Sejumlah bekantan memanjat cabang pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Kalimantan Selatan. | ANTARA/HO-Adaro Indonesia

Nusantara

Lewat Program CSR, Adaro dan BKSDA Sukses Tingkatkan Populasi Bekantan

Adaro membangun klinik satwa dan fasilitas lainnya untuk mendukung konservasi bekantan.

JAKARTA -- PT Adaro Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan berhasil meningkatkan populasi hewan endemik bekantan di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Kalimantan Selatan. Peningkatannya mencapai dua kali lipat.

Upaya tersebut merupakan wujud komitmen Adaro dalam melestarikan bekantan sebagai satwa endemik yang dilindungi. Kepala Divisi CSR Adaro Energy Okty Damayanti mengatakan, jumlah bekantan di sana awalnya hanya 67 ekor dan sekarang telah mencapai 132 ekor hanya dalam waktu lima tahun.

"Salah satu komitmen kami adalah melestarikan populasi bekantan yang hampir punah dan menjadikan TWA Pulau Bakut sebagai pusat edukasi konservasi bekantan bagi masyarakat," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Okty menuturkan, pihaknya bersama BKSDA Kalimantan Selatan terus berupaya mengembangkan sarana dan prasarana di TWA Pulau Bakut demi mendukung keberadaan kawasan itu sebagai salah satu destinasi wisata terbatas.

photo
Sejumlah bekantan memanjat cabang pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Kalimantan Selatan. - (Adaro Indonesia )

TWA Pulau Bakut yang memiliki luas 15,58 hektare semula hanya difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah warga sekitar dari atas Jembatan Barito. Saat ini, kawasan itu telah berubah dan menjadi ekosistem bagi beberapa ekor populasi bekantan beserta flora dan fauna lainnya.

BKSDA Kalimantan Selatan dan Adaro berkomitmen menghadirkan pusat konservasi bekantan untuk memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat. Kepala BKSDA Kalimantan Selatan Mahrus Aryadi mengatakan, TWA Pulau Bakut resmi dikelola dengan memberdayakan masyarakat setempat terhitung sejak tahun 2018.

Selama lima tahun pengelolaan, jumlah populasi bekantan bertambah hampir dua kali lipat. Menurut Marus, pelibatan warga lokal dalam pengelolaan taman wisata alam bertujuan untuk memberikan manfaat secara ekonomi masyarakat di sekitar Pulau Bakut.

"Saat ini, kami fokus memperbanyak pohon sebagai pakan bekantan. Jadi, kami tidak perlu memberi makan secara langsung agar tidak mengganggu kehidupan liar bekantan,” ucapnya.

Adaro melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan telah membangun klinik satwa dan fasilitas lain beserta kandang habituasi dan menyediakan peralatan dalam bentuk bahan dan barang untuk mendukung konservasi bekantan di TWA Pulau Bakut.

Perseroan juga membangun jalur jalan ulin dengan panjang 630 meter, dermaga, dan joglo atau saung yang digunakan sebagai tempat pertemuan di lokasi taman wisata alam tersebut, termasuk membangun dermaga apung dan kantor resort balai.

photo
Sejumlah bekantan memanjat cabang pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Kalimantan Selatan. - (ANTARA/HO-Adaro Indonesia )

Keterlibatan CSR perusahaan seperti Adaro dalam pengembangan TWA Pulau Bakut turut diapresiasi Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kalsel Muhammad Syarifuddin. Program CSR Adaro dinilai telah memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan hidup hewan Bekantan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Syarifuddin mengamini, pengembangan TWA Pulau Bakut telah berefek pada peningkatan kunjungan pariwisata. Pendapatan ekonomi masyarakat sekitar, terutama mereka yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan TWA Pulau Bakut, juga turut meningkat.

“Saya berharap CSR lain mengikuti hal positif seperti ini. Kalau bisa juga mengembangkan wisata-wisata lain selain dari TWA Pulau Bakut,” kata Syarifuddin.

Hal serupa diakui oleh aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kamus Kreativitas Anak Muda Sarabakawa Kabupaten Tabalong, Muhammad Irana Yudiartika. Peran CSR seperti Adaro dinilai memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah populasi hewan Bekantan di Kalimantan Selatan, khususnya di TWA Pulau Bakut.

Menurut Irana, Adaro memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung untuk kelangsungan hidup Bekantan yang tergolong sebagai hewan langka.

“Yang namanya konservasi untuk hewan langka, hal terpenting adalah kita harus merasa saling memiliki. Secara tidak langsung, kita sebagai masyarakat sudah mendukung pengembangan TWA Pulau Bakut untuk konservasi Bekantan,” ujar Irana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat