(FILE) -Seorang bayi prematur tidur terbaring di inkubator di rumah sakit Saddam di pusat kota Bagdad, Irak, 04 Mei 2003 (diterbitkan ulang 16 Maret 2023). | EPA-EFE/SRDJAN SUKI

Medika

Penanganan Bayi Prematur, tak Cukup Hanya Inkubator

Bayi prematur belum mempunyai kemampuan untuk menghangatkan tubuhnya dengan menggigil.

Kabar duka meninggalnya bayi laki-laki di Tasikmalaya sehari setelah kelahiran prematur menjadi pelajaran bagi banyak pihak. Penanganan bayi setelah persalinan tidak boleh disepelekan, termasuk untuk bayi prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Bayi masuk kategori prematur apabila lahir sebelum usia kehamilan 37 pekan dan masuk kategori BBLR jika beratnya kurang dari 2500 gram atau 2,5 kilogram. Bayi laki-laki yang meninggal dunia di Tasikmalaya lahir saat usia kehamilan ibu mencapai 36 pekan.

Saat lahir, klinik persalinan menyebutkan berat badannya 1,7 kilogram. Namun, saat bayi meninggal dunia dan ditimbang di rumah sakit lain, berat badannya tercatat hanya 1,5 kilogram. Orang tua menyesalkan klinik yang tidak memasukkan bayi ke inkubator, tetapi malah memandikan dan menjadikan bayi sebagai objek konten media sosial.

photo
Staf medis merawat bayi Palestina yang lahir prematur yang dibawa dari Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza ke rumah sakit di Rafah, Jalur Gaza, Ahad, (19/11/2023). - (AP Photo/Hatem Ali)

Sebenarnya, bagaimana penanganan bayi prematur setelah persalinan? Umumnya, setelah lahir, bayi prematur akan dirawat di ruang intensif khusus bayi baru lahir atau neonatal intensive care unit (NICU), guna mengatasi masalah sistem organ tubuh yang belum matang.

"Selama perawatan di NICU, selain bayi prematur distabilkan keadaan gawat daruratnya, untuk menjaga proses tumbuh kembangnya tetap berjalan, bayi juga dikondisikan sebagaimana ia ketika masih di dalam rahim ibu," kata dokter spesialis anak Toto Wisnu Hendrarto, lewat situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Masalah medis terkait imaturitas sistem organ bayi prematur akan ditangani oleh tim unit neonatal yang terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di bidang neonatal. Perawatan dimulai dengan proses resusitasi, yakni dari 30 detik pertama pascalahir, bayi prematur distabilkan kemampuan bernapasnya dengan alat bantu napas noninvasif dan invasif. 

Setelah proses resusitasi, perawatan bayi prematur akan dilanjutkan di ruang NICU. Terlahir prematur, membuat bayi kehilangan kesempatan mendapatkan dukungan nutrisi, oksigen, stimulasi, kekebalan, dan kehangatan dari ibunya lebih lama.

Oleh karena itu, beberapa komponen itu harus terjaga dengan baik selama perawatan di NICU. Walaupun ibu harus terpisah dan tidak dapat memberikan dukungan hal tadi, ibu tetap dapat memberikan ASI untuk bayi prematurnya. 

Dalam ulasan terpisah, IDAI menyebut, menjaga kelangsungan hidup bayi prematur tidak hanya sebatas menempatkannya di inkubator. Menurut IDAI, kebanyakan bayi prematur dapat dipulangkan lebih cepat dan dirawat di rumah dengan perawatan metode kangguru atau perawatan bayi lekat atau yang dikenal juga dengan skin to skin contact

Akan tetapi, sebagian bayi prematur memang butuh perawatan inkubator dan sebaiknya tidak dipulangkan dahulu dari rumah sakit. Penggunaan inkubator juga bukan merupakan hal yang mudah, karena ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan.

Inkubator juga butuh sumber energi untuk mengoperasikannya, kebersihannya harus dijaga seketat mungkin, dan pemantauan suhu inkubator harus disesuaikan dengan berat badan dan usia kandungan bayi. Selain persoalan inkubator, bayi prematur pun memiliki berbagai masalah kompleks yang perlu ditangani secara khusus.

Permasalahan itu meliputi pusat pengaturan suhu di otak bayi prematur masih belum sempurna sehingga bayi mudah menjadi kedinginan. Bayi juga sering lupa bernapas atau berhenti napas, karena sebagian paru-parunya masih kuncup dan membutuhkan usaha besar untuk mengembangkan kembali.

Itu membuat bayi cepat lelah dan terlihat sesak napas. Kemampuan menelan dan mencerna juga belum sempurna, juga kemampuan untuk melawan bahaya dari luar seperti infeksi. Begitu pun kemampuan otot jantung untuk memompa darah memenuhi kebutuhan tubuhnya masih belum optimal. Tingkat ketergantungan secara psikologis juga sangat tinggi. 

Terkait ketentuan memandikan, dokter spesialis anak konsultan Rosalina Dewi Roeslani dari UKK Neonatologi IDAI mengatakan bayi prematur ataupun BBLR mempunyai risiko mengalami hipotermia atau suhu tubuh di bawah 36,5 derajat Celsius. Hipotermia sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kesakitan hingga kematian.

"Bayi prematur yang baru lahir biasanya tidak dimandikan segera, tetapi dapat ditunda hingga beberapa hari kemudian saat keadaan umumnya telah stabil," ujar Rosalina dalam ulasannya.

Dia menjelaskan, bayi prematur lebih berisiko mengalami hipotermia karena lemak cokelat ditubuhnya belum ada atau sangat sedikit. Lemak cokelat terbentuk pada akhir kehamilan trimester ketiga dan berfungsi menghasilkan energi saat bayi kedinginan.

Faktor risiko hipotermia lain pada bayi prematur adalah jaringan di bawah kulit yang masih tipis dan belum matang. Sehingga kulit terlihat tipis, transparan, dan tidak dapat melindungi tubuh dari dingin secara optimal. Belum lagi, bayi prematur belum mempunyai kemampuan untuk menghangatkan tubuhnya dengan menggigil.

Posisi katak atau frog position menyebabkan bayi tidak bisa merangkul atau midline position saat kedinginan, juga cadangan gula yang tidak memadai di tubuhnya. Selama tali pusat belum lepas, menurut Rosiana, sebaiknya bayi diseka dan tidak dicelupkan ke bak mandi. 

Saat bayi di rumah sakit, pembersihan tubuh bayi atau proses memandikan biasanya akan dilakukan oleh petugas kesehatan jika kondisinya sudah memungkinkan. Setelah dipulangkan, orang tua bisa memandikan bayinya dengan pedoman langkah-langkah yang juga dibagikan IDAI di situsnya.

 

Bayi prematur pun memiliki berbagai masalah kompleks yang perlu ditangani secara khusus.
 
SHARE  

Dijadikan Konten 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nadia Anastasya Silvera (@nadiaanastasyasilvera)

Orang tua dari bayi prematur di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, yang meninggal dunia pekan lalu terus menuntut pertanggungjawaban dari klinik yang menangani persalinan. Menurut pihak keluarga, Klinik Alifa yang menangani persalinan memberikan pelayanan buruk dan terdapat dugaan malpraktik.

Lewat akun Instagram @nadiaanastasyasilvera, pihak keluarga membeberkan kronologis kejadian dan telah melapor ke pihak berwenang. Bayi laki-laki dari pasangan Erlangga Surya Pamungkas dan Nisa Armila itu lahir pada Senin (13/11/2023), saat usia kandungan ibu mencapai 36 pekan. Dalam persalinan normal, umumnya bayi lahir pada usia kandungan 37-42 pekan.

Setelah bayi lahir sekitar pukul 22.00 WIB, pihak klinik menyampaikan berat badan (BB) bayi sebesar 1,7 kilogram. Setelah itu, Erlangga (ayah dari bayi--RED) menyampaikan bayinya ditempatkan di alat inkubator sederhana dan tak sesuai standar medis, dalam posisi memakai baju dua lapis, dipakaikan sarung tangan dan pernel atau kain bedong.

"Bidan menyebutkan, kondisi bayi tidak normal, BB-nya kecil, dan napasnya tidak dalam kondisi baik. Bidan jaga tersebut bilang akan koordinasi dulu dengan pihak rumah sakit, apakah harus diinkubator atau tidak," ucap Erlangga lewat pernyataan kronologi yang dia tuliskan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nadia Anastasya Silvera (@nadiaanastasyasilvera)

Selasa (14/11/2023) dini hari, setelah desakan serta rentetan pertanyaan dari orang tua, pihak bidan baru menginformasikan bahwa bayi bisa diberi air susu ibu (ASI). Namun, pihak klinik tak memberikan bantuan atau informasi mengenai proses menyusui yang benar. Orang tua pun ragu, apakah ada ASI yang keluar dan berhasil diminum oleh bayi.

Jam tujuh pagi, bayi diambil oleh pihak klinik dengan alasan akan dimandikan, lalu dikembalikan ke orang tua pukul 08.30 WIB. Tak lama kemudian, bidan mengatakan ibu dan bayi sudah boleh pulang, serta menyampaikan bayi sehat, tidak perlu dibawa ke rumah sakit, dan tidak perlu dihangatkan di rumah.

Selama di rumah, ASI ibu tidak keluar, dan pihak bidan di Klinik Alifa yang kembali dihubungi merekomendasikan bayi diberi minum susu penambah berat badan. Namun, menurut orang tua, susu tersebut juga tidak masuk ke bayi. Pada Selasa (14/11/2023) malam sekitar pukul 21.00 WIB, detak jantung bayi berhenti.

Pihak keluarga segera menghubungi Klinik Alifa, tetapi telepon yang dituju tidak aktif. Mereka berangkat membawa bayi ke klinik tersebut, tetapi klinik ditutup dan digembok. Setelah mengetuk hingga menggedor klinik, ada seorang lelaki keluar dan memeriksa bayi, lalu memastikan bayi sudah meninggal dunia.

Selanjutnya, keluarga pergi ke Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya. Bayi dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD), ditangani suster dan dokter jaga, tetapi kondisi bayi telah meninggal dunia. Saat ditimbang, berat badan bayi hanya 1,5 kilogram.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nadia Anastasya Silvera (@nadiaanastasyasilvera)

Menurut pihak rumah sakit, bayi prematur dengan berat badan lahir rendah seharusnya tidak dipulangkan, juga harus mendapat perawatan intensif dan diberikan banyak ASI. "Kami sekeluarga bukan tidak menerima takdir, karena kami tahu takdir sudah ada yang mengatur. Hanya saja yang sangat kami sayangkan yaitu pelayanan dan perawatan yang sangat buruk yang menyebabkan anak saya meninggal dunia," kata Erlangga.

Selama persalinan, pihak keluarga menduga ibu bayi dijadikan bahan untuk praktik mahasiswa. Sebab, saat menangani ibu bayi, bidan seperti menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah kebidanan kepada mahasiswa yang sedang praktik di klinik tersebut.

Adapun Nadia Anastasya Silvera yang membagikan kronologis kejadian merupakan kakak dari ayah bayi. Pada salah satu unggahan, Nadia mengunggah ulang konten akun media sosial Klinik Alifa, yang menampilkan keponakannya dalam pose pemotretan khusus bayi. 

Padahal, tidak ada izin atau pemberitahuan dari pihak klinik terkait pemotretan itu. Dalam foto dan video, bayi dipakaikan busana lucu dan dekorasi lucu, serta ada ucapan selamat atas kelahirannya. 

"Bayi 1,5 kilogram kalian beginikan tanpa ada izin dari pihak keluarga, tanpa ada pemberitahuan ke pihak keluarga. Yang harusnya ini bayi diinkubator dan diberikan perawatan yang intensif, malah kalian buat review dan konten," tutur Nadia. Saat ini, akun media sosial Klinik Alifa diatur dalam mode privat.

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Bayi Noor Selamat Setelah Tiga Kali Dibom Israel

Noor harus kehilangan ibu, saudara kandung, kakek, dan neneknya yang menjadi syuhada

SELENGKAPNYA

Selamatkan Bayi-Bayi Gaza

Hampir 15 ribu bayi diperkirakan akan lahir di Gaza.

SELENGKAPNYA

Bayi-Bayi Gugur di Gaza, ‘Dunia tak Boleh Diam’

Rumah-rumah sakit di Gaza terus dibombardir tentara penjajah Israel.

SELENGKAPNYA