Anak-anak bermain bola di Kampung Lemah Putro RW 09, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (11/11/2023). Kampung Lemah Putro tersebut dihiasi dengan mural tematik Piala Dunia seperti bendera peserta, gambar maskot Bacuya, da | Republika/Thoudy Badai

Medika

Agar tak Ada Lagi Anak Bunuh Diri

Jangan menukar cinta dan kasih sayang dengan materi.

Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) menggandeng IPB University untuk melakukan deteksi dini pencegahan bunuh diri. "Ide bunuh diri, ancaman, dan percobaan bunuh diri merupakan hal serius yang harus segera ditangani. Sehingga dibutuhkan langkah preventif untuk menurunkan angka kejadiannya," ujar Direktur Utama PKJN RSJMM, Dr dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ, di Bogor, Rabu (29/11/2023).


Deteksi dini tersebut dilakukan dengan melakukan pemindaian QR code yang terhubung dengan instrumen pencegahan bunuh diri yang disediakan oleh PKJN RSJMM. Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan kerja sama terkait kesehatan mental mahasiswa antara PKJN RSJMM dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University.


Selain itu, dilakukan juga penempelan QR code di sejumlah fasilitas publik yang berisi instrumen pencegahan dan upaya penanganan masalah kesehatan mental. Nova menambahkan, untuk kasus bunuh diri pada remaja, salah satu hal penting yang dapat dilakukan, yaitu deteksi dini, yang bertujuan untuk menemukan faktor risiko penyebab bunuh diri pada remaja.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ (@true_noriyu)

 


American Academy of Child and Adolescent Psychiatry membagi fase remaja menjadi tiga, yaitu early adolescence (11–13 tahun), middle adolescence (14–18 tahun), dan late adolescence (19–24 tahun). Fase middle adolescence adalah fase yang sangat rentan karena remaja berpikir secara abstrak, tetapi juga mempunyai keyakinan tentang keabadian dan kedigdayaan sehingga mendorong timbulnya perilaku mengambil risiko.

“Pada fase ini, remaja lebih memiliki pola pikir abstrak sehingga dapat tertantang untuk mencoba segala hal. Termasuk ke arah pola hidup yang tidak baik, seperti penggunaan tembakau dan alkohol, bereksperimen dengan narkotika, psikotropika dan zat adiktif," ujar dia.


Wakil Dekan I FEMA IPB University, Dr Megawati Simanjuntak, menyambut baik kerja sama tersebut. "Kerja sama ini diharapkan tidak hanya pada hari ini, tetapi berlanjut dengan kegiatan-kegiatan promotif," katanya.


Megawati berharap, psikolog maupun psikiater dari PKJN RSJMM dapat hadir dan memberikan layanan konseling pada mahasiswa. Hal itu karena berdasarkan data, satu dari 20 remaja, dia melanjutkan, mengalami masalah mental.


Ketua Satgas Kesehatan Mental FEMA IPB University Dr Melly Latifah juga mengatakan, salah satu penyebab kesehatan mental, yakni kesepian yang disebabkan berbagai hal, seperti kehilangan dan lainnya. Oleh karena itu, Melly meminta agar para mahasiswa dapat berpikir positif, meningkatkan kualitas hubungan, bergabung dengan komunitas, aktif dalam layanan sosial, dan bicaralah dengan seseorang. 


Faktor Pemicu 

Kesehatan Mental Bukan Perkara Asal - (Republika)

  ​

Kasus percobaan bunuh diri kembali terjadi di Indonesia. Kali ini kejadian berasal dari Bandung. Seorang siswa SMAN 3 Bandung nekat loncat dari lantai tiga bangunan sekolahnya, Selasa (28/11/2023) pagi.

Untungnya siswa ini masih selamat, maut belum menjemputnya. Hal ini karena ia terjatuh di kolam ikan yang tidak difungsikan, tapi akhirnya mengalami patah tulang. 

Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Sarningsih dan akhirnya dirujuk ke RSHS Bandung. Kasus bunuh diri ini tidak hanya terjadi di Bandung, masih banyak kejadian serupa di kota lainnya. Beberapa waktu lalu bahkan ada kasus bunuh diri yang dilakukan karena tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya. 

Sebenarnya apa penyebab anak nekat mencoba bunuh diri? Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan ada beberapa hal yang bisa memicu fenomena tersebut, di antaranya: 

1. Pola asuh

Pola asuh yang membentuk anak anak sekarang seringkali adalah pola asuh fatherless dan motherless. Ayah dan Ibu ada tetapi tidak pernah hadir penuh, tidak ada attachment yang kuat dan kurang penanaman prinsip hidup. "Anak-anak juga kehilangan figur yang dapat menjadi tauladan," ujar perempuan yang akrab disapa Lia kepada Republika, belum lama ini.

2. Pengaruh media sosial

Banyaknya informasi yang bisa diperoleh dari dunia maya membuat anak kesulitan memfilter isinya. Terlalu banyak terpapar media sosial dapat membuat anak mengikuti apa yang sering dilihat dan didengar oleh mereka. Apa yang buruk dapat dianggap menjadi wajar, misalnya bullying, self harm, hingga kasus bunuh diri.

3. Tuntutan yang terlalu tinggi dari berbagai sisi, baik internal maupun eksternal

Tuntutan yang terlalu tinggi pada anak tanpa dibarengi dengan attachment yang kuat dan tidak dipenuhinya jiwa anak dengan kasih sayang, cinta, dan komunikasi yang baik, akan membuat anak merasa "kosong", merasa "hampa". 

Sehingga anak mudah terpengaruh dan mudah jatuh dalam keterpurukan. "Tuntutan ini dapat berasal dari orang tua, sekolah, teman sebaya, dan dapat pula berasal dari dalam diri sendiri," ujar Lia.

Pencegahan

photo
Anak-anak bermain di Taman Interaksi Warga di Kolong Tol Becakayu RW 10, Cipinang Melayu, Jalarta, Jumat (10/11/2023). Lahan tidur di kolong Tol Becakayu tersebut disulap menjadi area tempat bermain anak seperti perosotan, ayunan hingga permainan tradisional. Selain untuk teman interaksi warga pembuatan taman ini juga bertujuan untuk mengurangi sampah hingga parkir liar yang kerap memanfaatkan lahan kolong Tol Becakayu. Warga merasa senang dengan kehadiran taman ini karena bisa menjadi tempat bermain baru untuk anak-anak. - (Republika/Prayogi)

Lia mengatakan mendidik anak anak agar bermental kuat, di antaranya adalah : 

1. Tanamkan nilai spiritual. Bukan hanya ritual agama, tetapi barengi juga dengan pemaknaan dari apa yang mereka kerjakan

2. Penuhi hati mereka dengan kasih sayang dan cinta. Jangan menukar cinta dan kasih sayang dengan materi dan fasilitas, tetapi ciptakanlah hubungan yang hangat dalam keluarga. 

3. Hadirlah lebih sering untuk anak. Dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian. Hindari terlalu banyak mengomel dan mengomentari hidup anak.

4. Hargai anak, hargai kemampuan mereka, hargai usaha mereka, hargai sekecil apapun yang mereka lakukan.

 

 

"Ide bunuh diri, ancaman dan percobaan bunuh diri merupakan hal serius yang harus segera ditangani.
 
NOVA RIYANTI YUSUF, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM). 
 
SHARE  

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

PR Besar Indonesia dalam Urusan Menjaga Kesehatan Mental

Banyak stigma yang beredar tentang kesehatan jiwa di masyarakat hingga saat ini

SELENGKAPNYA

Atasi Masalah Kesehatan Mental tanpa Stigma

Kita sudah harus mulai menormalisasi konsep curhat kepada profesional.

SELENGKAPNYA

Tantangan Kesehatan Mental dari Zaman ke Zaman

Di generasi baby boomers, isu kesehatan mental belum menjadi perhatian.

SELENGKAPNYA