Pialang mengamati pergerakan harga Sukuk di Delaing Room Treasury OCBC NISP, Jakarta, Selasa (18/2). | Wihdan Hidayat/Republika

Ekonomi

Sukuk Hijau Masih Diminati

Tantangan terbesarnya adalah ketulusan investor melihat sukuk hijau untuk mengatasi perubahan iklim.

 

JAKARTA ? Sukuk berwawasan lingkungan atau sukuk hijau (green sukuk) dinilai masih diminati, baik dari sisi penerbit maupun investor. Sebab, sukuk ini memiliki tujuan dan segmen peminat tersendiri.

Pengamat ekonomi syariah STEI SEBI, Azis Setiawan, menilai, respons investor terhadap sukuk hijau sangat baik. Hal itu terlihat dari daya serap pasar yang selalu tinggi setiap kali pemerintah menerbitkan intrumen syariah tersebut.

"Konsep green yang ditawarkan menjadi daya tarik tersendiri di tengah ramainya isu perubahan iklim, di mana investor dengan preferensi khusus, tentunya akan sangat menyambut baik dari penerbitan green sukuk," kata Azis, Ahad (1/3).

Menurut Azis, penerbitan sukuk hijau merupakan strategi yang positif untuk diversifikasi basis investor. Sukuk hijau menghadirkan tipe investor baru, yaitu green investor. Green investor ini tertarik untuk berinvestasi dengan fokus kepada penyaluran hasil dari penjualan sukuk hijau ini terhadap proyek-proyek ramah lingkungan.

Azis mengungkapkan, pada penerbitan sukuk hijau pertama Maret 2018 lalu, green investor ini cukup besar, yaitu sebesar 29 persen. Namun, dengan munculnya tipe green investor juga menjadi tantangan untuk penerbitan sukuk hijau, yakni pelaporan yang transparan dan akuntabel dari hasil penjualan sukuk hijau beserta dampaknya terhadap lingkungan.

Tidak hanya yang diterbitkan negara, sukuk hijau milik korporasi juga akan tetap diminati oleh para investor selama fundamental perusahaanya baik. "Berkaca dari penerbitan-penerbitan sebelumnya, (minat terhadap sukuk hijau) akan tetap memiliki potensi yang tinggi. Tentu, ini harus tetap diiringi edukasi," kata Azis.

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah menuturkan, sukuk tabungan (ST) yang pemerintah tahun ini akan kembali mengusung sukuk hijau ritel. Setidaknya, dua instrumen sukuk hijau ritel akan diterbitkan sampai akhir tahun.

Dwi menyebutkan, dua ST tersebut akan menjadi sukuk hijau kedua dan ketiga yang diterbitkan di dalam negeri. Seri pertama sudah diterbitkan pada November 2019 dengan seri ST-006.

"Emisi tiap sukuk hijau yang diterbitkan nanti berkisar antara Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun," ucap Dwi ketika dihubungi Republika, Ahad (1/3).

Dwi mengakui, tantangan terbesar saat ini adalah ketulusan investor untuk melihat sukuk hijau ritel sebagai upaya penurunan emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim. Sebab, masyarakat Indonesia masih lebih melihat harga sebagai faktor pembelian instrumen investasi. "Kalau imbal hasil terus turun, biasanya minat investor individu akan terpengaruh. Investor belom tulus melihat apakah ini hijau atau tidak," kata Dwi.

Penerbitan sukuk hijau, Dwi mengatakan, membantu pemerintah mewujudkan komitmen untuk menurunkan emisi karbon 2030 sebesar 29 persen dengan cara-cara manual atau 41 persen dengan bantuan luar negeri atau pihak lain.

Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) sedang menjajaki penerbitan sukuk hijau atau sukuk Sustainable Development Goals (SDGs) tahun ini. Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara menyampaikan, sukuk tersebut diupayakan bisa terbit pada Juni 2020.

"Jika bisa, ini akan jadi sukuk hijau pertama di Indonesia yang dikeluarkan oleh bank syariah," kata Pandji di Grha CIMB Niaga, Jumat (28/2).

Pandji menyampaikan, CIMB Niaga Syariah ingin menjadi pelopor sebagai bentuk komitmen pada pembiayaan berkelanjutan. Sukuk ini hanya bisa ditanamkan di pembiayaan terkait ramah lingkungan, berkelanjutan, dan sesuai poin dalam SDGs.

"Nilainya kurang lebih Rp 4 triliun, diluncurkannya secara bertahap dalam waktu tiga tahun," kata Pandji. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat