Pj Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo dan Dirut BPD DIY Santoso Rohmad saat meresmikan agen Laku Pandai di Bank Sampah Wirosaban Mandiri, Rabu (20/9/2023) | Idealisa Masyrafina

Nusantara

Setor Sampah, Uang Langsung Masuk Rekening

Sudah ada 70 bank sampah di Yogyakarta yang menjadi agen Laku Pandai.

YOGYAKARTA -- Bank sampah di Kota Yogyakarta mulai menerapkan transaksi nontunai. Uang dari hasil sampah yang disetor, akan langsung masuk ke rekening nasabah melalui rekening Laku Pandai.

Inovasi ini dilakukan dengan melibatkan agen Laku Pandai Bank BPD DIY. Pada tahap awal, ada 70 bank sampah yang menerapkan transaksi non tunai itu. Salah satunya di Bank Sampah Wirosaban Mandiri.

Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi digitalisasi transaksi di bank sampah yang merupakan program tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan (TSLP) dari Bank BPD DIY kepada Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta. TSLP Bank BPD DIY itu berupa akun rekening Laku Pandai serta bantuan saldo masing-masing sebesar Rp 500 ribu dan sarana biopori kepada 70 bank sampah di Kota Yogyakarta.

“Selama ini bank sampah pengelolaanya dengan cara manual dengan cara tunai. Sekarang dibantu oleh Bank BPD DIY) dan ada agen Laku Pandai, ini adalah bentuk dari inovasi digitalisasi bank sampah,” kata Penjabat Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo, saat penyerahan bantuan TSLP kepada Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta di Bank Sampah Wirosaban Mandiri, pertengahan pekan.

photo
Agen Laku Pandai di Bank Sampah Wirosaban Mandiri, Rabu (20/9/2023) - (Idealisa Masyrafina)

Selain transaksi menabung sampah, bank sampah sebagai agen Laku Pandai Bank BPD DIY juga bisa menerima pembayaran PBB dan retribusi. Singgih berharap seluruh 658 bank sampah di Kota Yogyakarta bisa ikut digitalisasi menjadi agen Laku Pandai.

Menurutnya, digitalisasi bank sampah ini merupakan bentuk adaptasi dan inovasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Tidak hanya itu, dalam pengelolaan sampah juga diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan BPD DIY.

Apalagi, kata dia, saat ini Kota Yogyakarta telah berhasil menurunkan volume sampah menjadi 60 ton per hari melalui berbagai program seperti Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) yang digencarkan Pemerintah Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu.

"Edukasi di level masyarakat tetap harus, pilah olah sampah dari rumah itu menjadi bagian dari kampanye efektif karena itu strata yang paling tinggi dari pengelolaan sampah," katanya.

Gerakan pengelolaan sampah dari hulu menjadi upaya untuk mengatasi operasional TPA Piyungan yang dibuka terbatas. “Sampah harus dipilah dan diolah dari asal sampah. Itu menjadi semangat kita. Sampah organik dan anorganik, yang (sampah) residu dikirim ke depo. Jadi tidak ada alasan lagi, buang sampah sembarangan,” tegas Singgih.

Menurut Direktur Utama Bank BPD DIY Santoso Rohmad, permasalahan sampah bisa membuat wisatawan tidak nyaman dan berakibat panjang pada ekonomi yang terganggu. Untuk itu, Bank BPD DIY juga mempunyai tanggung jawab sosial bersama-sama masyarakat menangani sampah.

Dia mengatakan, salah satu model pengelolaan sampah dengan bank sampah bisa menghasilkan rupiah dan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di masyarakat.

"Kota ini akan meningkat perekonomiannya kalau pariwisata menggeliat, dan tantangannya adalah sampah. Kalau sampah dimana- mana wisatawan tidak nyaman, dan ekonomi bisa terganggu," ujar Santoso Rohmad saat memberikan sambutan di Bank Sampah Wirosaban Mandiri.

Menurut Santoso, penyerahan bantuan fasilitas agen Laku Pandai di bank sampah juga menjadi upaya perluasan digitalisasi dan literasi keuangan kepada masyarakat. Melalui agen Laku Pandai yang disediakan di 70 bank sampah se-Kota Yogyakarta, nasabah bank sampah akan mendapatkan dana tabungan secara real time di rekening digital.

photo
Pengurus bank sampah memilah setoran bulanan dari nasabah di Bank Sampah Suryo Resik, Suryodiningratan, Yogyakarta, Ahad (19/2/2023).- (Republika/Wihdan Hidayat)

Tidak hanya itu, melalui agen laku pandai di Bank Sampah, nasabah bahkan bisa melakukan berbagai transaksi, hingga membayar tagihan menggunakan sampah yang mereka setor ke bank sampah.

"Sampah ini kan sebagai salah satu yang menghasilkan uang. Masyarakat yang dulunya dari sampah diwujudkan ke uang bisa buat bayar ini itu, jadi kemandirian masyarakat akan tercipta dari situ," jelas Santoso.

Nantinya, agen Laku Pandai di Bank Sampah akan diperluas ke seluruh bank sampah di Kota Yogyakarta. Ini akan dilakukan apabila 70 agen laku pandai ini dinilai berhasil mendekatkan layanan perbankan kepada masyarakat, ditunjukkan dengan jumlah transaksi yang banyak.

Adanya digitalisasi transaksi di bank sampah dinilai menjadi lebih cepat dan transparan. Menurut Sekretaris Bank Sampah Wirosaban Mandiri, Pujanti Ningrum, sebelum ada layanan digital, tabungan di bank sampah diserahkan secara tunai setelah satu tahun sesuai kesepakatan dengan para nasabah.

Ia menyebut, secara total ada 130 nasabah di Bank Sampah Wirosaban Mandiri. Dalam sebulan rata-rata bank sampah itu mengelola sampah berkisar 200-300 kilogram antara lain berupa kertas, plastik, logam dan kaca.

"Dengan adanya seperti ini sangat membantu kita untuk bisa melayani nasabah dalam bertransaksi lebih cepat. Sangat berguna dan membantu kita para pengurus bank sampah untuk berkegiatan dengan cepat dan tepat. Transparan juga karena nasabah langsung tahu apa yang dia setor,” ujar Pujanti.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat