Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Rabu, (11/10/2023)WIB. | AP Photo/Hassan Eslaiah

Inovasi

Runtuhnya Peradaban Teknologi di Palestina

Pada 2022, diperkirakan ada sekitar 5.000 pembuat kode dan pengembang dari seluruh Tepi Barat dan Gaza.

Siapa sangka, Gaza yang terkendala secara ekonomi bisa menjadi pusat teknologi bagi warga Palestina dan dunia. Selama bertahun-tahun, sejumlah perusahaan internasional telah mencari kehadiran di sana untuk berkolaborasi, baik dengan menjadi pekerja lepas maupun menjajal peruntungan dengan membangun perusahaan rintisan teknologi. 

Salah satunya adalah Nvidia yang terkenal karena perannya dalam ledakan kecerdasan buatan (AI) baru. Perusahaan asal Delaware, Amerika Serikat (AS), ini telah bekerja dengan setidaknya 100 insinyur dari wilayah Gaza selama bertahun-tahun.

Silicon Valley pun kini semakin menaruh minat terhadap Palestina sebagai pusat teknologi. Hingga saat ini, mereka yang bekerja di wilayah tersebut memperkirakan sebanyak 10 juta dolar AS telah diinvestasikan dalam ekosistem teknologi Palestina.

photo
Korban Perang Israel-Palestina - (Republika)

Khususnya, pada 2017, ketika pendiri dan CEO Salesforce Marc Benioff bergabung dengan tokoh-tokoh Silicon Valley dalam mendukung akademi coding pertama yang didirikan di Gaza. Namun, semua itu sekarang lenyap, seperti halnya bangunan-bangunan di Gaza.

Lebih dari 1.500 orang di Palestina sejauh ini telah terbunuh. Israel kini telah mengumpulkan tentara di dekat bagian utara Gaza, menjelang serangan darat ke daerah kantong padat penduduk tersebut.

Sekitar 1,1 juta orang yang tinggal di wilayah utara telah diminta untuk pergi pada hari berikutnya. Israel mengatakan tidak akan mencabut pembatasan tersebut kecuali Hamas membebaskan semua sandera.

photo
Warga Palestina mengeluarkan jenazah dari reruntuhan bangunan pascaserangan udara Israel di kamp pengungsi Jebaliya, Jalur Gaza, Senin (9/10/2023). - (AP Photo/Ramez Mahmoud )

Mantan kepala Gaza Sky Geeks, Ryan Sturgill, mengatakan, situasi di lapangan tampak mengerikan. “Area di sekitar gedung Mercy Corps yang menampung Gaza Sky Geeks telah diratakan. Strukturnya berdiri tetapi hancur,” kata Sturgill, dilansir TechCrunch, Senin (16/10/2023).

Gaza Sky Geeks merupakan pusat teknologi terbesar di Palestina yang menyediakan berbagai pelatihan teknologi dalam skala besar. Pada 2022, diperkirakan ada sekitar 5.000 pembuat kode dan pengembang dari seluruh Tepi Barat dan Gaza lulus dari program ini.

Sturgill telah membantu usaha rintisan teknologi Palestina meningkatkan modal di Tepi Barat dan Gaza sejak Januari. Sejauh ini, dia melihat pertumbuhan di kawasan ini cukup signifikan.

Banyak pula perusahaan di Arab Saudi telah mendirikan kantor pusat di Palestina. “Nvidia dan perusahaan internasional lainnya memiliki operasi outsourcing di Palestina. Apple memiliki operasi outsourcing, Microsoft memiliki penelitian dan pengembangan, dan mereka bahkan ingin hal tersebut diperluas. Ada perusahaan yang memiliki 200 pengembang yang berkantor di Ramallah,” ujarnya.

Rusaknya Infrastruktur 

photo
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Rabu (11/10/2023) WIB. - (AP Photo/Hassan Eslaiah)

Salah satu pendiri dan CEO Manara, usaha rintisan berdampak sosial, Iliana Montauk, menyampaikan konektivitas telah menurun signifikan dalam 24 jam terakhir. “Meskipun Gaza telah dibom berkali-kali sebelumnya, kali ini sangat berbeda bagi sektor teknologi karena beberapa alasan. Listrik padam di seluruh jalur Gaza," ujar Montauk. 

Selain itu, dia melanjutkan, sejumlah besar infrastruktur telah dibom termasuk ISP dan banyak gedung apartemen tinggi yang memiliki menara telepon seluler. "Seluruh lingkungan kelas menengah dihancurkan,” kata Montauk.

Dia mengatakan, pada masa lalu jika seluruh lingkungan hancur, biasanya wilayah tersebut berbatasan dengan Israel dan wilayah yang lebih miskin sehingga berdampak lebih kecil pada sektor teknologi. Namun, kali ini berbeda karena sektor teknologi hampir sepenuhnya tidak dapat berfungsi.

“Kebanyakan orang juga telah kehilangan koneksi ponsel dan akses internet sepenuhnya atau hanya memiliki akses ke jaringan 2G di ponsel mereka. Listrik tidak lagi tersedia untuk beberapa jam sehari dan masyarakat kehabisan bahan bakar untuk generator mereka,” ujar dia.

Mereka yang tinggal di Tepi Barat mengatakan aktivitas di Gaza mempunyai dampak yang tidak dapat dihindari. Salah satu pendiri Sawaed19, Leen Abubaker, mengatakan bagi perempuan muda Palestina yang tinggal di Tepi Barat telah terjadi pembekuan aktivitas.

“Perusahaan-perusahaan teknologi beroperasi dalam skala yang sangat terbatas dengan karyawan yang kesulitan mencapai kantor mereka di Tepi Barat karena jalan-jalan yang tidak aman dan diblokir oleh pasukan pendudukan dan pemukim Israel atau mereka terpaksa gulung tikar sepenuhnya di Gaza,” kata da.

Dia menambahkan bahwa sejumlah bangunan penting di Gaza bagi industri teknologi di sana, seperti Burj Al-Wattan, telah dihancurkan oleh serangan udara Israel. Yang menyedihkannya adalah teknologi bukanlah prioritas utama dalam situasi mendesak ini. 

 

 

 
Meskipun Gaza telah dibom berkali-kali sebelumnya, kali ini sangat berbeda bagi sektor teknologi. 
 
ILIANA MONTAUK, Salah satu pendiri dan CEO Manara. 
 
 

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat