cukup tinggi. "Jangan nanti karena fokus pada virus korona malah lengah dengan ancaman DBD," kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Kemenkes mengakui adanya peningkatan kasus DBD di berbagai daerah lain. "Apalagi, akhir-akhir ini kita melihat begitu banyak kasus demam berdarah, jadi ini ada peluang," kata dia. Siti Nadia mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada serta tidak hanya fokus pada penanganan virus korona yang marak belakangan ini.

"Takutnya karena fokus korona, lalu demam satu atau dua hari dan kemudian tidak menunjukkan gejala, masyarakat tidak menganggap adanya kemungkinan terjangkit demam berdarah," ujarnya. 

Sebab, dalam kasus demam berdarah, fase kritisnya ialah pada hari ketiga dan keempat, yakni saat penderita merasa sudah sehat. Padahal, terkadang itulah masa-masa masuknya pre-shock DBD. Secara umum, kasus DBD di Tanah Air telah mengakibatkan 94 orang meninggal dunia pada Januari hingga awal Maret 2020. Angka tersebut total dari 14.716 kasus secara nasional.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh mengatakan, sudah ada 25 orang meninggal akibat demam berdarah (DBD) dan sebanyak 2.406 orang terkena DBD. Karena itu, Nihayatul berharap, agar pemerintah juga turut menyikapi penyakit tersebut. "Ini sebenarnya yang harus kita waspadai. Jadi, di NTT sudah ada 25 warga meninggal, ada 2.406 jiwa yang terjangkit, ini sebenarnya satu sisi ironi sekali,” kata Ninik.

 
Menurut Ninik, sapaan akrabnya, semua pihak terutama pemerintah untuk tidak hanya fokus pencegahan dan penanganan wabah virus korona yang muncul belakangan ini, tapi juga turut meningkatkan kewaspadaan tinggi terhadap kondisi kesehatan masyarakat.
   

“Jangan sampai kasus korona juga mengalihkan perhatian kita kepada penyakit-penyakit yang siklusnya ada di setiap tahun di Indonesia,” kata Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangda (PKB) bidang Kesehatan dan Penguatan Inklusi Disabilitas.

Legislator asal Banyuwangi, Jawa Timur ini juga meminta semua pihak mewaspadai siklus lima tahunan penyakit DBD yang juga telah menyerang sejumlah warga tidak hanya di NTT, tapi juga di wilayah lain di Indonesia. n

Data Kematian DBD:

NTT 29 orang

Jawa Barat 15 orang

Jawa Timur 11 orang

Lampung 7 orang

Jawa Tengah 4 orang

Bengkulu 3 orang

Sulawesi Tenggara 3 orang

Sumber: Kemenkes

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat