Grebeg Maulud di Halaman Masjid Gedhe Yogyakarta, Kamis (28/9/2023) | Rep-Febrianto Adi Saputro

Khazanah

Derap Prajurit Keraton Kawal Grebeg Maulud

Beragam uba rampe atau isi gunungan yang diperebutkan warga terdiri atas hasil bumi.

Oleh FEBRIANTO ADI SAPUTRO

YOGYAKARTA -- Tradisi rayahan Grebeg Maulud kembali digelar Keraton Yogyakarta pada rangkaian Hajad Dalem Sekaten dalam rangka Peringatan Maulid Nabi 2023/1445 H pada Kamis (28/9/2023). Meski dirayakan setiap tahun, antusiasme warga untuk menyaksikan tradisi tersebut tidak surut. Masyarakat Yogyakarta sudah memadati area sekitar Masjid Gedhe Yogyakarta sejak pagi.

Tidak hanya warga dan turis domestik, terlihat juga sejumlah turis asing yang mengabadikan iring-iringan bregada tersebut. Barisan Bregada prajurit Kraton mulai berjalan sekitar pukul 10.00 WIB. Dengan berpakaian lengkap, para prajurit berjalan rapi menuju halaman Masjid Gedhe. Sementara itu, beberapa pasukan lainnya berjalan menuju Pura Pakualaman.

photo
Grebeg Maulud di Halaman Masjid Gedhe Yogyakarta, Kamis (28/9/2023) - (Rep-Febrianto Adi Saputro)

Untuk diketahui, terdapat sebanyak 10 Bregada Prajurit Keraton yang mengawal gunungan. Kesepuluh prajurit tersebut yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Terdapat tiga Gunungan Kakung. Masing-masing gunungan dibawa ke Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Ada juga gunungan lainnya yang masing-masing berjumlah satu buah. Gunungan-gunungan tersebut ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.

Gunungan yang dibawa ke Kepatihan dikawal oleh Bregada Bugis. Sementara itu, gunungan yang dibawa untuk Pura Pakualaman dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir. Berdasarkan pantauan Republika, warga terlihat tertib saat menyaksikan iring-iringan bregada prajurit. Petugas pemadam kebakaran beberapa kali menyemprotkan air ke jalanan yang dilalui iring-iringan prajurit yang membawa gunungan.

Keramaian juga sudah terlihat di halaman Pura Pakualaman. Setelah gunungan dimasukan ke Pura Pakualaman untuk didoakan, gunungan kembali dikeluarkan oleh prajurit berpakaian dan topi serba merah sekitar pukul 11.50 WIB. Warga dengan cepat memperebutkan gunungan yang berisi sayur-sayuran tidak lama setelah gunungan diletakan di Kompleks Pura Pakualaman.

photo
Grebeg Maulud di Halaman Masjid Gedhe Yogyakarta, Kamis (28/9/2023) - (Rep-Febrianto Adi Saputro)

Mujiana (52 tahun), warga Kabupaten Bantul, berhasil mendapatkan isi gunungan berupa dua buah ketan berwarna merah setelah ikut berdesakan dengan warga.
"Nanti akan saya berikan untuk cucu," ujar perempuan paruh baya itu dengan raut wajah bahagia.

Sementara itu, Martini (70), warga Giwangan, Kota Yogyakarta merasa wajib mendatangi setiap acara grebeg yang digelar Keraton Yogyakarta tiga kali dalam setahun dengan harapan mendapatkan keberkahan.Atas pertimbangan usia, Martini tidak berani ikut berdesakan berebut isi gunungan dari dekat. "Saya hanya menunggu lemparan dari atas saja," ujar dia.

Beragam uba rampe atau isi gunungan yang diperebutkan warga terdiri atas hasil bumi seperti beras ketan, rengginang, wajik, hingga aneka sayuran yang ditancapkan pada bilah-bilah bambu.Setelah didoakan, gunungan itu ludes dalam waktu sekejap.

Penghageng II KHP Widya Budaya Keraton Ngayogyakarta KRT Rintaiswara menjelaskan Grebeg Maulud merupakan salah satu rangkaian Hajad Dalem Sekaten yang digelar Keraton Yogyakarta setiap tahun untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adapun gunungan merupakan perlambang sedekah Raja Keraton Yogyakarta kepada rakyatnya."Sayuran serta palawija yang menjadi bahan dalam Gunungan melambangkan bahwa sejatinya kita adalah masyarakat agraris," kata Rintaiswara.

 
Sayuran serta palawija yang menjadi bahan dalam Gunungan melambangkan bahwa sejatinya kita adalah masyarakat agraris
KRT RINTAISWARA Penghageng II KHP Widya Budaya Keraton Ngayogyakarta 
 

Grebeg Maulud juga dihelat di Solo, Jawa Tenga. Ribuan warga antusias berebut gunungan Sekaten dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman Masjid Agung Solo, Kamis (8/10/2022).Ada dua pasang gunungan yang diarak di perhelatan itu. Meski demikian, hanya sepasang gunungan yang menjadi rebutan warga, yakni gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan).

Gunung jaler sendiri memiliki makna kesuburan dan proses penciptaan manusia. Gunungan jaler berisi beragam macam sayuran, seperti kacang panjang, telur, cabai merah, cabai hijau. Sementara itu, gunungan estri mempunyai makna lambang dari kewajiban perempuan untuk menjaga dan merawat keluarga. Isi gunungan estri berisi upil-upilan yang terbuat dari beras ketan yang dibentuk segi empat. Ada pula rengginang dan tlapukan yang terbuat dari tepung beras ketan dengan bentuk segi enam, intip.

photo
Abdi dalem Keraton Yogyakarta menabuh Gamelan Kyai Guntur Madu di Pagongan Selatan Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Jumat (22/9/2023). Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo dikeluarkan dan dimainkan di halaman Masjid Gedhe Kauman sepekan atau mulai Tanggal 6 Mulud hingga 12 Mulud jelang perayaan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta. Kedua gamelan ini termasuk Gamelan Pakurmatan yang digunakan untuk mengiringi upacara adat Keraton Yogyakarta. Gamelan ini keluar setahun sekali untuk menandai perayaan Grebeg Maulud. Penabuhan gamelan ini awalnya bertujuan untuk berdakwah, menarik warga untuk berdatangan ke Masjid Gedhe Kauman. Gamelan ini akan ditabuh bergantian di bagian Pagongan Selatan dan Pagongan Utara Masjid Gedhe Kauman. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Sebelum dibagikan ke warga kedua gunungan tersebut didoakan di serambi Masjid Agung oleh tafsir anom Keraton Kasunanan Solo. Namun, setelah itu sepasang gunungan langsung ludes.Sebenarnya ada dua pasang gunungan yang dikeluarkan dari Keraton Kasunanan Surakarta yang dikira menuju Masjid Agung. Meski demikian, hanya sepasang yang diperebutkan di halaman masjid, sedangkan sepasang gunungan lagi dibawa kembali ke keraton lagi.

Salah satu warga asal Karanganyar Mulati (36) mengaku berangkat bersama anaknya sejak pukul 09.30 WIB. Ia berharap kacang panjang didapatkannya bisa memberikan keberkahan dan kesehatan bagi keluarganya. "Saya tadi rebutan tapi gadapet terus dikasih kacang panjang, mau disayur rencananya nanti. Ya semoga berkah sehat semua keluarganya," kata Mulati ketika ditemui usai grebeg, Kamis (28/9/2023).

Hal senada juga disampaikan oleh warga Karanganyar Murni (53) bersama anaknya Jering (13). Ia mengaku mendapat rengginang dan roti. "Setiap tahun ke sini nanti rencananya ini (rengginang sama rotinya) mau dimakan,"ujar dia.

Murni mengatakan dirinya bersama anaknya datang sejak pukul 07.30 WIB pagi. Bahkan, ia mengaku anaknya sampai memanjat untuk berebut gunungan."Iya tadi datang jam 07.30 dari Colomadu, iya ini anak saya sampai manjat tadi ikut berebut," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Sejarah Perayaan Maulid

Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan di banyak negara mayoritas Muslim.

SELENGKAPNYA

Maulid Nabi: Bukan Semata HUT

Memberi bantuan, pertolongan melalui syafaat adalah hak Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA

Perselisihan Ulama Seputar Maulid Nabi

Yang dihindari adalah kesalahan dalam maulid, bukan melarang menggelar maulid.

SELENGKAPNYA