Asma Nadia | Republika

Resonansi

Pahlawan tak Dikenal

Mengembalikan ingatan kita pada sosok pahlawan yang terlupakan.

Oleh ASMA NADIA

 

Sebuah pentas ludruk mengisahkan peristiwa kepahlawanan di Surabaya menyentak seorang penontonnya. Lelaki yang antusias mengikuti kisah yang disajikan terus melemparkan tanda tanya.

Kesan yang membekas kuat pada dirinya: bagaimana mungkin kisah kepahlawanan sedemikian heroik ini tidak diketahui banyak orang?

“Saya ini arek Suroboyo, bagaimana mungkin saya tidak kenal Letnan Achiyat?” Begitu tutur Donny Manuarva, setelah mengetahui lebih dalam sosok bernama Achiyat yang dikenalnya lewat pementasan tradisional tersebut.

Ia tidak sendiri, faktanya memang nama Letnan Achiyat tidak akrab di telinga banyak orang. Padahal sosok arek Suroboyo ini memiliki andil dalam mengubah sejarah, bukan hanya Surabaya tetapi juga Indonesia.

 
Achiyat adalah sosok pemuda yang terlibat langsung dalam kontak senjata yang mengakibatkan tewasnya Jenderal Mallaby, pemimpin tertinggi Sekutu di Surabaya.
 
 

Achiyat adalah sosok pemuda yang terlibat langsung dalam kontak senjata yang mengakibatkan tewasnya Jenderal Mallaby, pemimpin tertinggi Sekutu di Surabaya. Dan ini hanya satu dari berbagai kiprah heroiknya.

Aksi beraninya membunuh tentara Inggris, merebut mobil-mobil tentara Jepang, keterlibatannya memanjat tiang bendera di Hotel Yamato untuk merobek warna biru bendera Belanda, dan berbagai aksi heroik lainnya layak masuk dalam tinta emas sejarah.

Menyadari adanya sosok pahlawan yang memiliki kontribusi signifikan tetapi ternyata tidak dia ketahui bahkan terlupakan, Donny Manuarva yang menjabat Corporate General Manager Midtown Hotel, lalu berinisiatif menggagas rangkaian acara khusus untuk mengenang jasa sang pahlawan.

“Selayang Pandang Letnan Achiyat – Tokoh Heroik Pertempuran 10 November 1945" adalah tajuk acaranya. Pada sarasehan tersebut, disajikan kembali kisah Alap Alap Simokerto yang merupakan julukan sang pejuang.

Tidak hanya itu, turut dipamerkan peninggalan sang pahlawan. Antara lain, pedang yang pernah direbutnya dari seorang komandan pasukan Inggris yang dibunuh.

Achiyat pun mengibarkan bendera merah putih dengan pedang yang dirampasnya dan warna merah pada bendera berasal dari darah komandan Inggris tersebut.

 
Achiyat pun mengibarkan bendera merah putih dengan pedang yang dirampasnya dan warna merah pada bendera berasal dari darah komandan Inggris tersebut.
 
 

Ada juga peninggalan sebuah nota dengan kover kulit kambing yang berisi buku hariannya selama bergerilya. Di buku tersebut Achiyat mencatat segala aktivitas, nama-nama anggota pasukannya, peta pertempuran, dan berbagai strategi.

Malam penuh keharuan dan semangat perjuangan ini diharapkan mampu mengembalikan ingatan kita pada begitu banyak nama pahlawan yang mulai terlupakan, bahkan sebelum dikenal. Sekaligus mengangkat muruah mereka, dan akhirnya semoga berdampak kembalinya ingatan pada seluruh pahlawan yang mulai terlupakan.

Masih tersisa pertanyaan menarik dari acara di atas. Mengapa Achiyat hilang dari ingatan masyarakat Surabaya? Padahal sebelumnya sempat ada beberapa pertemuan dari pemerintah daerah yang ingin memberi nama jalan atas nama Achiyat.

Ternyata Achiyat sendiri tidak terlalu menyukai publikasi. “Berjuang itu biasa, sudah tugas semua anak bangsa,” menurutnya.

Achiyat juga menolak dibuatkan monumen ketika temannya berseloroh dirinya layak dibuatkan patung pengingat perjuangan.

 
Bila kita telusuri lebih jauh, justru peristiwa 10 November telah membuat Sekutu berpikir ulang untuk mendukung Belanda kembali menguasai Indonesia.
 
 

Selain itu, ada penjelasan lain. Achiyat hanyalah remaja berusia 17-an saat memulai ikut berjuang.

Terbunuhnya Jenderal Mallaby merupakan sebuah insiden yang tidak direncanakan. Saat itu sedang terjadi gencatan senjata.

Jenderal Mallaby yang merasa situasi aman berkeliling tanpa pengawalan ketat. Achiyat dan teman seperjuangan, yang sepertinya belum tahu adanya pengumuman gencatan senjata, ingin merebut mobil tentara Inggris.

Merebut kendaraan musuh dalam peperangan adalah bagian dari strategi perang untuk mengurangi kekuatan musuh dan menambah kekuatan pejuang. Namun ketika Achiyat mendekat, ternyata terjadi baku tembak ringan.

Dalam keadaan panik, salah satu tentara Inggris melemparkan granat ke arah Achiyat. Pemuda itu meloncat menyelamatkan diri dan granat terpantul di mobil dan kembali ke arah pelempar hingga meledak dan membunuh Jenderal Mallaby.

Kondisi mayat sang jenderal sendiri parah dan tidak bisa dikenali. Satu-satunya identifikasi yang mengonfirmasi adalah adanya mayat dengan jam tangan di kanan dan kiri, yang mencirikan kebiasaan sang jendral.

Berita yang tersebar di Sekutu pada awalnya adalah sang jenderal dibunuh secara kejam hingga mayatnya rusak. Atas informasi itu, Sekutu murka dan memberikan ultimatum lalu melakukan serangan membabi buta pada 10 November yang menewaskan puluhan ribu rakyat sipil tak bersenjata.

 
Begitu banyak pahlawan tak dikenal yang telah berjasa memberikan kontribusi bagi kehidupan kita di masa kini.
 
 

Bagi pemuda Achiyat, saat itu, mungkin bombardir ini tidak perlu terjadi dan menewaskan Mallaby. Namun, bila kita telusuri lebih jauh, justru peristiwa 10 November telah membuat Sekutu berpikir ulang untuk mendukung Belanda kembali menguasai Indonesia.

Sekalipun di atas kertas Sekutu menang secara angka, tetapi peristiwa ini menunjukkan fakta Indonesia bukan bangsa yang bisa diremehkan. Dengan persenjataan seadanya, Arek Suroboyo sanggup memberikan perlawanan yang menakutkan.

Terlepas dari kontroversi tewasnya Jenderal Mallaby, Achiyat telah membuat peta sejarah Indonesia berubah. Pengakuan kemerdekaan yang mungkin bisa tertunda lebih lama menjadi lebih cepat diperoleh dengan peristiwa 10 November.

Acara yang diselenggarakan Midtown Hotel baru-baru ini mengembalikan ingatan kita pada sosok pahlawan yang terlupakan.

Sehari sebelum penyelenggaraan seminar, Midtown menyelenggarakan acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Surabaya. Segenap staf Midtown Hotel dan keluarga Letnan Achiyat serta keluarga Bung Tomo ikut menghadirinya.

Di makam pahlawan tersebut, tidak sedikit makam yang di batu nisannya tertulis tidak dikenal. Begitu banyak pahlawan tak dikenal yang telah berjasa memberikan kontribusi bagi kehidupan kita di masa kini.

Letnan Achiyat hanya salah satunya yang mulai terlupakan, tetapi masih banyak figur luar biasa yang bisa kita telusuri dan angkat cerita kepahlawanannya. Khususnya sebab kita tidak akan lupa, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat pahlawannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Listrik RS Indonesia Padam Total

Pada Kamis malam lalu, Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke daerah sekitar RS Indonesia.

SELENGKAPNYA

Ketahuan Bohong, Israel Kurangi Jumlah Korban Tewas

Jumlah korban di Israel turun dari 1.400 menjadi 1.200.

SELENGKAPNYA

Kota Sehat untuk Semua

Langkah apa yang harus dilakukan untuk membangun kesehatan kita dan kota?

SELENGKAPNYA

Israel Klaim Kuasai Gaza, tapi Tanknya Terus Dihancurkan

Israel ganti taktik lumpuhkan terowongan Hamas.

SELENGKAPNYA