
Dunia Islam
Benteng Masmak, Saksi Kejayaan Dinasti Saud
Dahulu, menaklukkan Benteng Masmak berarti menguasai nyaris seluruh Jazirah Arabia.
Arab Saudi saat ini tak ubahnya negara-negara modern. Ibu kotanya, Riyadh, menjadi salah satu contoh metropolitan dengan berbagai bangunan pencakar langit. Bagaimanapun, kerajaan tersebut tak lantas melupakan akar kebudayaannya. Beragam situs peninggalan masa lalu masih terawat dengan baik di negeri itu.
Di antaranya adalah Benteng Masmak (Qashr al-Mashmak). Namanya diambil dari kata bahasa Arab, mushamaka, yang bermakna ‘bangunan kokoh’ atau ‘benteng.’ Bangunan cagar budaya itu berlokasi di Distrik ad-Dirah, Kawasan Kota Tua Riyadh, atau tak jauh dari Masjid Agung Imam Turki bin Abdullah. Benteng tersebut kini berfungsi sebagai museum.
Sejarah Benteng Masmak bermula ketika Riyadh dikuasai Abdurrahman bin Sulaiman bin Dabaan. Pada 1865, ia membangun benteng tersebut sebagai infrastruktur pertahanan kota. Dinding bangunan itu terbuat dari batu bata yang dicampur dengan lumpur dan tanah liat sehingga menjadikannya kokoh. Waktu itu, Riyadh berada dalam kekuasaan Suku Ha’il yang dipimpin Muhammad bin Abdullah bin Rasyid. Suku ini memiliki pesaing, yakni klan al-Saud—yang kelak mendirikan Kerajaan Arab Saudi modern.

Pada Januari 1902, Amir Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal al-Saud berhasil merebut Benteng Masmak dari tangan kekuasaan Ibnu Rasyid. Sejak saat itu, Suku Ibnu Saud menguasai seluruh Riyadh sehingga memuluskan jalan terwujudnya Kerajaan Arab Saudi. Abdul Aziz menjadi raja pertamanya. Ia menjadikan Benteng Masmak sebagai tempat tinggalnya sebelum akhirnya pindah ke Istana Murabba yang selesai dibangun pada 1938.
Sejak 1980-an, pemerintah setempat menggolongkan Benteng Masmak dalam kriteria Warisan Sejarah Raja Abdul Aziz di Riyadh. Mulai saat itu pula, berbagai renovasi dan pemugaran dilakukan di sana. Berbagai perbaikan tidak sampai mengubah keseluruhan bangunan bersejarah itu. Hingga saat ini, otoritas Kota Riyadh terus merawat Benteng Masmak sebagai salah satu destinasi wisata kebanggaan negeri.
Bila dilihat dari ketinggian, denah Benteng Masmak berbentuk persegi. Pada tiap sudutnya, terdapat menara tinggi yang awalnya berfungsi sebagai tempat pengawas. Untuk mencapai puncaknya, seseorang mesti menapaki tangga spiral. Bentuk persegi dan adanya menara-menara pengawas itu merupakan ciri khas benteng di Jazirah Arab pada masa lalu.

Kompleks seluas 4.500 meter persegi ini dapat dimasuki dari gerbang yang menghadap alun-alun. Selain itu, pengunjung juga bisa melalui pintu pagar yang memiliki tinggi sekitar 3,5 meter dan lebar 2,5 meter. Celah pada pintu tersebut dinamakan al-Khokba. Itu hanya bisa dilewati orang dewasa secara bergiliran satu per satu. Desain al-Khokba menunjukkan sistem pertahanan praktis dari pintu benteng-benteng Arab di masa lalu.
Bagian atapnya ditutupi dengan pohon-pohon palem yang dicat. Rangka atap terbuat dari kayu dan etel. Di dalam Benteng Masmak, terdapat belasan ruangan yang masing-masing dibatasi dinding berbentuk labirin. Setiap ruangan disambung dengan pintu-pintu yang terbuat dari kayu. Dari denah yang ada, benteng ini juga memiliki berbagai fasilitas umum, semisal sumur atau masjid. Kini, semuanya tak lagi berfungsi sebagaimana adanya. Sebab, secara keseluruhan Benteng Masmak telah menjadi museum.
Pelbagai artefak bernilai sejarah ditampilkan di sana. Misalnya, alat-alat antik yang digunakan sebagai persenjataan. Begitu pula dengan instrumen pertanian dan busana tradisional zaman dahulu. Semua itu disimpan dalam galeri yang masing-masing dilengkapi dengan legenda atau keterangan penjelasan tertulis. Sebagai pelengkap, ada juga foto-foto serta berbagai diorama untuk memeragakan beberapa peristiwa historis yang pernah terjadi di kawasan Kota Tua Riyadh.
Bagi Dinasti al-Saud, keberadaan Benteng Masmak merepresentasikan suatu tonggak bersejarah. Tak ayal lagi, inilah ikon sejarah ibu kota sekaligus Kerajaan Arab Saudi secara keseluruhan. Mengutip laman Saudi Arabia Tourism Guide, tempat tersebut adalah ajang puncak pertempuran antara kubu Abdul Aziz al-Saud dan Ibnu Rasyid.
Menguasai Benteng Masmak berarti mengendalikan seluruh Riyadh dan akhirnya Jazirah Arabia. Tak lama setelah berhasil direbut, Ibnu Saud menjadikan benteng itu sebagai gudang amunisi. Selain itu, beberapa bagian dari kompleks tersebut dijadikannya sebagai penjara.
Kini, nuansa “menyeramkan” tak tampak di Benteng Masmak. Ia lebih sebagai destinasi turisme edukatif, yang dapat membuka mata wisatawan tentang bagaimana Dinasti al-Saud bermula. Sejak 1999, pemerintah setempat mengadakan peringatan tahunan untuk merayakan hari jadi Benteng Masmak di Kota Tua Riyadh. Berbagai festival pun digelar untuk memeriahkannya.
Museum Benteng Masmak dapat dikunjungi setiap hari kecuali Jumat. Waktu buka terbagi atas dua sesi, yakni pukul 09.00-12.00 dan 16.00-21.00. Pengunjung perempuan dibatasi. Dalam arti, mereka mesti disertai orang yang menjadi mahramnya. Harga tiket masuknya cukup terjangkau. Pihak pengelola juga menyediakan tour guide yang dapat memandu mereka yang ingin mengetahui lebih banyak tentang kawasan bersejarah itu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menginap di Hotel tak Selalu Senyaman yang Dipikirkan
Pengurus hotel hanya memiliki jendela kecil untuk membersihkan antara 10 hingga 30 kamar.
SELENGKAPNYADeretan Film Terbaik, Juara FFI Tahun Ini
Total, film Women From Rote Island menyabet empat kategori FFI tahun ini.
SELENGKAPNYASiap Nonton Coldplay, Band Pendukung Palestina Hari Ini?
Dukungan Coldplay pada Palestina sudah disuarakan sejak 2011.
SELENGKAPNYA