Hikmah
Mewujudkan Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial akan mendatangkan keberkahan hidup di masyarakat.
Oleh MUHAMMAD RAJAB
Setiap Muslim memiliki tanggung jawab dan peran dalam upaya mewujudkan kesalehan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan menebar benih-benih kebaikan dan mencegah dari dosa dan segala sesuatu yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Di dalam Alquran telah disebutkan perintah untuk mewujudkan kesalehan sosial. Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104).
Upaya mewujudkan kesalehan sosial membutuhkan sikap kepedulian yang tinggi kepada orang lain. Dalam hal ini dapat diwujudkan dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan.
Semakin tinggi iman seseorang, maka mestinya semakin tinggi pula kepedulian sosialnya kepada orang lain.
Bahkan sikap peduli ini dijadikan sebagai salah satu ukuran tinggi rendahnya iman seseorang. Karena itu, semakin tinggi iman seseorang, maka mestinya semakin tinggi pula kepedulian sosialnya kepada orang lain.
Dalam hadis diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudry RA berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR Muslim no 49).
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk membentuk kesalehan induvidu, tapi juga dalam rangka mewujudkan kesalehan sosial di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya kepedulian Nabi SAW kepada umatnya.
Bahkan, sebelum diutus menjadi Rasul, pada usianya yang ke-37 hingga 40 tahun, Nabi SAW telah melakukan uzlah, yakni menyendiri di gua Hira. Di sana Nabi SAW memikirkan kondisi masyarakat saat itu yang sudah jauh dari nilai-nilai moralitas.
Kepedulian Rasulullah SAW ini telah mengantarkan pada keberhasilan yang besar. Puncak keberhasilan dalam mewujudkan kesalehan sosial masyarakat dapat kita lihat pada fase dakwah di Madinah. Rasulullah SAW telah berhasil menebarkan nilai-nilai kebaikan (kesalehan) di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Bukan hanya dari satu agama dan suku, tapi sudah mencakup lintas agama dan suku.
Spirit dan semangat dakwah Rasulullah SAW dalam mewujudkan kesalehan sosial ini menjadi warisan bagi umat Islam di masa kini.
Spirit dan semangat dakwah Rasulullah SAW dalam mewujudkan kesalehan sosial ini menjadi warisan bagi umat Islam di masa kini. Kita tidak cukup hanya dengan memperbaiki kualitas ibadah yang bersifat individu-ritual semata, tapi juga dituntut untuk berkontribusi dalam mewujudkan kesalehan sosial masyarakat, sehingga tercipta kesalehan kolektif secara masif dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan terwujudnya kesalehan sosial, akan mendatangkan keberkahan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Allah SWT telah menegaskan dalam Alquran, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raf: 96).
Banyak cara dan media yang dapat kita manfaatkan untuk mewujudkan kesalehan sosial, baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Yang langsung, misalnya, aktif dalam kegiatan sosial atau melalui satu komunitas organisasi dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sosial kemasyarakatan.
Adapun yang tidak langsung, misalkan, dengan mengoptimalkan sarana dan media informasi yang ada saat ini, yakni dengan menyebarkan konten-konten keislaman dan nilai-nilai moralitas di tengah-tengah masyarakat.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Siapakah Ahl ash-Shuffah?
Tidak semua kaum Muhajirin memiliki rumah atau tempat tinggal di Madinah.
SELENGKAPNYADefinisi dan Fungsi Maqashid Syariah
Para ulama memberikan pengertian tentang dan ruang lingkup maqashid syariah.
SELENGKAPNYASemangat Aisyah Patahkan Stigma Negatif Cerebral Palsy
Hampir setiap detik, orang akan memandang pengidap cerebral palsy sebagai manusia yang tidak utuh
SELENGKAPNYA