Suasana di objek wisata Green Canyon, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Kamis (13/12/2023). | Republika/Bayu Adji P.

Nusantara

Menjadikan Green Canyon Destinasi Wisata Berkelanjutan

Dalam tahap awal, akan ada sebanyak 40 unit perahu wisata di Green Canyon yang menggunakan mesin listrik.

Oleh Bayu Adji P

PANGANDARAN -- Puluhan perahu terparkir di Dermaga 1 Green Canyon, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, pada Kamis (14/12/2023) siang. Perahu-perahu itu adalah sarana yang biasa digunakan para wisatawan untuk menikmati keindahan alam aliran Sungai Cijulang yang menembus gua dengan stalaktit dan stalakmit serta hujan abadi.

Sudah puluhan tahun objek yang diberi nama Cukang Taneuh oleh masyarakat setempat menjadi destinasi wisata. Aktivitas yang populer dilakukan di Green Canyon antara lain menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu dan body rafting.

Agus Gunawan (51 tahun) adalah salah satu saksi berkembangnya Green Canyon menjadi objek wisata yang dikenal masyarakat luas. Sudah lebih dari 20 tahun lelaki asli Kabupaten Pangandaran itu bekerja sebagai pengemudi perahu yang biasa mengantarkan wisatawan menyusuri Green Canyon. 

"Dari mulai perahu masih didayung. Penumpang juga masih nyari sendiri," kata dia kepada Republika, Kamis (14/12/2023).

photo
Suasana di objek wisata Green Canyon, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Kamis (13/12/2023). - (Republika/Bayu Adji P.)

Namun, kini pengelolaan objek wisata Green Canyon jauh lebih tertata baik. Naik-turunnya pengunjung dipusatkan di Dermaga 1 Green Canyon. Pembagian wisatawan juga dilakukan lebih terkoordinasi dengan keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cukang Taneuh-Green Canyon. Alhasil, para pengemudi perahu tak perlu mencari wisatawan sendiri.

Agus mengatakan, objek wisata Green Canyon dari tahun ke tahun terus berubah. Dari semula masih mengoperasikan perahu menggunakan dayung, kini seluruh perahu telah bermesin. Belakangan, para pengemudi mulai melakukan uji coba mesin perahu listrik.

"Memang mau tidak mau harus ikut zaman. Kalau tidak, ya, ketinggalan," kata Agus.

Diproyeksikan jadi green tourism

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran telah melakukan penandatanganan kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama dengan PT PLN (Persero) UP3 Tasikmalaya untuk menjadikan Green Canyon sebagai objek wisata dengan konsep green tourism pada Senin (11/12/2023). Penandatangan itu dilakukan oleh Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan General Manager PT PLN Unit Induk Distribusi Jawa Barat (Jabar) Susiana Mutia.

Susiana mengatakan, kerja sama itu telah diinisiasi sejak beberapa bulan ke belakang. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PLN adalah memastikan sektor pariwisata mendukung transisi energi menuju net zero emission pada 2060. Green Canyon menjadi salah satu objek wisata yang dikembangkan dengan konsep green tourism setelah beberapa destinasi lain, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Borobudur.

"Kita lihat Green Canyon itu luar biasa. Kami berdiskusi supaya bisa naik kelas, dari semula mesin konvensional menggunakan bahan bakar, kita ubah menjadi perahu listrik," kata dia di Kabupaten Pangandaran.

Rencananya, mesin listrik untuk perahu wisata di Green Canyon akan dapat digunakan pada akhir Desember 2023. Dalam tahap awal akan ada sebanyak 40 unit perahu wisata di Green Canyon menggunakan mesin listrik. Namun, dalam tahap selanjutnya, total 80 perahu wisata di Green Canyon akan diberikan bantuan mesin listrik.

Menurut dia, penggunaan mesin listrik untuk perahu akan jauh lebih irit dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). Komparasinya disebut mencapai 1:5. 

"Sangat hemat, jadi murah sekali. Ini juga menambah pemasukan bagus buat yang mengoperasikan perahu," kata dia.

Selain melakukan konversi mesin perahu konvensional ke listrik, PLN juga mengonversi penggunaan kompor gas menjadi kompor induksi dan ketel listrik untuk 41 pelaku UMKM di sekitar objek wisata Green Canyon. Penggunaan kompor induksi dan ketel listrik itu juga dinilai lebih ekonomis dibandingkan menggunakan bahan bakar gas.

photo
Kondisi objek wisata Green Canyon Kabupaten Pangandaran. - (Dok. Pokdarwis Cukang Taneuh-Gre)

Tak hanya itu, PLN juga melakukan pemasangan panel surya PLTS atap 5,5 kWp, memasang stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) untuk pengisian data baterai mesin perahu listrik, dan fasilitas pengisian daya untuk kompor listrik. Terakhir, PLN juga memfasilitasi pelatihan untuk para pengemudi perahu dan anak buah kapal (ABK) agar bisa menjadi pemandu wisata, memberikan seragam kepada mereka, serta melakukan penataan di dermaga Green Canyon. 

Susiana mengatakan, berbagai fasilitas itu akan diserahterimakan kepada Pemkab Pangandaran. Tugas Pemkab Pangandaran selanjutnya adalah memastikan program itu berjalan secara berkelanjutan. Artinya, masyarakat semua pihak terkait diharapkan dapat melanjutkan program itu untuk keberlanjutan lingkungan dan pariwisata. 

"Adapun pemeliharaan khusus, seperti PLTS atap itu khusus, bagaimana memelihara perahu motor akan kami guiding dulu sampai dua tahun ke depan. Baru setelah itu oleh Pak Bupati," ujar dia.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengaku sangat mengapresiasi program yang dikembangkan PLN di daerahnya. Sebab, program itu tentu akan menjadikan sektor pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Pangandaran. 

"Kawasan wisata Green Canyon kan kecil, sehingga kalau tidak diperhatikan, daya dukung alamnya makin berkurang. Untuk pakai BBM terus-terusan, alam mereduksinya terbatas," kata dia.

Karena itu, konsep pengembangan yang diinisiasi PLN dinilai akan berdampak positif bagi keberlanjutan di Green Canyon. Apalagi, penggunaan mesin listrik untuk perahu wisata juga akan membawa dampak ekonomi bagi para pelaku perahu wisata di objek wisata alam itu.

"Kalau sekarang mesin perahu seminggu habis 10 liter, dengan listrik akan lebih hemat dari sisi uang. Dari sisi efek, emisi itu tidak akan terakumulasi oleh alam. Kami sambut baik dan sangat senang," ujar Jeje.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran Tonton Guntari mengatakan, peralihan penggunaan mesin konvensional ke mesin listrik untuk perahu wisata di Green Canyon akan dilakukan secara bertahap. Meski penggunaan mesin listrik dinilai lebih ekonomis, belum tentu para pelaku usaha akan langsung bisa menerima. Perlu proses adaptasi terlebih dahulu. "Kebiasaan mereka juga harus diubah dulu," kata dia.

Kendati demikian, ia yakin transisi energi itu akan membawa dampak positif untuk industri pariwisata di Kabupaten Pangandaran, terutama di Green Canyon. Pihaknya juga akan terus melakukan pembinaan kepada para pelaku usaha di objek wisata itu.

"Kami akan terus latih, terutama agar pemandu itu juga bisa menjelaskan tentang Green Canyon kepada wisatawan yang datang," kata dia.

Disambut positif

Salah satu pengemudi perahu wisata di Green Canyon, Agus Gunawan, mengaku sudah menguji coba mesin listrik itu. Menurut dia, banyak kelebihan dari mesin listrik tersebut. Salah satunya, suaranya tidak bising seperti mesin konvensional. "Jadi, kami bisa komunikasi di perahu dengan pengunjung," ujar dia.

Agus menambahkan, mesin itu juga atret atau berjalan mundur. Hal itu ia sebut tidak bisa dilakukan dengan mesin konvensional, sehingga anak buah kapal (ABK) harus mendorong menggunakan dayung untuk bergerak mundur. Karena itu, kehadiran mesin listrik sangat membantu manuver perahu di lapangan. 

"Soalnya di atas itu lebih sempit. Ketika kunjungan ramai, perahu di atas penuh. Kalau mau balik, susah kalau tidak mundur," kata dia.

Selain itu, penggunaan mesin listrik juga dinilai lebih ekonomis. Pasalnya, biaya untuk mengisi daya baterai mesin jauh lebih murah daripada menggunakan bahan bakar. 

"Kalau pakai bensin (Pertalite), itu 1 liter, satu perjalanan. Kalau pakai listrik, baterai untuk satu kali perjalanan hanya bayar biaya charge Rp 2.500," kata dia.

Ketua Pokdarwis Cukang Taneuh-Green Canyon Iyus Rahman mengatakan, program transisi untuk menggunakan tenaga listrik itu sangat membantu pelaku usaha wisata di Green Canyon. Meski baru uji coba, para pelaku usaha disebut telah merasakan banyak manfaatnya.

Pertama, ia menilai penggunaan mesin listrik itu dapat mengatasi masalah polusi dan emisi yang selama ini tak jarang mengotori aliran sungai. Sebab, selama ini penggunaan BBM dan mesin konvensional tak jarang tumpah ke aliran sungai. Selain itu, tak ada suara bising mesin sehingga wisatawan makin merasa nyaman.

Ia menambahkan, penggunaan mesin listrik juga dapat memangkas biaya produksi. Pasalnya, biaya untuk mengisi daya baterai jauh lebih murah daripada membeli BBM.

"Operasional di lokasi itu juga lumayan gesit. Manuvernya gampang," kata Iyus.

Bantuan kompor listrik juga sudah dirasakan dengan baik oleh para pelaku UMKM. Saat ini, sudah ada sekitar lima pelaku UMKM di Dermaga 2 Green Canyon yang mendapat bantuan kompor dan ketel listrik. 

"Kalau dihitung secara ekonomi, tentu lebih hemat pakai kompor listrik," kata Iyus.

Menurut dia, bantuan kompor listrik itu baru diberikan kepada para pelaku UMKM di Dermaga 2 Green Canyon. Para pelaku UMKM di Dermaga 1 Green Canyon akan mendapatkannya pada tahap selanjutnya. 

Iyus menilai konsep green tourism yang diusung PLN sangat bersinggungan dengan upaya konservasi di Green Canyon. Sebagai pengelola, ia pun ingin aktivitas pariwisata tidak berdampak pada kelestarian alam.

"Konsep ini menjadi salah satu mitigasi untuk meminimalisir dampak dari aktivitas pariwisata di Green Canyon, agar wisata di sini tetap berkelanjutan," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat