
Mujahidah
Jihad Ummu Athiyyah di Tujuh Peperangan
Dia mengambil langsung ilmu-ilmu dari Rasulullah SAW
Nusaibah binti al-Harits yang lebih populer dengan sebutan Ummu Athiyyah al- Anshariyah merupakan sahabiyah ternama pada masa Rasulullah SAW. Ummu Athiyyah dikenal sebagai perempuan dari golongan Anshar yang bersemangat menyambut kedatangan Islam di Madinah. Dengan mantap, Ummu Athiyyah menyatakan masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah SAW.
Setelah memeluk Islam, Ummu Athiyyah taat menjalankan ibadah. Dia menyatakan hidupnya berjuang untuk Islam. Hal ini dibuktikan tujuh peperangan kaum Muslim melawan orang-orang musyrikin selalu diikuti oleh Ummu Athiyyah. Dia turun langsung ke medan perang membantu Rasulullah dan kaum Muslim. Kiprahnya dengan cara membuat makanan bagi pasukan, memberi minum, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit. Di antaranya, Ummu Athiyyah tampil di medan Perang Khaibar.
Aku pernah keluar berjihad bersama-sama Rasulullah SAW sebanyak tujuh peperangan, aku menjaga kemah-kemah mereka, memasak makanan buat mereka, mengobati orang-orang yang luka, dan membantu orang-orang tua yang sudah tidak terdaya lagi.AL-MUNTAQA
Seperti diriwayatkan Imam Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah dari Ummu Athiyah al-Anshariyah RA. Dia berkata: “Aku pernah keluar berjihad bersama-sama Rasulullah SAW sebanyak tujuh peperangan, aku menjaga kemah-kemah mereka, memasak makanan buat mereka, mengobati orang-orang yang luka, dan membantu orang-orang tua yang sudah tidak terdaya lagi ”(Al-Muntaqa).
Selain gigih berperang membela agama Allah, Ummu Athiyah termasuk tokoh perempuan terkemuka di Madinah yang dekat dengan Rasulullah. Banyak hadis terutama berkaitan dengan perempuan yang diriwayatkan melalui Ummu Athiyyah al-Anshariyyah. Seperti ketika Zaibab, putri Rasulullah SAW meninggal dunia. Mereka belum mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah, mengafani, hingga pemakaman.
Ummu Athiyyah menceritakan kejadian itu bahwa salah seorang putri Rasulullah SAW meninggal. Beliau menyuruh kami memandikannya. “Mandikanlah dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalian pandang perlu. Mandikan jenazahnya dengan air dicampur daun bidara dan basuhan yang terakhir dicampur dengan sedikit kapur barus. Kalau sudah selesai, beri tahu aku,” kata Rasulullah.
Ketika selesai memandikan jenazah Zainab, dia memberi tahu Rasulullah SAW. Lalu, beliau memberikan sarungnya pada kami, “Pakaikanlah sarung ini padanya.” Setelah itu, kami menjalin rambut Zainab menjadi tiga jalinan, di sisi kanan, dan kiri serta di ubun-ubunnya. Lalu, kami letakkan jalinan rambut itu di belakang punggungnya. Kisah ini memberikan pelajaran besar bagi kaum Muslimin tentang tata cara memandikan jenazah. Banyak sahabat dan ulama tabiin yang mengambil faedah dari kisah ini.
Ummu Athiyyah juga termasuk perempuan cerdas yang beruntung. Kehidupan beliau bertaburan ilmu dari cahaya nubuwwah. Dia me ngambil langsung ilmu-ilmu dari Rasulullah SAW. Selain itu, Ummu ‘Athiyyah meriwayatkan pula ilmu dari Umar bin Khattab, dan pewaris setelahnya, di antaranya Anas bin Sirin, Hafshah bintu Sirin, dan masih banyak lagi. Maka itu, nama Ummu ‘Athiyyah tercantum dalam kitab-kitab hadis.

Setiap ilmu yang disampaikan Rasulullah disambut, dan diamalkan kembali oleh Ummu ‘Athiyyah. Sebaliknya, Rasulullah pun sangat bersemangat mengajarkan ilmu Islam kepada para shahabiyyah dan menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan mereka. Ummu ‘Athiy yah pernah menanyakan kepada Rasulullah tentang berjilbab bagi perempuan ketika keluar rumah.
Riwayat itu disampaikan Nabi Muhammad yang menyuruh perempuan yang sedang haid, perempuan baligh, uzur, ataupun perempuan yang belum merdeka (budak) untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan kebaikan di hari raya. Adapun untuk perempuan yang haid memisahkan diri dari tempat shalat, tapi mereka tetap menyaksikan kebaikan, dan dakwah kaum Muslimin.
“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar keluar pada hari Idul Fitri ataupun Idul Adha, baik para gadis yang menginjak akil baligh, perempuan yang sedang haid, maupun perempuan-perempuan pingitan. Bagi perempuan yang sedang haid, tetap meninggalkan shalat, tapi mereka dapat menyaksikan kebaikan (mendengarkan nasihat) dan dakwah kaum Muslimin.”
Saat itu Ummu ‘Athiyyah bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulullah, salah seorang dari kami ada yang tidak memiliki jilbab?” Rasulullah menjawab: Kalau begitu hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya (agar ia keluar dengan berjilbab)” (Mutafaq Alaih).
Hadis lain berkenaan perempuan dengan perawi Ummu ‘Athiyyah, yakni tentang khitan bagi perempuan. Dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshariyah bahwasanya ada seorang perempuan yang mengkhitan di Madinah. Nabi bersabda kepada Ummu ‘Athiyyah al-An shariyah, “Potonglah sedikit saja dan jangan berlebihan. Sebab, itu lebih membahagiakan perempuan dan lebih nikmat bagi suami” (HR Abu Dawud). Berkaitan sedekah pun Rasulullah pernah menyampaikan kepada Ummu ‘Athiyyah al-Anshari. Bagaimana jika sedekah berpindah tangan atau kembali ke tangan orang yang menyedekahkannya lewat jalur warisan.

Dalam kondisi begini, hukumnya harta tersebut halal baginya. Dalilnya adalah hadis Ummu 'Athiyyah al-Anshariyah, dia berkata, “Rasulullah datang menemui 'Aisyah dan bertanya, “Apakah kalian memiliki sesuatu?" Aisyah menjawab, "Tidak ada, kecuali sepotong daging kambing yang dihadiahkan kepada kita dari Ummu 'Athiyyah yang dahulu engkau sedekahkan kepadanya.” Nabi Muhammad SAW berkata, “Sedekah itu telah sampai ke alamatnya” (HR Bukhari).
Maksud dari hadis ini, sepotong daging kambing yang telah menjadi miliknya, lalu ia berikan sebagai hadiah, maka status hukumnya ber ubah dari sedekah menjadi hadiah. Oleh karena itu, daging itu halal bagi Rasulullah, lain halnya dengan harta sedekah yang tidak halal bagi beliau.
Diriwayatkan pula oleh Imam Tirmidzi berkata, “Inilah pendapat yang dipilih oleh mayoritas ahli ilmu, yaitu apabila seseorang bersedekah kemudian kembali kepadanya sebagai harta warisan, harta itu halal baginya.” Masih banyak lagi hadis yang melibatkan Ummu ‘Athiyyah. Namanya pun melambung masuk dalam tokoh Muslimah dan jajaran sahabiyyah. Sayangnya, tidak banyak riwayat yang bisa digali tentang kehidupan dan keluarga dari Ummu ‘Athiyyah. Hanya diriwayatkan kalau perempuan mulia bernama asli Nusaibah binti Harits ini wafat pada 8 Hijriyah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Roula Allouch, Anak Matahari Pelindung Muslim Amerika
Roula masuk daftar Women of The Year 2023 dari sebuah surat kabar terkemuka Amerika Serikat.
SELENGKAPNYABenarkah Muslimah Harus Melepas Cadar Saat Shalat?
Setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup sebagian anggota badannya ketika shalat
SELENGKAPNYANemah Hasan, Sebarkan Kisah Muslimah Lewat Lagu
Lagu tersebut kini telah menjadi soundtrack ribuan video yang membangkitkan semangat para wanita
SELENGKAPNYA