Bagian interior Masjid as-Salam di Santiago, Cile. Masjid ini merupakan buah ikhtiar komunitas Muslim setempat. | DOK WIKIPEDIA

Arsitektur

Oase Iman di Cile

Mezquita as-Salam adalah tempat ibadah Muslimin yang pertama kali berdiri di Cile.

Syiar Islam terus berkembang di Amerika Latin. Hal itu dapat dilihat pada kondisi Cile. Negara yang berada di pesisir barat kawasan tersebut merupakan rumah bagi sekira lima ribu orang Muslim. Walaupun minoritas, mereka telah menjadi bagian dari sejarah negeri tersebut, setidaknya sejak awal abad ke-20 M.

Pada 1926, Sociedad Union Musulmana atau Persatuan Masyarakat Muslim terbentuk di Santiago, ibu kota Cile. Hingga kini pun, terdapat cukup banyak organisasi keislaman di negara tersebut.

Salah satunya mewujud dalam Sociedad Musulmana de Chile. Ormas ini berpusat di Mezquita as-Salam atau Masjid as-Salam. Bangunan tersebut bukan hanya masjid yang terbesar di seluruh Santiago. Sejarah mencatat, inilah tempat ibadah Muslimin yang pertama kali berdiri di Cile.

photo
Masjid as-Salam terdiri atas tiga lantai. - (DOK SAWTALHIKMA)

Masjid as-Salam berlokasi di Jalan Campoamor, Santiago. Pembangunannya bermula pada tahun 1986 dengan desain dari seorang arsitek, William Tapia Chuaqui. Menurut Diego Melo Carrasco dalam buku Encyclopedia of Latin American Religions, sebelum bangunan itu mewujud komunitas Muslim setempat sama sekali tidak memiliki tempat yang representatif untuk mendirikan shalat jamaah.

Karena itu, sejumlah tokoh umat Islam di Santiago bermusyawarah. Mereka kemudian menyepakati bahwa ikhtiar untuk membangun masjid harus dimulai segera. Beberapa proposal dibuat, untuk kemudian disebarkan kepada sejumlah pihak, termasuk Kedutaan Besar Arab Saudi di Brasil.

Pada 1985, beberapa figur Muslim Cile mengirimkan proposal kepada Ikatan Remaja Muslim Sedunia (World Assembly of Muslim Youth). WAMY ternyata menyambut baik keinginan umat di Santiago untuk memiliki sebuah masjid. Bahkan, perwakilan organisasi mondial itu terbang ke ibu kota Cile itu untuk meninjau keadaan.

Kemudian, dengan dukungan WAMY mereka mengadakan perkemahan remaja Muslim di Rancagua. Ternyata, acara itu berlangsung dengan cukup sukses. Melihat antusiasme dan rasa persaudaraan (ukhuwah) mereka, lembaga tersebut kian gencar dalam turut mengupayakan masjid di sana.

Maka datanglah tokoh-tokoh, yakni Kamal Sufan dan Taufik Rumie. Keduanya bersimpati terhadap keadaan umat Islam di Cile, khususnya Santiago, yang lama tidak bermasjid. Mereka kemudian membeli sebidang lahan di Nunoa, yang masih termasuk wilayah kota tersebut. Di sanalah tempat dibangunnya masjid yang lama diidam-idamkan warga Muslim lokal.

Pada 1989, bangunan tersebut mulai menampakkan ujudnya. Kira-kira setahun berikutnya, tempat ibadah itu akhirnya tuntas dikerjakan. Namun, peresmiannya baru dilakukan pada tahun 1996. Turut hadir dalam kesempatan itu adalah seorang pangeran Malaysia.

Oleh komunitas Muslim Cile, masjid itu diberi nama as-Salam. Nama tersebut tidak hanya menyimbolkan fungsi masjid sebagai tempat mencari keselamatan, baik di dunia maupun akhirat, yakni dengan menegakkan ibadah-ibadah wajib. Kata salam berasal dari bahasa Arab yang berarti kesejahteraan, keselamatan, dan keakraban. Maka, Masjid as-Salam diharapkan dapat menjadi penyebar ketiga hal pokok itu kepada seluruh warga bangsa Cile.

photo
Masjid as-Salam dapat menampung hingga 100 orang jamaah. - (DOK ISLAMIC LANDMARK)

Kini, masjid yang dilengkapi dengan madrasah itu masih terus menjalankan fungsinya. Inilah oasis bagi kaum Muslimin. Para warga yang non-Muslim pun dapat mengenal Islam lebih dekat dengan mengunjunginya. Pihak takmir setempat tidak jarang menggelar acara open mosque untuk mengajak semua orang agar lebih mengenal Islam dan para pemeluk agama ini.

Dari segi arsitektur, Masjid as-Salam sekilas menyerupai Masjid al-Aqsha di Palestina. Bentuk dan warna kubahnya yang keemasan mirip dengan Kubah Shakrah yang nyaris selalu ada dalam foto-foto terkait tanah suci ketiga itu. Terlebih lagi, denah bangunan di Santiago itu juga berbentuk segi delapan.

Masjid as-Salam terdiri atas tiga lantai. Jamaah dapat melaksanakan shalat di lantai kedua dan ketiga. Adapun lantai dasar berfungsi sebagai ruangan serba guna. Masyarakat Muslim dapat mengadakan pernikahan atau acara-acara pengajian di sana.
Ruangan shalat dilengkapi dengan sejumlah jendela yang berbentuk seperti tapal kuda. Lantainya dilapisi hamparan permadani dan karpet hijau. Warna itu tampak serasi dengan tembok sisi interior, yakni krem kecokelatan.

Pada bagian atas, terdapat lampu kristal. Benda sumber cahaya itu menggantung di ketinggian pada tengah langit-langit. Bagian-dalam kubah membuat jamaah kian merasa masjid ini serupa dengan Kubah Batu Baitul Makdis.

Di luar masjid, tepatnya pada sudut sebelah barat, terdapat sebuah menara. Wujudnya tinggi serta ramping. Dari sanalah, suara azan berkumandang mengisi langit Kota Santiago.

Islam merupakan agama yang cukup diterima secara baik di Cile. Negara yang berada di bagian barat bawah kawasan Amerika Latin ini memberikan kebebasan secara baik bagi kaum Muslimin untuk menjalankan keyakinannya. Pada 2010, total pemeluk agama Islam di negara tersebut mencapai lima ribu jiwa. Itu setara dengan 0,02 persen dari total populasi.

photo
Masjid as-Salam di Cile dirancang menyerupai Qubbat Sakhra di Masjid al-Aqsha, Palestina. - (DOK WIKIPEDIA)

Perdagangan Karbon Dimulai Pekan Depan

Salah satu upaya menekan emisi karbon adalah melakukan restorasi lahan gambut menjadi lahan pertanian.

SELENGKAPNYA

Peternak Kian Tertekan Harga Pakan

Harga pakan berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap biaya produksi.

SELENGKAPNYA

NU tak Mau Jauh dari Jokowi

Hubungan Jokowi dengan NU selama ini berjalan hangat dan bersahabat.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya